App herunterladen
11.34% Not a Cinder-Ella / Chapter 63: Kiss The Rain

Kapitel 63: Kiss The Rain

Kiss The Rain

(aku sarankan kalian baca yang part ini, sambil dengerin lagu Kiss the rain – Yurima :) )

Ella duduk termenung menatap jendela, siang itu tidaklah cerah. Awan terlihat kelabu dan menutupi sebagian besar langit yang berwarna biru.

Dirinya merasakan perih pada matanya, entah sudah berapa banyak air mata yang tumpah dan ia buang begitu saja.

Ella semakin membuka lebar jendela kamarnya, kamar yang sebenarnya masih asing untuk dirinya. Kamar yang seharusnya ia singgahi dengan hati yang riang dan penuh kebahagian.

Kembali air matanya berlinang, mengingat kejadian yang baru saja ia alami. Ini adalah hari keduanya menjadi seseorang yang harusnya di penuhi dengan kebahagian. Tapi mengapa hatinya begitu perih dan sakit.

Ella tersungkur diantara sisi jendela yang lebar, kembali ia menutup kedua matanya dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya meremas piyama putihnya dengan amat kuat. Membuat kerutan di piyama tersebut semakin banyak.

Ini adalah kesekian kalinya ia meremas piyamanya dengan tenaga yang kuat, melampiaskan kesedihannya yang teramat dalam.

Seseorang yang ia cintai, tiba-tiba menghilang dengan sebuah kesenangan semu yang ia tinggalkan di benak Ella.

Bau yang Ella kenal mulai tercium, Ella menegakkan wajahnya memandang kearah luar jendela. Di kejauhan ia bisa melihat sebuah mobil polisi yang mulai pergi meninggalkan kediaman keluarga Lewis.

Ella menyeka hidungnya dengan kasar, dan menjulurkan tangannya ke arah jendela luar.

Bau hujan itu mulai tercium, dan benar saja satu tetes air hujan membasahi tangannya.

Ella menatap ke arah langit, Kali ini semua langit sudah benar-benar tertutup dengan awan kelabu. Rintik hujan semakin deras dan Ella tetap menjulurkan tangannya masih dengan air mata yang sesekali berlinang dan melewati pipinya yang mulai memerah.

***

Calvin dan Luna sudah dengan bergegas ke arah kamar Ella, sedangkan Jhon tampak bergegas ke arah kamarnya. Mereka sudah cukup lelah dengan semua pertanyaan yang diberikan oleh polisi.

Kristy sedang berdiri diam di depan kamar Ella, pintu kamar itu masih tertutup rapat. Kristy memandangi Calvin dan Luna bergantian.

"Dia sama sekali tidak ingin diganggu, aku sudah mencobanya." Ucap Kristy dengan lemah.

Calvin menghela nafasnya, memandang Kristy dengan tatapan dingin. "Lalu kalau dia tidak mengijinkanmu masuk, apa kau tetap hanya akan diam disini?" Tanya Cavin dengan sedikit nada kesal.

Luna hanya semakin merapatkan mulutnya, tidak berani untuk terlalu beradu argumen.

"Aku sudah coba untuk masuk, tapi dia bilang dia tidak membutuhkan siapapun untuk dekat dengannya saat ini. Dia butuh waktu untuk sendiri saat ini." Jawab Kristy.

"Hh... Apa ini yang kau sebut sebagai sikap seorang sahabat. Tunggu..!! Bahkan kau bukanlah sahabatnya, setelah menghilang cukup lama. Bahkan kau tidak tau bukan, kesulitan apa saja yang sudah aku dan Ella alami selama ini." Ucap Calvin dengan kesal.

"Uppsss...." Ucap Luna dengan amat pelan dan bentuk bibirnya yang sangat mengerucut, matanya melebar melihat Kristy yang terkejut dengan ucapan Calvin yang cukup menyinggung dirinya.

"Ella.."

Panggil Calvin, tapi tidak ada jawaban dari dalam kamar tersebut. Calvin pun sudah tidak sabar dan tidak perlu menunggu lagi untuk Ella memberikan ijin masuk kedalam kamarnya. Calvin langsung saja membuka pintu kamar.

Ella masih beridiri terdiam di depan jendela yang terbuka lebar, tampak tidak peduli atau tidak sadar dengan kehadiran Calvin yang baru saja menerobos masuk.

Luna dan Kristy berdiri di ambang pintu, melihat kondisi Ella yang begitu menyedihkan.

"Ella.. Apa kau gila? Kau akan sakit, jika terus berdiri disana. Apa kau tidak lihat hujan sangat deras." Ucap Calvin dengan lantang.

Calvin langsung menutup jendela dengan cepat. Ella langsung menoleh ke arah Calvin, hanya ada sedikit respon yang diberikan olehnya.

"Ella.. Lihat bajumu sedikit basah." Ucap Calvin memegangi kedua bahu Ella. Calvin langsung saja melepaskan mantel cokelatnya, dan menutupi tubuh Ella.

"Calvin.." Ucap Ella lirih saat Calvin masih sibuk menyesuaikan mantelnya yang cukup kebesaran pada tubuh Ella.

"Ella.. tenanglah. Kita pasti akan menemukan Alfred, dan percayalah bahwa dia akan baik-baik saja." Ucap Calvin seraya merapikan rambut Ella yang berantakan.

"Calvin.. apakah aku tidak boleh bahagia. Apakah aku harus ditakdirkan untuk berakhir tragis seperti ini.. Apa salahku Calvin?" Ucap Ella dan mulai histeris, ia merasa kepalanya saat itu seperti ingin meledak dan meluapkan semua kepedihannya.

"Ella.. Kau tidak perlu berpikir seperti itu."

"Bahkan aku sudah tidak memiliki siapapun, aku selalu ditakdirkan untuk sendiri. Apa salahku Calvin...??" Isak tangis Ella mulai pecah. Calvin langsung saja memeluk Ella, membiarkan ia menangis di bahunya.

"Ella kau masih memiliki aku, ingat kau tidak pernah sendiri." Ucap Calvin membelai lembut kepala Ella. Tentunya belaian lembut Calvin tidak langsung membuat tangis Ella menjadi terhenti, justru Ella semakin histeris dengan tangisannya.

Calvin pun menepuk punggung Ella dengan perlahan, "Menangislah Ella, kau tidak perlu menahannya. Menahannya hanya akan membuatmu lebih merasakan sakit." Ucap Calvin.

Luna dan Kristy masih memandangi pemandangan dari dua orang sahabat itu, Luna menoleh ke arah Kristy. Luna yakin ada pandangan yang berbeda saat melihat mata Kristy. Pandangan seperti tidak menerima dengan kondisi yang sudah terjadi.

"Hmm... Sepertinya kau sudah melewatkan banyak hal Kristy." Ucap Luna tiba-tiba.

"Apa? Apa maksudmu?"

"Tebakanku selalu benar." Gumam Luna, dan Kristy terlihat kesal dengan Luna yang tidak menjawab pertanyaannya.

"Apa kau akan terus berdiri disini?" Tanya Luna dengan sinis. "Lebih baik kita berikan ruang untuk mereka saat ini. Sepertinya kehadiran Calvin bisa membuat Ella menjadi sedikit lebih tenang."

Luna pun berjalan menjauhi pintu kamar Ella, langkahnya semakin menjauh. Sedangkan Kristy masih mencoba memahami semua perkataan Luna, seraya ia masih memandangi Calvin yang masih memeluk Ella dan terus menenangkan.

***

Hujan masih turun hingga sore hari, meninggal sisa-sisa air yang tergenang di pekarangan dan beberapa di petak-petak bunga. Sebuah taman kecil dengan sebuah pondok terbuka yang dikelilingi oleh bunga-bunga lily yang belum mekar.

Tempat tersebut biasanya digunakan oleh Mrs. Lewis untuk menikmati minum teh bersama teman ataupun sanak keluarganya. Tapi kali ini hanya ada Calvin dan Kristy yang duduk terdiam dalam kebisuan masing-masing.

"Calvin, aku akan kembali ke LA sore ini. Maafkan aku tidak bisa berlama-lama untuk menemani Ella." Ucap Kristy memecahkan kesunyian diantara mereka.

Calvin yang mendengarnya sama sekali tidak terkejut, bahkan matanya masih tertuju ke arah jendela kamar Ella.

Kristy hanya bisa mendengar desahan nafas yang keluar dari mulut Calvin.

"Jadi kau akan berpamitan dengan Ella. Sepertinya dia sudah tertidur pulas, setelah meminum obat penenang tadi." Ucap Calvin datar.

"Yah.. sepertinya sangat egois jika aku harus mengganggu waktu istirahatnya. Boleh aku minta tolong padamu?" Tanya Kristy, dan Calvin mulai menoleh padanya.

"Katakan padanya aku sangat bersimpati, dan hubungi aku jika dia memerlukan pertolonganku. Apapun itu, aku pasti akan membantunya." Ucap Kristy dengan amat yakin.

"Baiklah, akan aku sampaikan pesanmu pada Ella." Jawab Calvin dengan singkat.

"Boleh aku bertanya padamu Calvin?" Tanya Kristy kembali, Calvin kembali menoleh pada wanita yang ada disampingnya, tapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Menatap bingung ke arah Kristy.

"Sejak kapan kau mulai menyukai Ella." Ucap Kristy langsung saja. Mata Calvin langsung melotot, dan cukup terkaget dengan pernyataan Kristy yang tiba-tiba.

"Kalau kau terkejut, bahkan aku pun juga terkejut. Aku tidak menduga kalau kau dan Ella..."

"Hentikan Kristy, apa sekarang kau akan menyalahkan Ella. Bahkan Ella tidak mengetahui hal ini, dimatanya aku hanyalah seorang sahabat. Tapi setidaknya dia tidak pernah meninggalkan diriku disaat aku sedang berada dalam posisi terbawah sekalipun."

"Hati-hatilah di jalan, semoga perjalanan pulangmu menyenangkan." Ucap Calvin kembali.

Calvin bangkit dari duduknya, ia sudah tidah ingin menjelaskan apapun pada Kristy. Calvin berjalan menjauh dan menuju ke arah dalam rumah.

Di pikirannya saat ini pun sedang berkecamuk, tanpa ia sadari ia memang sudah mulai merasakan perasaan yang sulit dijelaskan.

Entah sejak kapan, ia mulai menyimpan sebuah rasa untuk Ella. Mungkin karena kebersamaan mereka selama ini, yang membuat dirinya tanpa sadar telah melabuhkan hatinya untuk Ella.

Bahkan ia menyadari ada perasaan cemburu saat mengetahui Alfred meminang Ella.

Tapi melihat kebahagiaan di wajah Ella, membuatnya untuk bisa rela memendam semua rasa itu.

Dan kali ini Calvin merasakan rasa kesal dan amarah besar, rasanya ingin sekali ia cepat menemukan pria tersebut. Menariknya dan mulai bergulat kasar, agar pria itu bisa merasakan bagaimana sakit dan pedihnya Ella saat ini.

***

"Secara tekhnis, Ella bisa tinggal disini. Saat ini ia merupakan bagian keluarga Lewis." Ucap Jhon, duduk diruang keluarga, sambil menikmati secangkir kopi.

"Jadi Kristy sudah pulang? Kapan kalian akan pulang?" Tanya Jhon dengan sinis, menatap ke arah Luna dan Calvin.

"Secara tekhnis, aku sudah memesan mobil untuk mengantarku pulang ke Bristol. Jadi kau tidak perlu repot-repot untuk mengusirku." Ucap Luna tanpa basa basi,

"Kau pulang malam ini?" Tanya Calvin tidak percaya Luna tidak membicarakan hal tersebut dengannya.

"Besok aku harus bekerja Calvin, Barnard akan marah kalau besok aku masih ijin." Jelas Luna, Calvin pun tidak bisa memaksa Luna untuk tinggal lebih lama.

"Baguslah, besok pagi pun aku harus kembali ke LA. Dan kau Calvin aku harap kau juga bisa pulang. Apa jadinya kalau Ella bersama dengan seorang pria yang bukan suaminya." Ucap Jhon dengan angkuh,

Luna langsung saja memegangi tangan Calvin. Berharap Calvin tidak tersulut untuk mengeluarkan balasan kata-kata yang lebih pedas.

Jhon sudah menghilang dari ruang keluarga dengan langkahnya yang cepat, Calvin mengepalkan tangannya dan meninju-ninju telapak tangannya sendiri.

"Bagaimana bisa dia bisa menjadi tenang seperti itu ?! Bukankah dia harusnya khawatir dengan kondisi Alfred yang menghilang tiba-tiba!!" Ucap Calvin kesal.

"Aku tidak suka dengan keluarga ini, sepertinya terlalu banyak misteri yang tersimpan." Ucap Luna matanya teralihkan dengan sebuah lukisan keluarga besar yang tingginya sekitar dua meter, terpajang dengan apik diantara perapian kayu.

"Aku harap kau bisa membujuk Ella, untuk tidak tinggal di tempat ini." Ucap Luna kembali.

Calvin pun setuju dengan pendapat Luna. Dirinya pun bisa berharap Ella bisa kembali ke Bristol, atau setidaknya tinggal di apartemennya yang dulu.


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C63
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen