App herunterladen
50% Sepenggal Kisah Gama ( END ) / Chapter 5: Bag 5

Kapitel 5: Bag 5

Update ke2 manteman😂😂..

Silahkan dinikmati hidangannya ya😊

###########

Gama dan Desi kini telah sampai di sebuah cafe kecil yang berada di dekat kampus Desi dan sedang menunggu pesanan yang beberapa saat lalu mereka pesan.

Desi terlihat beberapa kali menelan saliva gugup karena tatapan intens Gama yang duduk di depannya.

"kak.."

"Des.."

Mereka terkesiap karena bersamaaan mengeluarkan suara sambil saling berpandangan.

Lama mereka saling memandang satu sama lain sampai akhirnya Desi kalah dan memilih mengalihkan pandangannya kesegala arah dengan gugup.

Gama tersenyum geli melihat kelakuan menggemaskan mantan adik kelasnya itu.

Si Polos yang juga adalah Mama dari anaknya.

"ehm.. Ada apa, Des?" tanya Gama memecahkan kesunyian.

"eng.. Kenapa kakak minta temenin makan sama Desi?" tanya Desi ragu sambil kembali menatap kearah Gama.

"memang kenapa?"

"Desi fikir kakak jemput Kinanti tadi"

Gama melebarkan matanya terkejut mendengar ucapan Desi.

"kamu tadi lihat aku dan bukannya nyamperin malah asyik ngobrol sama teman pria kamu? " tanya Gama menuduh yang membuat Desi mengernyit bingung.

'ini maksudnya Gama apa sih? Kok gak nyambung deh' gumam Desi dalam hati.

"maksudnya apa ya kak?" tanya Desi mengeluarkan kebingungannya karena melihat wajah Gama yang terlihat kesal.

"kamu tanya kan aku jemput Kinan atau gak? Berarti tadi kamu lihat aku ngobrol sama Kinan? Trus kenapa kamu gak nyamperin aku?" tanya Gama sambil bersedekap dan menaikkan sebelah alisnya dengan wajah datar.

"hah? Ya.. Ngapain juga Desi nyamperin kak Gama? Emang Desi gak ada kerjaan gangguin pasangan kekasih lagi mesra-mesra an!! " tanya Desi sarkas yang sukses membuat Gama melebarkan matanya dan selanjutnya tertawa kencang sampai membuat beberapa pengunjung cafe yang kebanyakan pelajar dari kampus Desi melihat kearah meja mereka.

" ssttt.. Kak.. Kok malah ketawa sih? Tolong jangan buat malu dong" bisik Desi tajam sambil mencondongkan wajahnya kearah Gama.

Melihat wajah Desi dari dekat membuat Gama menahan nafasnya dan seketika menghentikan tawanya karena jantungnya tak dapat dikendalikan dan berdegup dengan kencang.

"ehmm.. So-sorry.." ucap Gama gugup.

Setelah mendapatkan jawaban dari Gama, Desi kembali memundurkan wajahnya dan duduk seperti semula.

Gama menghela napas lega yang malah membuat Desi bingung.

"ehmm.. Des.. Kalau kamu mau tahu, Aku gak lagi Mesra-mesra an sama Kinan" ucap Gama kembali sambil tersenyum miring.

"Desi gak mau tau kok kak" balas Desi cuek.

"tapi aku mau kasih tahu kamu, gimana dong?" ucap Gama menjahili Desi yang malah membuat Desi menatap Gama tajam.

"gak lucu ya kak Gama! " balas Desi dengan menahan rasa jengkel.

"aku ini Gama Handoko bukan Parto Patrio ya wajar kalau gak lucu. Aku kan bukan pelawak" jawab Gama sambil mengedikkan bahu cuek.

Jawaban Gama semakin membuat Desi mangkel.

Apa-apaan sih mantan kakak kelas SMAnya ini?

Dan sejak kapan Gama menjadi jahil seperti ini.

Melihat senyum jahil Gama mengingatkan Desi pada anaknya dirumah ketika menjahilinya.

Wajah mereka berdua bagai pinang dibelah dua, dan sama-sama menempati tempat tertinggi di hati Desi.

'Ah.. Jadi kangen sama Gara..' ucap Desi dalam hati sambil menghela napas pelan.

Niat awalnya ingin pulang cepat karena tidak sabar ingin bertemu dengan malaikat kecilnya, eh malah saat ini dia malah sedang berduaan dengan Ayah biologis sang anak.

Dan ini karena paksaan si Gama Handoko yang menyebalkan itu.

"Des, kok malah ngelamun?" tanya Gama sambil menggenggam lembut jemari Desi yang berada di atas meja.

Spontan Desi melepaskan genggaman Gama dan menyembunyikan tangannya di bawah meja yang membuat Gama mendengus kesal sambil melihat kearah lain.

"aku gak lagi penyakitan. Gak usah kayak jijik gitu aku sentuh. Kamu gak inget dulu kamu yang minta aku nyent.."

"STOPP!!!" jerit Desi sambil menutup kedua telinganya agar Gama tidak melanjutkan ucapannya yang sudah pasti menyindir masa lalu mereka karena kenekatan Desi.

Terdengar bisik-bisik dari pengunjung lain karena sedaritadi meja Desi dan Gama adalah meja yang paling berisik dan cukup mengganggu mereka.

"ssttt.. Des.. Kamu jangan malu-malu in dong" bisik Gama tersenyum miring mengikuti cara Desi tadi sambil mencondongkan wajahnya.

Desi memundurkan wajahnya ketika wajah Gama terasa dekat.

Gama kembali menghela napas jengkel karena tindakan Desi yang memundurkan wajahnya.

Dengan wajah kesal Gama kembali ke posisi awal sambil bersedekap.

'tadi waktu wajah Desi dekatin wajahnya kearah gw, hampir gw gak bisa bernafas. Tapi kenapa saat gw deketin wajah gw, Desi terlihat biasa aja? Malah terkesan jijik? Sial!! Kamu gak boleh hilangkan aku di dalam hati kamu, Des! Aku tahu lima tahun itu lama, tapi aku gak mau sedikitpun kamu hilangkan aku dari pikiranmu!' monolog Gama dalam hati tanpa tahu sebenarnya jantung Desi kebat-kebit sendiri ketika wajah Gama sangat dekat dengan wajahnya.

"aku gak lagi mesra-mesra an sama Kinan" ulang Gama.

"Desi gak mau tau kak"

"tapi kamu harus tau, Des!"

"biar apa coba Desi harus tau ??"

"biar kamu gak salah paham"

"Desi gak salah paham kok"

"bohong! Cukup ya Des kamu jadi pembohong selama ini. Aku udah capek kamu bohongi terus! " balas Gama tajam yang langsung membuat Desi terdiam karena teringat semua kebohongannya pada Gama dimasa lalu.

Desi menundukkan kepalanya tanpa sanggup menatap Gama yang menatapnya tajam.

Melihat wajah Desi yang muram, membuat Gama tak tega dan akhirnya Gama menghela napas lelah.

"aku ke kampus kamu buat nemuin calon istri aku" ucap Gama dengan nada datar yang dapat membuat Desi menengadahkan kepalanya menatap Gama.

'calon istri? Apa kak Gama gak tau kalau Kinanti sudah menikah? Bagaimana bisa dia bilang kalau Kinanti itu calon istrinya? ini gak bisa dibiarin. Aku harus kasih tau kak Gama kebenarannya. Jangan sampai kak Gama kecewa berkepanjangan' batin Desi.

"kak, Kinanti.. Tolong jangan potong ucapan Desi dulu" ucap Desi sambil memberi isyarat dengan tangannya agar Gama tidak memotong ucapannya.

Gama tertawa kesal lalu mempersilahkan Desi berbicara dengan sebelah tangan memberi isyarat.

Gama ingin tahu apa lagi yang ada di dalam pikiran ibu dari anaknya ini.

"Kakak tahu keluarga Adjikusuma?" tanya Desi tiba-tiba yang membuat Gama mengernyitkan alisnya bingung.

"ya..tahu..terus?"

"kakak tahu Abimanyu Adjikusuma kan?" tanya Desi kembali yang semakin membuat Gama terheran-heran dan hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.

"nah.. Kan Abimanyu Adjikusuma punya anak namanya Gerian Putr.."

"langsung pada intinya aja Des! Kamu gak harus absen anggota keluarga orang kan?" potong Gama yang jengkel karena semakin tidak mengerti hal apa yang akan disampaikan wanita ayu di depannya ini.

Tentu saja Gama tahu, sangat tahu Gerian Putra Adjikusuma.

Pria yang sudah membuatnya babak belur beberapa bulan yang lalu.

Dan Gama malas mendengar nama Pria itu karena setiap bertemu dengan Gama, Gerian selalu curiga kalau Gama akan mengambil istrinya.

Padahal Kinanti sangat mencintai si Gerian sialan posesif itu!

"ehm.. Be-begini kak.. Kinanti itu adalah menantu Abimanyu Adjikusuma yang berarti adalah istri dari Gerian Putra Adjikusuma" ucap Desi perlahan sambil memperhatikan perubahan ekspresi wajah Gama.

Ucapan Desi sontak membuat Gama menunjukkan wajah terkejut luar biasa.

Dan Desi sudah menebak hal ini sebelumnya.

Namun, ucapan Gama selanjutnya mampu membuat Desi tersedak salivanya sendiri.

"aku udah tahu" ucap Gama datar.

Desi benar-benar terkejut sampai langsung menyambar minumannya yang baru saja di bawa seorang pelayan cafe disana.

"Mbak Des, pelan-pelan minumnya. Haus banget ya kayaknya? Maaf ya lama  soalnya pelanggan lagi membludak ni mbak"

Ucap pelayan itu yang sudah di kenal Desi dengan baik.

Pelayan itu meletakkan semua pesanan Desi dan Gama dan setelahnya beranjak pergi setelah menunduk sopan pada Gama.

Desi meminum sampai setengah gelas jus jeruknya langsung dari bibir gelas itu tanpa bantuan sedotan karena terlalu terkejut dan setelahnya menatap Gama tajam.

"trus kalau kakak tahu kenapa kakak bilang kalau Kinanti itu calon istri kak Gama?! " tanya Desi menuntut tanpa mempedulikan dibibir bagian atasnya terdapat busa jus jeruk yang diminumnya yang sukses membuat Gama tersenyum geli.

'Tadi pagi Gara yang belepotan, eh sekarang mamanya juga ikut-ikutan.' ucap Gama dalam hati.

Gama lalu mengambil tisu yang di sediakan dimeja dan langsung mengusap bibir Desi yang terdapat sisa minuman itu.

Desi hanya mampu terpaku karena perbuatan Gama.

Setelah dirasa bersih, Gama dengan sengaja mengusapkan ibu jarinya dibibir bawah Desi yang dapat membuat Desi tersadar dari keterpakuannya dan langsung memundurkan wajahnya.

"kak.."

"aku gak pernah bilang kalau Kinanti itu calon istriku" potong Gama sambil kembali bersedekap ketika Desi siap menegurnya karena perbuatannya mengusap bibir bawah wanita itu.

"tapi tadi kakak bilang kakak mau nemuin calon istri kakak di kampus Desi?"

"iya aku memang ngomong gitu, Des. Karena memang benar aku mau menemui calon istriku"

"ya itu! Kakak tadi nemuin Kinanti, berarti kakak nganggep Kinanti calon istri kakak kan?"

"Well, Des. Aku gak sengaja ketemu sama Kinan, aku aja baru tahu kalau dia kuliah di kampus Kamu juga. Apa kamu fikir karena aku ngobrol sama dia trus kamu bisa menyimpulkan kalau Kinan itu calon istriku?" tanya Gama pada Desi yang mencoba mencerna ucapan Gama.

" ya.. abis kan.. Kan tadi Desi liatnya gitu, kakak ketemuan sama Kinanti.. "ucap Desi yang jadi meragu dengan prasangkanya sendiri.

" Kinan itu udah jadi istri orang, aku gak mungkin rebut dia dari suami posesifnya itu. Bahkan aku hadir kok di pernikahan mereka dua bulan yang lalu."

Desi tergugu dengan pernyataan Gama tanpa tahu harus berkata apa lagi.

"makanya lain kali jangan suka berasumsi yang nggak-nggak diotak cantik kamu. Seharusnya kamu tanya bukannya menuduh, Des. "

Desi menelan saliva nya dengan susah payah karena ucapan telak Gama padanya.

"maaf.. Desi cuma gak mau kak Gama sakit hati karena pujaannya kak Gama ternyata udah nikah.." lirih Desi sambil mengaduk jus jeruknya asal dengan sedotan yang sudah di letakkannya di sana.

"kamu gak perlu khawatir aku sakit hati karena aku udah move on dari Kinanti." ucap Gama lembut.

Desi menatap kearah Gama yang menampilkan senyum lembutnya yang membuat Desi Lagi-lagi terlena pada laki-laki yang sama sejak delapan tahun yang lalu.

Lalu tiba-tiba Desi tersadar.

Move on?

Yang dia bilang calon istrinya itu?

Satu kampus dengan Desi?

Siapa?

"kamu gak mau nanya aku move on ke siapa?" tanya Gama kembali masuk ke dalam mode jahilnya.

Deg..

Jantung Desi berdetak tak menentu.

Apakah dia sanggup mendengar nama seseorang yang berhasil mencuri hati Gama?

"dia.."

"kak, Desi makan duluan ya"

Sela Desi ketika Gama ingin memberi tahu siapa orang itu.

Sekarang Desi tahu jawabannya.

Dia, tidak akan sanggup mendengar siapa seseorang yang akan diberi tahu Gama.

Tidak akan pernah bisa sanggup karena di hati wanita itu masih ada Gama dan sepertinya akan selalu ada nama pria itu.

Pria yang sudah membuatnya melakukan hal nekat di masa lalu.

Pria yang darahnya mengalir di dalam tubuh anak Desi, Anggara Gamalio.

Sementara Gama memperhatikan wajah Desi yang terlihat sedih sambil menjejalkan begitu banyak spaghetti yang di pesannya tadi kedalam mulut seksi wanita itu sampai penuh.

'ada apa sama kamu, Des? Apa kamu kembali berasumsi yang aneh-aneh di otak kamu itu?' ucap Gama dalam hati curiga.

"aku yang tadi bilang lapar eh malah kamu yang lahap ya makannya.." sindir Gama yang berhasil membuat Desi tersedak hebat.

Melihat itu, Gama dibuat panik sendiri dan menghampiri Desi untuk menepuk punggung Desi agar batuknya mereda.

Kemudian Gama memberikan air mineral pada Desi agar sisa makanan di tenggorokan Desi bisa tertelan dengan sempurna.

"pelan-pelan Des makannya! Kamu kayak anak kecil yang takut makanannya diambil tahu gak! " omel Gama yang bernada seolah-olah mengomeli anak kecil.

Setelah dirasa Desi sudah reda dari batuknya, Gama kembali duduk di kursinya kembali.

"ingat, Des. Makannya pelan-pelan saja, gak bakal ada yang ambil makanan kamu kok. Sudah kamu lanjut makan lagi"

Nada Gama masih sama seperti tadi, mengomel selayaknya ayah yang mengomeli anaknya yang hanya membuat Desi menelan bulat-bulat kejengkelannya.

'memangnya salah siapa sampai buat aku tersedak? Dasar tukang perintah! Ketua OSIS sialan!!' gerutu Desi dalam hati sambil melanjutkan kembali makannya, kali ini dengan pelan dan hati-hati karena Desi melihat dari sudut matanya seolah-olah Gama mengawasi pergerakan Desi yang membuat Desi tak dapat menatap Gama dan fokus pada piringnya yang masih berisi tiga perempat spaghetti dari porsi awal.

**********

############

Catatan Penulis 👇 :

Besok lanjut lagi ya gaez..

Semoga kalian masih pada setia sama kisah anakku yang satu ini..

Kalau Yvan mesum

Kalau Gerian konyol

Kalau si Gama mah Liar😂😂😂..

Jadi selamat datang di cerita anak Emak si Liar ini yes😋

Aku sayang kalian😘

See You tomorrow babe..

##################


Kapitel 6: Bag 6

Jumpa Gama Desi lagi😁..

Makasih ya bagi yang masih mengikuti kisah mereka😉..

Makasih juga karena udah doain aku selalu sehat😊🙏.. Semoga kalian semua juga sehat selalu🤗

Happy Reading 😘

##########

Mereka makan dalam diam dengan pandangan mata Gama yang terus-terusan mengawasi cara makan Desi.

Gama terlihat takut seakan-akan Desi akan tersedak kembali.

Dari sudut mata, Desi hanya dapat menghela napas gugup berkali-kali sampai akhirnya mereka berdua telah selesai menghabiskan makanan mereka masing-masing.

"sudah kenyang? Apa kamu mau tambah pesanan lagi? " tanya Gama lembut yang seketika membuat Desi merona karena mendengar suara lembut Gama yang setengah berbisik.

Dengan menghilangkan kegugupannya, Desi menggeleng kuat yang dibalas tawa tampan pria yang berada di depannya itu.

"eng.. Kak.. Kayaknya Desi harus segera pulang. Soalnya ada urusan. Dan, ini.." Desi menyerahkan beberapa lembar uang kertas setelah merogoh tas dan mengambilnya dari dompet yang membuat Gama menatap tajam kearah Desi.

"apa-apa an kamu!"

"hah? Ya.. Kakak masih mau disini kan? Desi titip bayar pesanan Desi ya. Kalau gitu Desi permisi kak"

Desi hendak beranjak dari duduknya, namun kedua bahunya langsung ditahan Gama sampai Desi terduduk kembali dikursinya.

"kita belum selesai bicara, enak aja kamu main pergi begitu saja. Aku gak akan biarkan kamu ninggalin aku lagi untuk kesekian kalinya, Des. Ingat itu! Dan lagi, ambil uang kamu! Semua makanan ini aku yang bayar. Kamu mau menjatuhkan harga diriku sampai semana lagi?!! "tanya Gama tajam menghunus sambil bersedekap yang membuat Desi gelagapan karena melihat reaksi Gama yang seperti ini.

"D-De-Desi gak ada niat buat jatuhin harga diri Kak Gama kok. Dan maaf, ini Desi ambil lagi uang Desi. Kakak gak usah liatin Desi kayak gitu dong. Desi ngeri.." Desi kembali memasukkan uang yang berada di atas meja kedalam dompetnya, selanjutnya menunduk dengan melirik Gama Sembunyi-sembunyi.

Terdengar helaan napas berat yang keluar dari bibir tipis Gama.

" aku kesini mau nemuin calon istriku"

Desi memutar bola matanya malas.

"Back to that topic again? Seriously? Apa kak Gama gak bisa lihat kalau aku gak tertarik sama sekali sama calon istr.."

"kamu"

"apa?" Desi mengernyit bingung mendengar ucapan ambigu Gama.

"kamu! Yang aku cari di kampus itu ya kamu, Des. Calon istri yang aku bilang itu ya kamu!bahkan bukannya tadi aku juga bilang sama teman pria kamu kalau aku itu calon suami kamu? " ucap Gama tenang yang membuat wajah Desi pias tanpa dapat merespon ucapan Gama.

Lama mereka terdiam dengan wajah pucat Desi dan tatapan datar Gama sampai akhirnya Desi menyeret kasar kursi yang didudukinya dan berdiri dengan wajah memerah.

" sudah cukup ya kak!" Desi menggebrak meja di depannya dengan tatapan tajam menghunus Gama. "Desi lagi gak mau main-main! Waktu Desi gak sebanyak itu cuma buat denger candaan kak Gama yang gak lucu sama sekali!"

Desi beranjak pergi dari hadapan Gama yang sempat tertegun dengan amarah yang dipancarkan gadis polosnya itu.

Dengan langkah tergesa-gesa setelah tersadar, Gama menuju kasir dan memberikan beberapa lembar uang tanpa dihitungnya kembali dan langsung pergi mengejar Desi tanpa mendengar teriakan kasir yang akan memberikannya kembalian.

*************

"Calon istri?? Ha.. Ha.. Ha.. Lucu banget tuh orang gila!" gerutu Desi yang tanpa sadar mengeluarkan air mata yang tidak dapat di cegahnya.

Desi terus berjalan menuju jalan besar untuk segera mencari transportasi.

Entah itu angkot, bis, taksi, atau becak sekalipun Desi tidak peduli.

Yang dia pedulikan dia harus pergi dari hadapan Gama sesegera mungkin.

Tiba-tiba, Desi dikejutkan dengan berhentinya mobil Range Rover di sampingnya yang membuat Desi malah mempercepat langkah kakinya yang dibalut high heels setinggi 10cm.

Desi sangat tahu siapa pemilik mobil itu, karena tadi dia sempat naik di mobil mantan kakak kelas sialannya itu.

"Des, tunggu." Gama yang sudah turun dari mobil berhasil mengejar Desi dan menarik lengan kiri Desi sampai tubuh Desi berbalik dan menghadap Gama.

"APAAN SIH KAK !!! DESI MAU PULANG !!!" teriak Desi sambil mengusap kasar air mata yang keluar dengan tangan kanannya.

"Aku antar, okay..." ucap Gama lembut karena tiba-tiba Gama merasa hatinya sakit melihat air mata yang keluar dari mata wanita itu dan penyebabnya adalah dirinya.

"Gak!! Desi mau pulang sendiri aja!! Please kak... lepasin!"

"Gak, Des!! Aku sudah bilang gak akan lepasin dan biarin kamu ninggalin aku gitu aja. LAGI! Sekarang ikut aku!" ucap Gama sambil setengah menyeret wanita itu.

"Aku akan teriak kalau kak Gama gak mau lepasin aku!" desis Desi yang masih berusaha melepas cekalan tangan Gama yang setengah menyeret langkahnya.

"Teriak sesuka kamu aku gak peduli!"

"Kakak bakal dikeroyok massa kalau aku teriak. Dan aku gak main-main kak. Aku akan teriak sekarang! TOL..."

"Silahkan kamu teriak, aku gak pa-pa dikeroyok massa kalau itu buat kamu puas, Des." Gama memotong suara Desi yang sudah akan berteriak dan menatap dalam mata Desi setelah menghentikan langkah mereka.

Desi melihat tatapan Gama yang sulit diartikan.

Menghela napas gusar, Desi mengalihkan pandangannya.

"Aku antar pulang, ya.." ucap Gama kembali lembut sambil menarik pelan lengan Desi yang sudah tidak lagi memberontak.

***************

Di dalam mobil Gama, mereka sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing sampai akhirnya Gama mengeluarkan suara memecah keheningan yang tercipta.

"aku serius, Des. Jadiin kamu calon istriku"

"kenapa? Karena Gara? Dengar ya kak Gama, Gara itu bukan anak kakak! " ucap Desi tajam kearah Gama yang terlihat konsentrasi menyetir.

"lalu.. Dia anak seorang pelaut yang lagi sibuk nyari baby shark and family?"

Desi terkejut mendengar sindiran Gama.

"kakak kok.."

"maaf, aku menemui Gara di sekolahnya. Dan dia yang bilang sendiri kalau ayahnya seorang pelaut. Dan kamu.. Adalah pembohong ulung. Selamat, Hon.."ucap Gama sambil menoleh sebentar kearah Desi dengan seringainya dan setelahnya kembali fokus pada jalanan.

" berani-beraninya kakak kesekolah anakku! "emosi Desi menatap Gama tajam.

" anak kita Des.. Anak kita.."ralat Gama.

" dia anakku!!! Bukan anak kita!! Apalagi anak kakak!! Jadi jangan ngarang deh!! " bentak Desi murka. " Apa guru Gara biarin orang asing nemuin Gara? Ck.. Sekolah apaan itu! Pengawalannya gak ketat sama sekali! "ucap Desi gusar sambil menghempas kasar tubuhnya dan mengusap wajahnya dengan kedua tangan kasar.

" kamu gak takut make up kamu luntur kalau kamu usap kasar begitu? Hmmm?? "tanya Gama jahil yang berhasil membuat Desi memelototkan matanya garang.

" gak penting make up Desi mau luntur atau hilang sekalipun!! KAKAK JANGAN LAGI NEMUIN ANAK AKU!!!! "teriak Desi frustasi yang berhasil membuat Gama menutup sebelah telinganya karena suara nyaring yang di keluarkan wanita itu.

Napas Desi tersengal-sengal setelah berteriak seperti telah berlari 200 meter.

Dada Desi naik turun dengan wajah merah padam sepenuhnya karena amarah yang membara.

Gama menghentikan laju mobilnya dipinggir jalan yang dirasanya lumayan sepi.

"aku baru mau lamar kamu loh, Des. Tapi kok napas kamu sudah putus-putus kayak kita habis malam pertama berkali-kali?" tanya Gama sambil tersenyum miring setelah menumpukan sebelah tangannya yang berada di kemudi pada dagu pria itu.

"ekspresi kamu yang seperti ini mengingatkanku pada Desi lima tahun yang lalu di kamar hotel itu. Apa kamu juga ingat?" tanya Gama kembali yang semakin memancing amarah Desi.

Ketua OSIS sialan!! Si mesum yang sayangnya Desi cinta itu!!

Brengsek!!

Desi semakin menatap Gama tajam dan setelahnya melepas seat belt dengan kasar lalu membelakangi Gama untuk membuka paksa pintu mobil Gama.

" BUKA KUNCINYA!!! BUKA!!"teriak Desi sambil memukul kaca mobil Gama tanpa menatap pria yang berada di belakangnya.

"sssttt...kalau minta sesuatu itu bisa baik-baik kan, Sayang?" 

Desi terdiam mendengar bisikan Gama di samping telinganya dan jangan lupakan tangan pria itu yang sudah memeluk erat perut ramping Desi.

Tubuh Desi meremang merasakan napas hangat pria itu di telinganya.

" k-kak.. "bisik Desi tercekat.

"biar begini sebentar, Desi. Aku rindu aroma ini..aroma yang kamu tinggalkan di hotel.. " balas Gama berbisik sambil menghirup dalam ceruk leher Desi yang mengeluarkan aroma bunga Lily yang sudah menjadi candunya sejak beberapa tahun yang lalu.

Desi terdiam dengan jantung yang berdetak sangat kencang.

Setelah beberapa lama, terdengar isakan kecil yang keluar dari bibir Desi dan air matanya pun jatuh membasahi lengan Gama yang memeluk perutnya.

Gama tersentak dan langsung membalikkan tubuh Desi kearahnya dan menatap mata Desi yang berair.

"sssttt... Hon.. Jangan nangis.. Please.."

Gama menghapus airmata Desi yang malah semakin deras karena bujukan Gama.

Melihat tangisan Desi yang semakin menjadi, Gama memeluk Desi erat sambil mengusap punggung Desi berharap tangisan wanita itu mereda.

"k-kak.. Hiks.. Lepas.." bisik Desi sambil memberontak di pelukan Gama.

"nggak akan, sebelum tangisan kamu berhenti, Hon.. "

Desi semakin menangis kali ini dengan suara jeritan tertahan sampai air matanya membasahi kemeja yang dipakai Gama.

Dengan sabar Gama mengelus rambut panjang dan punggung rapuh Desi.

Setelah hampir 20 menit, tangis Desi mereda lalu Gama melonggarkan pelukan mereka dan menghapus sisa air mata di pipi wanita itu.

"haus?"tanya Gama lembut yang hanya dibalas anggukan lucu Desi yang membuat Gama tertawa.

" siapa suruh nangisnya lama banget. Untung aku selalu sedia air mineral di mobil. minum dulu, sayang"

Gama menyodorkan air mineral kemasan tanggung kearah bibir Desi setelah Gama membuka tutupnya.

Desi merebut botol itu dari tangan Gama dan meminumnya dengan rakus seakan-akan sudah lama tidak menemukan air minum.

Gama hanya dapat menyembunyikan tawanya melihat cara minum Desi.

Desi menyerahkan minuman yang sisa setengah botol ke tangan Gama dan adegan selanjutnya yang membuat Desi melongo, Gama menghabiskan sisa minuman yang di sodorkan Desi.

"kak.."

"memang kamu aja yang haus? Aku juga haus Des. Apalagi melihat cara kamu minum seperti tadi. Membuat tenggorokanku kering aja! " ucap Gama santai setelah meletakkan botol kosong dibawah kakinya.

"tapi.. Tapi.. I-itu bekas Desi"

"hah?? Oh.. Pantes.."

"pantes?" tanya Desi karena Gama menggantung ucapannya.

"Pantes air mineralnya jadi manis." ucap Gama enteng yang membuat wajah Desi merona malu.

Desi mengalihkan pandangannya ke depan menutupi wajah meronanya dari tatapan jahil Gama.

"oke.. Sekarang serius deh aku tanya. Kenapa kamu tiba-tiba nangis?" tanya Gama dengan raut wajah serius sambil kembali menopang dagunya seperti posisi sebelum memeluk Desi.

"Desi gak mau jadi calon istri kak Gama! " ucap Desi lugas sambil masih menatap kearah depan yang berhasil membuat Gama menegang.

***********************

Sabar ya bebeb Gama..

Perjuanganmu menuju bahagia masih jauh..

Si Seksi gak mau tuh jadi calon istri lo😂..

Gimana part ini? Si Gama mah emang gitu, suka curi2 kesempatan dalam kesempitan 🤣🤣..

Bagi yang gak kuat sama kemesuman Babang Gama, bisa lambaikan tangan ke arah kamera & jangan dipaksakan😀..

Karena dari awal eike udah bilang kalau Babang Gama tuh Liar😂😂..

Salam sayang selalu😘

###################


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

>15.000 Wörter für die Rangliste benötigt.

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C5
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank N/A Macht-Rangliste
Stone 0 Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen

tip Kommentar absatzweise anzeigen

Die Absatzkommentarfunktion ist jetzt im Web! Bewegen Sie den Mauszeiger über einen beliebigen Absatz und klicken Sie auf das Symbol, um Ihren Kommentar hinzuzufügen.

Außerdem können Sie es jederzeit in den Einstellungen aus- und einschalten.

ICH HAB ES