App herunterladen
17.72% Konsekuensi / Chapter 67: Keluar Sebagai Pemenang Dengan Cara ...

Kapitel 67: Keluar Sebagai Pemenang Dengan Cara ...

Bunga akhirnya sampai di rumah Romeo dan Juliet. Sebelum mengetuk pintu rumah tersebut, Bunga menarik napas dalam-dalam dan sudah sangat mempersiapkan dirinya.

Usai mengetuk, bukan Hena apa lagi Juliet yang membukakan pintu itu, melainkan orang lain yang tak dikenalinya.

"Anda mencari siapa, Nyonya?" tanya seorang wanita yang tampaknya asisten rumah tangga itu sekarang.

"Juliet Erizally, ada?" Bunga bertanya balik.

"Maaf, orang yang anda sebut itu, siapa?"

"Juliet, istri Romeo, pemilik rumah ini," ucap Bunga yang memberikan penekanan di setiap kata-katanya.

"Maaf, tapi rumah ini sudah dibeli oleh majikan saya. Setahu saya, pemilik rumah ini sebelumnya memang bernama Romeo, tapi rumah ini sudah dijual dan dibeli oleh majikan saya."

"Oh, begitu. Apa kau tahu dimana Romeo atau istrinya tinggal sekarang?"

"Maaf, Nyonya, saya kurang tahu."

"Baiklah, terima kasih atas waktunya," ujar Bunga. Ia kemudian kembali ke mobilnya.

'Mereka menjual rumah ini sebelum mereka resmi bercerai?' batin Bunga.

"Jadi dimana Juliet tinggal sekarang?" gumam Bunga.

"Aku akan kirim pesan saja pada Jacob," sambungnya.

Wanita itu lalu mulai mengetik pesan di ponselnya dan langsung mengirim pesan itu pada Jacob.

Bunga :

Aku tidak menemukan Juliet dirumahnya. Seseorang mengatakan kalau rumahnya dan Romeo telah dijual dan dibeli. Apa kau tahu sesuatu?

Jacob :

Rumah mereka memang langsung dijual ketika pengadilan menetapkan tanggal persidangan pertama mereka. Juliet tinggal bersamaku, tapi sekarang aku sedang melakukan traveling untuk konten media sosialku. Selama aku pergi, Juliet tinggal bersama Jasmine, jadi jika kau ingin bertemu dengannya, datanglah ke rumah Jasmine.

Bunga :

Baiklah, kirim alamat Jasmine padaku.

Tak lama setelah Bunga meminta alamat rumah Jasmine, Jacob mengirimnya dan Bunga langsung tancap gas menuju rumah Jasmine.

'Jasmine si gendut itu? Ternyata dia tinggal di Jogja juga,' batin Bunga.

Sementara itu, di rumah makan Populer, Arvin sedang sibuk berkirim pesan dengan Khansa, namun Salma tidak menaruh curiga sama sekali.

Khansa :

Aku menunggumu di Lava Bantal.

Arvin :

Lava Bantal? Itu terlalu jauh, tidak adakah objek wisata yang lebih dekat dengan rumah makan Populer?

Khansa :

Banyak sebenarnya, tapi suasana disini lebih cocok untuk menyegarkan pikiran.

Arvin :

Baiklah, aku berangkat sekarang.

"Ini jam istirahatmu, kan? Kenapa kau masih di kursimu? Biasanya kau pulang atau duduk di kursi yang ada di pojok sana," ucap Salma pada Arvin.

"Yah ... Aku ingin pergi sekarang," ujar Arvin tanpa memberitahu Salma kemana tujuannya. Pria itu lalu bangkit dari duduknya dan bersiap untuk pergi.

"Kemana kau akan pergi?" tanya Wanda.

"Bahkan kekasihku saja tidak pernah menanyakan hal itu padaku," kata Arvin. Skakmat bagi Wanda. Salma hanya terkekeh kecil dan tetap tidak menanyakan tujuan Arvin.

Lain Arvin, lain lagi Bunga. Wanita yang statusnya menjadi anak pertama Tn. Farzin & Ny. Zemira sejak kematian Rasyid ini akhirnya sampai di rumah Jasmine dan tanpa pikir panjang ia langsung mengetuk pintu depan rumah tersebut.

Lalu keluarlah sosok Jasmine yang agak berbeda karena sepertinya berat badannya turun beberapa kilo.

"Kau, Bunga?" tanya Jasmine yang terlihat memastikan.

"Ya, Jacob memberikanku alamat rumahmu, dia bilang Juliet tinggal disini selama dia melakukan traveling. Apa Juliet ada di dalam?" Bunga bertanya balik.

"Kak Jacob sudah memberitahukan padaku tentang kedatanganmu, dan selama proses perceraiannya, kak Juliet tidak pernah kemana-mana, jadi dia ada di dalam."

"Baiklah."

"Mari masuk."

'Dia agak kurus,' batin Bunga.

"Kak, lihat siapa yang datang," ucap Jasmine pada Juliet yang sedang menonton tv.

Melihat kedatangan Bunga, Juliet pun langsung memeluknya dan menyambutnya dengan haru.

"Kau datang untukku?" tanya Juliet sembari sedikit menangis.

"Ya. Dan kenapa kau tidak memberitahuku bahwa kau dan Romeo bercerai?!" Bunga bertanya balik.

"Jasmine, bisakah kau membiarkan kami berdua disini?" ujar Juliet.

"Baiklah," kata Jasmine, ia kemudian pergi dari ruangan itu dan pergi ke kamarnya yang letaknya dekat dari ruangan itu, sehingga ia bisa menguping.

"Ini semua terjadi begitu cepat, Bunga. Aku minta maaf karena aku hanya memberitahu Raya tentang masalah ini. Tapi sekarang aku sudah tidak berkomunikasi lagi dengannya, sebab aku sedang dalam tekanan, makanya aku juga tidak menghubungiku," papar Juliet.

"Lalu dimana Agatha? Apa yang terjadi? Kenapa dia tidak bersamamu? Dan kenapa rumahmu dan Romeo dijual begitu cepat? Kalian bahkan belum menjalankan persidangan pertama kalian."

"Akan panjang jika dijelaskan. Tapi berhubung kau datang untuk hal itu, maka aku akan menceritakan semuanya."

"Baiklah, aku akan mendengarkan."

"Pertama, aku akan menceritakan tentang Nesha dulu."

Sesampainya di Lava Bantal, Arvin langsung berkeliling untuk mencari Khansa. Namun tiba-tiba matanya ditutup oleh seseorang dari belakang menggunakan tangan orang tersebut. Karena refleks, Arvin pun melepaskan tangan orang tersebut dari matanya.

"Jangan berlebihan, kita bertemu bukan untuk hal-hal yang romantis," ucap Arvin, yang tentunya sudah tahu siapa yang menutup matanya.

"Ehehehe, maaf, maaf," ujar Khansa.

"Jadi, bagaimana harimu?" tanya Arvin.

"Pertanyaan mainstream, tapi tidak apalah untuk memulai percakapan. Ya, hariku baik. Katakan padaku, apa kau memberitahu Salma bahwa kau akan bertemu denganku? Maksudku, aku tidak ingin hubungan kalian renggang karena aku, aku tak suka membuat orang lain ribut. Dia harus tahu kemana kau akan pergi agar tidak timbul kecurigaan diantara kalian," kata Khansa yang pura-pura peduli.

"Aku tidak memberitahunya, tapi tenang saja, Salma bukan tipe perempuan seperti itu. Kalaupun dia tahu bahwa aku bertemu denganmu, dia tidak akan cemburu, jadi santai saja."

"Benarkah? Bagaimana kau bisa seyakin itu?"

"Karena sebuah hubungan tidak hanya dibangun dengan rasa sayang dan cinta, melainkan juga sebuah kepercayaan."

"Hubunganku dan 'dia' dibangun dengan rasa kepercayaan yang penuh. Tapi pada akhirnya kepercayaan hanyalah sebuah omong kosong. Kepercayaan bukanlah hal yang paling penting dalam sebuah hubungan. Kau harus tahu, bahwa sebenarnya tidak satu pun orang yang bisa kita percayai di dunia ini."

"Lalu bisakah aku mempercayaimu dan seluruh ceritamu?"

"Aku tidak pernah memintamu untuk percaya, bukan?"

"Baiklah, baiklah, kau memang pandai menemukan jawaban yang tepat."

"Tapi jika ucapanmu itu benar, mungkin aku memiliki satu bukti untuk membuat ucapanmu itu menjadi benar."

"Apa?"

"Haha, aku tidak bisa mengatakannya sekarang."

"Kenapa?"

"Karena itu hanya menjadi rahasia antara aku dan salah satu pihaknya."

"Apa itu orang dekatmu?"

"Aku tidak bisa membocorkan sedikit petunjuk pun, haha."

"Aku jadi semakin penasaran."

'Orang itu adalah, ibuku,' batin Arvin.

"Setelah gugatan cerai yang dilayangkan Romeo diterima oleh pengadilan, rumah itu langsung dijual kepada seorang bawahan Romeo, makanya rumah itu mendapatkan pembeli dengan cepat," jelas Juliet.

"Tunggu, apa maksud dari 'rumah itu'? Bukankah itu rumah kalian berdua?" tanya Bunga.

"Sayangnya tidak, itu adalah rumah orangtua Romeo yang diwariskan kepadanya."

"Kau mengatakan padaku kalau kau terlahir sebagai orang kaya, jadi dimana hartamu?"

"Bunga, aku sudah hidup selama tiga puluh empat tahun, usiaku enam tahun lebih tua darimu. Aku memiliki masa muda, dan kau juga. Setiap orang melalui masa muda mereka dengan cara yang berbeda-beda."

"Dan kau menghabiskan masa mudamu dengan menghambur-hamburkan uang?"

"Ya."

"Jadi apa yang kau punya ketika menikahi Romeo?"

"Sebenarnya tidak ada. Setelah kematian orangtua kami, harta mereka tentu dibagikan kepada kami, masing-masing mendapat jatah, namun aku menghabiskan seluruh hartaku saat aku masih gadis. Aku tidak memiliki apa-apa saat menikah dengan Romeo, tapi dia tidak ragu untuk menikahiku karena melihat saudara-saudaraku yang hidupnya makmur, padahal aku tidak. Setelah menikah, aku memintanya untuk memodaliku membuka usaha yang berbau dengan kecantikan, agar aku terlihat seperti orang yang tidak menggantungkan hidup pada suami. Tapi pada akhirnya, Romeo merebut hal itu juga dariku."

"Bahkan juga Agatha," sambung Juliet.

"Ini masih tidak masuk akal bagiku. Kenapa Romeo menceraikanmu? Apa kelebihan Nesha? Mungkin Nesha memiliki harta sendiri, tapi kau tidak buruk. Dan kenapa Agatha tidak bisa menetap bersamamu?" ucap Bunga.

"Kau benar, Nesha memiliki hartanya sendiri. Mungkin aku tidak buruk, dan Nesha juga tidak buruk. Kelebihannya adalah, jika Romeo bangkrut, uangnya bisa dipakai untuk membangkitkan masa kejayaan Romeo lagi, sedangkan aku tidak. Semuanya milik Romeo, aku tidak punya apa-apa. Dan soal Agatha, Nesha yang membuat segalanya menjadi seperti ini. Sejak awal dia memang ingin merebut Romeo dariku, jadi dia berusaha sekuat tenaga untuk membuktikan bahwa aku ini bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa, dan karena dia berhasil membuktikannya, Romeo menceraikanku. Dia mengatakan padaku kalau selama ini aku menipunya, padahal aku tidak pernah mengatakan padanya bahwa diriku personal adalah orang kaya. Lalu setelah semuanya berhasil ia lakukan, Nesha menjanjikan banyak hal pada Agatha, dia menjanjikan hal-hal yang sudah tentu tidak bisa kujanjikan pada Agatha karena semua janji itu memakai uang, sehingga Agatha berpihak pada mereka."

"Itu keterlaluan sekali."

"Ya, dan semua ini membuatku begitu stress. Aku tidak tahu harus berbuat apa untuk merebut Romeo dan Agatha lagi dari Nesha."

"Kau memiliki banyak saudara dan hukum bisa dibeli. Kau bisa meminjam uang mereka untuk menyuap hakim, kan?"

"Saudara-saudaraku tak ada bedanya dengan sampah, kau harus tahu hal itu."

"Kenapa?"

"Mereka adalah sekumpulan iblis. Kau mungkin melihat Jasmine hanya sebagai wanita gendut yang polos, tapi pada kenyataannya tidak. Saudara-saudaraku terlihat baik, padahal mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki hati nurani. Mereka tidak akan meminjamkan uang kepadaku karena mereka tahu kalau aku akan kesulitan untuk membayarnya. Syukur saja Jasmine dan kak Jacob mau menerimaku untuk tinggal dirumah mereka."

"Jasmine dan Jacob masih single, kan? Untuk apa uang-uang itu pada mereka? Mereka seharusnya memberikan padamu secara gratis."

"Tidak hanya mereka berdua yang belum memiliki pasangan, Johan, kakakku yang nomor dua juga masih single. Masalahnya bukan tentang ada pasangan atau tidak, tetapi mereka memang buruk, licik, pelit, jahat dan sebagainya yang berhubungan dengan sifat setan. Satu, dua, tiga dan lima sama saja."

"Lalu apa langkah yang akan kau ambil untuk bisa menang dari Nesha?"

"Tidak ada. Aku sudah kalah. Aku putus asa. Aku menyerah. Dia mendapatkan segalanya," ujar Juliet.

"Dan tidak ada satu pun yang memberikanmu sebuah bantuan atau saran?"

Tiba-tiba saja Juliet teringat dengan tekanan yang sedang ia rasakan.

"Juliet!" panggil Bunga.

"Hah?! Apa?!" sahut Juliet.

"Kenapa kau melamun?"

"Hah? Kenapa?"

"Apakah ada yang memberikanmu bantuan atau saran?"

"Itu masalahnya. Seseorang memberikanku sebuah saran untuk mengambil sebuah langkah, yang membuatku terus mempertimbangkannya dan membuatku tertekan."

"Apa itu? Dan siapa orangnya?"

"Raya."

"Dia menyarankanku untuk mengakhiri permainan ini dan keluar sebagai pemenang dengan cara, membunuh Nesha," sambung Juliet. Hal ini sontak saja membuat Bunga terkejut.


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C67
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen