Edwin sedang memeriksa berkas-berkas diruang kantornya, melihat berkas yang tidak ia mrngerti "laporan kayak gini, pantesan perusahaan ini ga berkembang" Edwin mencela laporan keuangan, ia segera memanggil sekertarisnya" bu Anis....saya ada perlu sebentar tolong ke ruangan saya".
Edwin memanggil sejertarisnya melalui panggilan internal kantor, sesaat kemudian seorang wanita berusia 40an masuk, dengan wajah tegang ia mendekati bos barunya.
"Mas Edwin ada yang bisa saya bantu"
"Bu... sebenarnya siapa yang bertanggung jawab atas laporan keuangan disini" Edwin berbicara dengan tegas sambil melempar berkas laporan dari tangannya.
"Maaf mas, kepala bagian keuangan beberapa bulan lalu memasuki pensiun, jadi belum ada yang menggantinya"
"Oh.... pantas" muka Edwin terlihat begitu kacau "buk apa diperusahaan ini tidak ada orang yang profesional, bagaimana sistem perekrutan karyawan disini" ia mulai mengomel dengan keadaan perusahaan ayahnya.
"Maaf mas Edwin"
"Sudahlah buk, silahkan kembali bekerja"
"Terimakasih"
Bu Anis segera keluar dari ruangan yang mengerikan, setelah menutup pintu ia segera bernapas lega.
Dering telpon kantor di ruangan Edwin berbunyi, ia segera mengangkatnya.
📞"halo"
📞"Win...gua ada kabar baik buat lo"
📞"Apa men?"
📞"Mulai bulan depan, orang dari perusahaan gua akan mulai kerja di perusahaan lo, dia rekomendasi dari bagian keuangan, dan menurut informasi yang gua terima walaupun dia masih baru tapi dia cukup profesional, oh ya good newsnya dia cewek man, cantik montok tipe lo banget"
📞"Serius tuh orang lo seprofesional itu"
📞"Ya menurut atasan dia sih, tapi yang pasti doi cantik bray"
📞"Gua ga butuh cantiknya, yang penting dedikasinya buat perusahaan kita aja"
📞"Gua jamin deh, siapa tahu lo jodoh sama tuh cewek"
📞"Di hidup gua masih ada seseorang, dan masih tak terganti"
📞"Ok bray... udah dulu, calon bini gua datang semoga kabar ini bisa sedikit melegakan lo"
📞"Thanks ya Rei"
📞"Ok ".
Bila sedang menikmati makan siang di sebuah kantin bersama teman kantornya, mereka sedang membicarakan pendelegasian Bila ke perusahaan baru.
"Nisa selamat ya, tapi kita ga bisa bareng lagi" kata seorang wanita berbaju abu-abu.
"Makasih mbak, tapi sebenarnya aku masih merasa ga pantas, aku kan masih baru"
"Ga papa Nisa, pasti ada alasan mengapa perusahaan memilih kamu, nikmati aja"
Bila mengangguk, dan ketikabunyi pesan dari ponselnya berbunyi ia segera membukanya, ternyata pesan tersebut dikirim oleh Fani.
📩"Bila minggu ini kamu pulang ya, ada hal penting yang harus aku sampaikan".
📨"Memang tidak bisa lewat chat aja?".
📩"Jangan Bil...kita harus ketemu langsun"
📨"Ok aku usahaain".
Waktu berlalu dengan cepat, dan tak terasa mulai minggu depan Bila sudah mulai bekerja ditempat baru, itulah alasan mengapa Bila selalu kerja lembur agar ia tak meninggalkan pekerjaan yang berakibat pada teamnya.
"Nisa apa kamu tidak capek lembur terus" sapa Bu Sinta ketika ia hendak pulang masih melihat Bila dengan pekerjaannya
"Tidak buk, ini laporan terakhir yang harus saya buat, besok kan hari terakhir saya dikantor ini buk" dengan sedih Bila menjawab.
"Saya pasti akan sangat kehilangan, tapi demi masa depan kamu, saya rela"
"Terimakasih bu, atas kesempatannya, saya pasti akan bekerja sebaik mungkin"
"Saya percaya"
Setelah mentelesaikan laporan ia segera merapikan mejanya, mengambil semua barang-barang dan diraruh ke dalam box kemudian segera meninggalkan kantor.
Keesokan harinya.
Sebuah acara kecil dipersiapkan bu Sinta sebagai acara perpisahan untuk Bila, suasana haru nampak dalam ruangan itu, walau Bila baru bergabung belum penuh satu tahun tapi bagi meraka hubungan mereka sudah seperti keluarga.
Sepulangnya dari kantor Bila segera menuju ke kostnya untuk mengambil barang-barang, ia diantar oleh mobil perusahaan yang langsung mengantarnya kembali ke rumah orang tuanya, ia berangkat pukul tiga sore.
Jam delapan malam Bila sampai di rumahnya setelah merapikan barang-barangnya ia tertidur karena kelelahan.
Hari berikutnya
Bila dapat kabar bahwa ibu Khafiz dirawat di sebuah rumah sakit, dari cerita Khafiz ibunya mengalami serangan jantung.
Sesungguhnya semalam Khafiz berdebat sengit dengan ibunya, karena perjodohannya ia bersikeraa akan menikahi Bila, tapi ibunya sudah bertekat tidak akan pernah memberikan restunya untuk Bila.
Pagi ini dengan tekat kuat Bila berniat mengunjungi ibu Kgafiz, dengan langkah yang berat ia menuju ruang dimana ibu Khafiz dirawat, ketika pintu kamar terbuka ibu Khafiz masih tertidur disampingnya ada Khafiz yang sedang menjaganya.
Bila masuk kemudian berdiri disamping Khafiz "Fiz... gimana kabar ibu?"
"Sudah baikan Bil, beruntung masa kritisnya tidak berlangsung lama" muka Khafiz terlihat kusut matanya merah dengan lingkaran hitam dibawahnya.
"Kamu istirahat dulu sana, biar aku gantiin"
"Ga Bil ini salah ku, sampai ibu jatuh sakit"
"Tapi kalau kamu seperti ini, kamu juga bisa sakit, kalau kamu sakit tentunya ibu akan jauh lebih sedih"
Setelah dibujuk oleh Bila ahirnya Khafiz menurutinya, ia beralih ke sofa dipojok ruangan untuk beristirahat, tanpa mereka sadari ternyata ibu Khafiz sebenarnya sudah sadar ketika Bila masuk, ia hanya berpura-pura tertidur karena ingin tahu sikap Bila.
Setelah Khafiz tertidur ibunya dengan pelan mulai membuka matanya, ia melihat bila yang dengan tulus menjaganya, sebenarnya ia senang dengan sikap Bila yang mampu membujuk Khafiz, tapi ia terlalu gengsi jika harus mengakuinya, apalagi untuk membatalkan perjodohan mereka.
"Bila" ibu memanggil Bila dengan pelan, ketika Bila menoleh ibu memberi isyarat untuk tetap tenang agar Khafiz tak terbangun, Bila yang tahu akan isyarat tersebut dengan patuh menurutinya.
"Ibu perlu sesuatu?" ia bertanya dengan pelan
"Tidak" ibu hanya terdiam dengan perlakuan lembut Bila ketika ia meninggikan kepalanya melalui ranjang rumah sakit agar lebih nyaman "tolong saya haus" Bila mengambilkan air dan meminumkannya "Cukup"
"Kalau ibu butuh sesuatu, ibu bilang saja"
"Tidak, apa kamu melakukan semua ini agar kamu bisa mengambil saya?"
Bila tersenyum sambil menggeleng "tidak bu, ini sebagai balas budi karena Khafiz dulu pernah menolong ayah saya, tidak lebih"
Sikap ibu Khafiz sudah melunak mungkin karena ia sadar dengan kebaikan Bila, tapi tetap ia tidak mau Khafiz menikah dengan Bila "Bila...Khafiz pernah menolong kamu menyelamatkan ayah kamu, dan sekarang apa kamu benar-benar mau membalasnya"
"Kalau saya bisa kenapa tidak?"
"Bila... saya sudah menjodohkan Khafiz dengan seorang anak teman saya, tapi Khafiz menolaknya karena kamu, apa kamu Bisa membujuk Khafiz untuk menuruti saya"
Bila kaget mendengar permintaan ibu Khafiz, ada rasa senang karena ia bisa menjadikan alasan tersebut untuk memutuskan hubungan yang sebenarnya tak pernah ia inginkan, tapi ia juga tidak tega jika harus menyakiti Khafiz.
"Ibu benar-benar ingin saya dan Khafiz berpisah?" dengan Bijak Bila bertanya "kalau itu yang ibu inginkan, saya pasti akan melakukannya, tapi saya tidak bisa melakukannya sendiri, ibu juga harus membantu saya"
Ibu Khafiz kaget mendengar jawaban Bila yang ternyata dengan semudah itu mau melepaskan Khafizb"kamu yakin?"
"Ya saya yakin, saya berjanji jika dengan kami berpisah bisa membuat ibu bahagia, saya akan melakukannya"
"Lalu bagaimana kamu akan membujuk Khafiz".
"Bukan saya tapi ibu, kalau Khafiz bisa berjanji akan meninggalkan saya didepan kita, langkah selanjutnya biar saya pikirkan" Bila Ctmenjawab dengan mantap.
a
Ahirnya Bila merencanakan sebuah sandiwara ibu Khafiz harus berpura-pura sekarat, agar Khafiz mau berjanji, setelah semua siap mereka segera menjalankan rencana itu.
Terimakasih atas dukungan pembaca selama ini.
Tetap dukung saya ya pembaca yang baik dengan memberi vote dan bintangnya.
Happy reading and love you all ???
Tiba-tiba Bila dengan wajah panik membangunkan Khafiz, Khafiz yang terbangun kaget melihat ekspresi Bila apa lagi ketika melihat ibuny sedang anval.
Khafiz segera bergegas untuk memanggil dokter, tapi dicegah oleh Bila, "tunggu Fiz lihat dulu keadaan ibu kamu" Bila menyeret Khafiz agar duduk disamping ibunya.
"Ibu kenapa?"
"Fiz...wak...wak...tu...i...bu...mung...kin...ti...ti...dak...lama...lagi...ibu...ingin...kamu...ber...jan...ji"
Bila memprovokasi Khafiz dengan keadaan ibunya "Khafiz....ga ada waktu lagi kamu harus meng iyakan apapun yang ibumu inginkan"
Khafiz bingung, ia berfikir Bila dengan mudah meminta ia menyanggupi apa permintaan ibunya, seandainya Bila tahu apa yang sebenarnya mungkin ia tidak akan semudah itu meminta Khafiz menyetujui permintaan ibunya.
"Khafiz....ga ada waktu lagi, atau kamu akan menyesal"
"Bila tapi..." khafiz sangat panik
"Khafiz kamu tega lihat ibu seperti ini, dan kamu masih mempertahankan ego kamu"
Dengan desakan dari Bila ahirnya walau berat Khafiz mengucapkan sebuah janji "ya bu... aku janji akan menerima perjodohan itu, dan meninggalkan Bila, yang penting ibu sehat yang penting ibu harus sembuh"
Bila menatap Khafiz seolah-olah tidakmenyangka, ada rasa sesak ketika Khafiz mengucapkan janjinya, tapi ia lega bisa mbantu ibu Khafiz, Bila pura-pura terpukul dengan apa yang Khafiz ucapkan.
Setelah Khafiz mengucapkan janjinya, Bila segera menyuruh Khafiz untuk memanggil dokter, Khafiz yang tak menyadari akan kecurangan mereka berdua segera keluar dari ruangan itu dengan panik.
Sementara ibunya dan Bila tersenyum puas, ekspresi Bila tak terlihat sedih atau menyesal sedikitpun, membuat ibu Khafiz bertanya.
"Bila kamu tidak menyesal melakukan ini semua"
"Tidak bu, demi kesehatan ibu dan demi Khafiz agar dia jadi anak yang berbakti saya rela"
"Trimakasih nak, selama ini ibu salah menilai kamu" Ibu Khafiz berkata dengan penuh penyesalan.
"Sudahlah bu, anggap saja ini balas budi saya, sekarang ibu pura-pura tidur lagi ya" Bila membujuk.
Ibu Khafiz menatuhi apa yang Bila rencanakan, sebelum ia merebahkan dirinya, ia memeluk Bila dambil berkata "terimakasih, semoga Allah memberimu jodoh yang lebih baik dari anak ibu"
"Amin..., saya senang kok bu, walau Khafiz tidak jadi jodoh saya, tapi saya puas melihat Khafiz jadi anak yang berbakti, sudah ibu tidur aja nanti keburu Khafiz datang"
Sesaat kemudian Khafiz datang bersama seorang dokter untuk memeriksa pasien, ketika dokter sedang sibuk mengecek Bila keluar dari ruangan itu diikuti Khafiz.
Mereka duduk di bangku panjang samping pintu dengan ekspresi kecewa mereka terdiam sampai Khafis bernicara.
"Bila maaf aku tadi berjanji akan meninggalkan kamu, itu semua demi ibuku" dengan penuh penyesalan Khafiz berkata.
"Ga papa kok Fiz, aku memang kecewa tapi aku senang melihat kamu jadi anak yang berbakti pada orang tua"
"Bila kalau kamu ga rela, aku akan batalkan janjiku"
"Khafiz kamu itulaki-laki ga sepantasnya kamu mengingkari janji kamu, sudahlah mungkin ini semua yang terbaik untuk kita, lagi pula ibu kamu tidak menyukai aku jika kita menikah bisa saja rumah tangga kita tidak bahagia, karena restu ibu kamu tidak kita dapat, padahal do'a ibu itu yang paling penting"
"Trimakasih atas pengertian kamu Bila, maaf"
"Ga papa kok Fiz"
Dokter keluar dari kamar, pria botak berkaca mata tersebut menjelaskan bahwa tidak ada yang slah pada diri ibu Khafiz, ia mengira itu hanya sebagai trauma dari kejadian sebelum serangan jantung itu terjadi
Setelah dokter itu pergi, Bila dan Khafiz masuk ke dalam ruangan, didalam ruangan itu Khafiz kembali berjanji akan menerima perjodohannya dan akan meninggalkan Bila, sebagai bukti nyata Khafiz meminta Bila untuk bersedia memutuskan hubungan mereka didepan ibunya, tentu saja Bila menyetujuinya.
"Bila maaf aku harus melakukan ini didepan ibu,Bila mulai hari ini aku ingin mengahiri hubungan kita, mulai saat ini kita sudah tidak ada hubungan lagi" Khafiz mengucapkan kalimat itu dengan terbata-bata matanya berkaca-kaca menahan tangis.
Melihat ekspresi Khafiz, Bila ikut larut dalam kesedihan ia juga tak mampu menahan air matanya, ia merasa telah begitu kejam menyakiti pria yang begitu mencintainya "Fiz kita memang bukan lagi sepasang kekasih, aku terima itu, tapi bolehkah pertemanan kita tidak berahir?"
Khafiz menoleh ke Arah ibunya, dan ketika ibunya mengagguk iapun segera mengucapakan "ya" dengan mantap.
Beberapa saat kemudian Bila keluar dari ruangan itu, ada rasa lega karena ia terlepas dari hubungan yang tidak dia inginkan, tapi ia juga sedih karena harus kehilangan Khafiz, tapi terlepas dari itu ia merasa sebuah beban derat dipundak telah terangkat karena kini ia sudah merasa bahwa ia telah mampu berbuat sesuatu hal yang baik bagi Khafiz.
Hari ini berlalu dengan baik, tadi sebelum ia per Khafiz berjanji akan mperkenalkan gadis yang ibunya jodohkan.
Satu bulan hampir berlalu, Edwin masih sibuk dengan memperbaiki manajemen peeusahaannya, ia sangat menantikan kedatangan orang yang Reifan janjikan, tapi ia masih harus menunggunya dua hari lagi sebelum hari Senin tiba.
Karena berbagai alasan membuat Edwin menjadi seorang atasan yang dingin dan seolah tanpa ampun terhadap kesalah pada karyawannya, banyak karyawan yang takut jika harus menghadapnya.
Perusahaan Edwin bukanlah perusahaan besar hanya ada sekitar 30 tenaga dibagian produksi, dan 10 orang sebagai tenaga pemasaran, dan sekitar 15 orang yang bekerja dibagian publikasi, administrasi, keuangan, kebersihan dan keamanan.
Yang membuat Edwin kesal adalah sebenarnya perusahan papanya jika dikelola dengan baik bisa berkembang, tapi perusahan yang punyaprospek sebagus ini hanya berjalan ditempat selama puluhan tahun.
Sejak Edwin datang karyawan disana yang awalnya bekerja dengan santai sekarang mereka bekerja dengan penuh kesungguhan, tak berani dengan sengaja melakukan kesalahan karena mereka takut dipecat.
Sore itu semua karyawan telah pulang kecuali karyawan administrasi dan keuangan mereka masih melakukan meeting di ruang rapat, dengan seksama mereka memperhatikan apa yang atasannya intruksikan
"Inti dari pertemuan kita hari ini hanya saya akan menyampaikan, kalau besom Senin seseorang yang ditugaskan dari perusahan yang memegang sebagian perusahaan kita akan datang, dan mulai bekerja disini, saya jarap anda semua bisa bekerja sama dan membantuya, karena secara tidak langsung orang tersebut akan menilai layak atau tidaknya perusahaan kita mendapat suntikan dana dari perusahaan besar tersebut, mengerti"
"Ya pak kami mengerti"
"Oke...satu lagi, karena saya ada urusan besok Senin selama dua hari saya harap anda semua bisa bersikap baik dan menunjukan profesionalisme anda semua, Besok Rabu saya kembali, dan saya tidak ingin ada kesalahan"
"Baik pak..., kami akan melakukan sebaik mungkin" bu Anis memberanikan diri untuk berbicara.
"Oke..., kalau semua sudah selesai saya akhiri pertemuan hari ini, selamat pulang dan selamat berlibur"
Setelah menutup rapat Edwin keluar dari ruangan itu, dengan menunjukan sikap dingin yang membuat semua yang ada dalam ruangan tersebut takut.
Setelah Edwin meninggalkan ruangan mereka semua bernapas dengan lega, seperti lepas dari jeratan macan.
Akhirnya Bila dan Khafiz mengahiri hubungan mereka, dengan carayang baik tanpa harus saling melukai.
Happy reading, and love you all ???
Das könnte Ihnen auch gefallen
Kommentar absatzweise anzeigen
Die Absatzkommentarfunktion ist jetzt im Web! Bewegen Sie den Mauszeiger über einen beliebigen Absatz und klicken Sie auf das Symbol, um Ihren Kommentar hinzuzufügen.
Außerdem können Sie es jederzeit in den Einstellungen aus- und einschalten.
ICH HAB ES