Rita segera meneliti wajah Irfan dengan seksama, melihat dari berbagai sisi untuk memastikan bahwa adiknya dalam keadaan sadarkan diri. "Tadi kamu bilang apa, Irfan?" Tanya Rita merasa tidak percaya dengan pedengarannya sendiri.
"Ahh..." Irfan memegangi keningnya dengan erat, sambil ia menghela napas. "Aku bilang... kalau aku sudah mengingat semuanya. Dan tanpa terkecuali." Jelas Irfan dengan penekanan.
"Kamu tahu siapa aku?" Tanya Rita menunjuk pada dirinya sendiri.
"Tadinya aku berharap untuk tidak mengingatmu, karena kamu adalah saudara yang paling banyak menyiksaku." Ucap Irfan menyeringai licik.
Kedua mata Rita kembali melebar dengan cepat, ia menatap sambil berdecak kagum. "Seharusnya dari awal saja aku hantam kepala kamu Irfan. Jika obatnya semudah ini." Ucap Rita tidak percaya dengan keajaibannya yang terjadi.
Jangan lupa untuk dukung Author ya...
Terimakasih untuk para pembaca yang masih setia membaca hingga bab ini
Jangan lupa dukung dengan...
1. Power Stone
2. Rate bab ini
3. Berikan Review, review bisa berulang-ulang lohh
4. Comment bab ini
Dan Share novel ini pada teman dan keluarga yaa.. hehe
terimakasih