App herunterladen
54.12% Memory Of Love / Chapter 59: Trio Wek-wek.

Kapitel 59: Trio Wek-wek.

Sepulang kerja trio wek-wek sudah membuat rencana agar Bila dan Edwin bisa berangkat bersama, ketika jam istirahat pak Wijaya meminta salah seorang karyawan untuk menggembeskan ban motor Bila.

Benar saja ketika Bila hendak mengendarai motornya ia terlihat bingung, padahal trio wek-wek sudah berangkat lebih dulu, ahirnya ia mengirim pesan pada Edwin.

📨"Kak maaf ban motorku gembes,sepertinya aku ga bisa ikut acara makan-makannya".

kebetulan saat itu Edwin belum jauh dari kantor,ketika Bila mengiriminya pesan, ia segera berbalik arah kemudian menuju kantor untuk menjemput Bila.

Sebelum sampai di kantkor ia melihat Bila sedang mendorong motornya, Edwin segera menghentikan mobilnya lalu keluar meghampiri Bila.

Dari Belakang Edwin menahan motor Bila sehingga ia tidak bisa melanjutkan mendorong.

"Kak Edwin" Bila terkejut "maaf sepertinya aku ga bisa ikut" Bila kembali meminta ijin.

Edwin membuat panggilan dari ponselnya sembari menahan motor itu dengan mendudukinya, sedang Bila hanya mampu terdiam menahan kesal.

Lima menit kemudian dua orang dengan memakai ware pack datang, mereka segera menderek motor Bila sesuai perintah Edwin.

Bila masih diam, memandang Edwin dengan tatapan tak bersahabat "oh mau nunjukin kalau kakak mampu melakukan apapun ya" ucapnya ketus.

"Salah kamu, kalau kamu menghadapi kesulitan untuk datang ke acara itu mengapa tidak memberitahu ku"jawab Edwin sembari menggandeng tangan Bila menuju mobilnya.

Setelah sampai, Edwin membuka pintu dan dengan paksa mendorong Bila masuk tepat dikursi sebelah sopir, Bila yang kesal tidak bisa berbuat apaun karena suasana jalan saat ini sedangramai, kalau ia melawan Edwin pastinya akan menjadi perhatian bukannya terlepas malah ia akan semakin malu.

Edwin masuk ke dalam mobilnya lalu dengan cepat mengendarainya menuju restoran dimana trio.wek-wek sudah menunggu mereke.

Diperjalanan Bila hanya diam, hanya melirik Edwin sesekali, Edwin tahu kalau Bila mencuri pandang darinya cukup lama, sehingga senyum sombong tersirat di kedua sudut bibirnya.

"Apa aku begitu tampan". Edwin bertanya pada Bila.

"Ish... kePDan"Bila segera membuang mukanya.

"Kalu begitu, jangan memandangku seperti itu, nanti jatuh cinta lagi lho"

"Virus narsis..." ia mengerutu "ga mungkin aku jatuh cinta lagi, karena aku masih mencintaimu"Bila bekata dalam hati.

"Yakin" Edwin meledek

"Yakin lah"

"Baik...kalau bukan kamu yang jatuh cinta, artinya aku yang tidak menjamin kalau aku bisa tahan dengan godaanmu".

"Kak Edwin apaan sih?" Bila tersenyum lalu mencubit kecil lengannya.

Edwin hanya menyengir pura-pura sakit, lalu menatap Bila sambil mengedipkan satu matanya.

Bila menjadi salah tingkah dengan sikap Edwin, jadi ia memilih diam dari pada jadi umpan empuk untuk kejahilan Edwin.

Mereka sampai disebuah resto, setelah memarkirkan mobilnya mereka menuju sebuah tempat yang Edwin pesan, disana trio wek-wek sudah menunggu.

Edwin menggandeng tangan Bila dan lagi-lagi Bila sulit untuk menolaknya, selain takut jadi perhatian ia juga merasa senang dengan perlakuan Edwin.

Trio wek-wek melihat kejadian itu, tapi mereka pura-pura tidak tahu dan hanya berani menahan tawa.

Ketika acara sudah dimulai suasana membaik, setelah membicarakan tentang pekerjaan kemudian mereka bercanda, akan tetapi Bila lebih banyak diam.

Sepanjang waktu itu jika tidak ada yang melihat ke arahnya, Edwin pasti akan memandang Bila tanpa henti seperti seorang yang hendak menelan wajah Bila, tak satu incipun wajah Bila yang luput dari pandangan Edwin.

Bila hanya pura-pura tidak tahu, karena sesungguhnya hatinya bergemuruh bagai riuh gelombang yang pecah di tepi pantai terus dan terus, sehingga ia memilih diam untuk menutupi perasaan sesungguhnya.

pukul 17.30 acara selesai dan trio wek-wek sudah keluar terlebih dulu, dan ketika Bila hendak keluar tiba-tiba tangannya ditahan oleh Edwin.

"Tunggu, bukankah aku sudah bilang, setelah acara ini kamu masih punya janji denganku" Edwin mengingatkan.

"Tapi ini sudah sore pak Edwin" Bilae berkilah.

"Oke aku tidak akan mengajak kamu kemana-mana tapi setidaknya ijinkan aku mengantar kamu, aku ingin memberikan sesuatu".

"Ok" dengan berat Bila menjawab.

Edwin kembali menggandeng gadis itu keluar dari restoran.

Pukul 18.15 Mereka sampai di rumah Bila, karena mereka berhenti dulu di sebuah masjid untuk menunaikan shalat Maghrib.

Ketika Bila hendak keluar Edwin kembali menahannya "tunggu, apa kamu begitu tidak sabar menungguku"

"Apa lagi?" Bila bertanya dengan nada sesikit kesal.

"Jangan pura-pura lupa,"

"Ya....ada apa?"

Edwin mengambil dua kotak kado yang ia berikan pada Bila, Bila mengambil kotak itu dengan bertanya-tanya "apa ini kak?"

"Buka nanti di dalam,ku membelinya dijepang untuk kamu, semoga muat dan tolong kamu pakai besok".

"Ya tapi apa?".

"Nanti kamu juga tahu, sudah turun sana"

Bila menghembuskan napas panjang, kemudian keluar dari mobil itu.

Bila segera masuk ke rumah, setelah mengucap salam pada orang tuanya ia segera kekamar dan langsung membuka kotak pemberian Edwin.

Ternyata kotak itu berisi sepasang sepatu dengan hak sedang, dan tas jinjing wanita dengan warna senada yaitu biru tua, Bila memandang dua benda tersebut, ia ingat beberapa tahun lalu ia Edwin juga pernah memberikan barang-barang padanya.

Namun ia telah menyimpan semua entah dimana, ia berpikir sejenak kemudian mulai mencari barang tersebut di tumpukan barang yang sudah tak terpakai.

Sudah hampir jam sebelas malam, akan tetap apa yang ia cari belum juga ditemukan, sampai kamarnya berantakan, Bila benar-benar lupa menaruh barang-barang tersebut dimana.

Karena kelelahan Bila tertidur dengan posisi duduk dilantai dengan bersandar pada ranjangnya, ia terbangun karena mendengar suara alarm pada jam lima pagi, tubuhnya terasa sakit karena posisi tidur yang salah.

Setelah merenggangkan ototnya ia keluar untuk mengambil wudlu, lalu Shalat.

Jam sudah menunjukan pukul 09.30, Bila baru bangun dari tidurnya, dengan masih mengenakan mukena, ia bangun karena mendengar suara berisik ibunya.

Setelah keluar dari kamar dengan malas ia menuju ke arah suara berisik ibunya "ibu lagi apa sih buk, Bila jadi ga bisa tidur huah..." Bila menguaap sambil merenggeliat, tanpa menyadari seseorang yang bukan anggota keluarganya telah berdiri tepat di depannya.

"Asik bener jam segini masih ngantuk" sapa Edwin dengan ramah.

Bila terkejut mendengar suara Edwin , sehingga membuatnya tak bisa selesai menguap, dan aktifitas menggeliatnya terhenti.

Matanya terbelalak menatap laki-laki didepannya yang sedang menyeringai jahat sambil menatapnya, "apa lihat-lihat" Bila menggertak sambil memelototkan matanya yang memang sudah lebar.

"Ternyata kamu tetep cantik ya, walau masih bau iler, pake mukena mencong lagi" Edwin mengejek Bila.

"Ish...." Bila menaikan sebagian bibir atasnya mencibir Edwin "pagi-pagi udah datang ke rumah orang, bikin onar lagi"

"Tapi kamu seneng kan?"

"Ga..." Bila menjawab dengan galak lalu kembali ke kamarnya.

Sementara Edwin hanya tersenyum, ia tak menyangka pagi-pagi seperti ini akan melihat pemandangan menarik seperti tadi "kelak kalau kamu jadi istriku, tiap hari aku pasti akan melihat kondisi terjelekmu, tapi aku suka" Edwin berkata dengan lirih.

Ibu yang sedang di dapur, keluar membawa satu porsi nasi goreng dan secangkir kopi "nak Edwin katanya mau sarapan, masakan ibu, ini sudah jadi" ibu meletakakan nampannya lalu kembali menatal Edwin "lho tadi Bila sudah bangun to, sekarang kemana lagi?".

"Masih ngantuk kali buk, masuk kamar lagi"

Ibu mengerutkan alisnya lalu menyatukan bibirnya karena kesal, kemudian berjalan menuju kamar Bila untuk membangunkannya.


AUTORENGEDANKEN
Bubu_Zaza11 Bubu_Zaza11

Bila sabar ya.....

Besok libur dulu ya maaf ???

Love you all ???

Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C59
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen