"Tunggu! Tadi kamu bilang namanya Mahesa Chayton? bukankah dia adalah legenda di dunia hiburan internasional setahun belakangan ini? hanya dalam waktu satu tahun dia berhasil membuat Word Entertainment semakin mendunia, tidak hanya tampan dan kaya tapi dia juga hebat dalam permainan biola. Lalu, kenapa dia ada di Star Entertainment? ?". lanjut Cantika dengan ekspresi terheran-heran.
"Menurut sumberku sih, dia sekarang adalah Ceo di Star Entertainment atas perintah Bos besar MH Grup". jelas Candy dengan nada panik karena dia mengingat bagaimana buruk sikapnya.
"Terus ada hubungan apa dia sama Mila?". tanya Cantika semakin penasaran.
"Mungkin dia merayu nya kali, soalnya Maheza itu juga terkenal Playboy".
"Mungkin kamu benar, tapi aku penasaran kira-kira apa hubungan kakak Ipar dengan Maheza itu sehingga dia langsung menunjuknya sebagai Ceo?". Cantika terus bertanya-tanya sampai Candy tidak tahu harus menjawab apa.
Sesaat kemudian Cantika melihat dari arah pintu masuk kantin dua orang gadis berjalan beriringan, satu menggunakan jilbab dan yang satunya memiliki rambut panjang terurai menggunakan kacamata.
"Mila kenapa tiba-tiba kamu menemuiku di kampus? untung saja aku sudah selesai mengajar". Keluh Ana sama Mila yang lagi duduk tenang menunggu pesanannya.
"Aku tidak sabar ingin memberitahumu kalau minggu depan bos akan mengadakan pesta penyambutannya sebagai bos baru Star Entertainment, dan dia memintaku mengajakmu". kata Mila dengan antusias.
Ana menyipitkan matanya dengan ekspresi heran. "Kenapa aku harus ikut? kamu tau kan aku tidak suka datang ke pesta, lagipula aku luar dari lingkaran itu".
"Ayolah temani aku! Anggap saja kamu adalah penjaga ku, bayangkan saja temanmu yang cantik ini hanya sendiri di tempat asing, apa kamu tidak khawatir?". kata Mila dengan wajah memelas dan mengedipkan matanya.
Mila tahu betul watak Ana, dia tidak akan pernah membiarkannya di lecehkan dan akan sangat ketat memberikannya ceramah agar menggunakan pakaian yang lebih sopan. Ana menarik nafas dalam dan berkata "Terus bagaimana sekandalmu?".
"Bos menjanjikan aku satu hari maka semuanya akan beres, dan jika benar maka aku akan berterimakasih untuk itu". Mila tampak bersemangat. Ana hanya menganggukkan kepalanya tanda dia setuju untuk ikut ke pesta.
Dari tempat duduk tertentu, ada emosi yang hampir meledak, mata Cantika seperti mengeluarkan bola api saat menatap ke meja Ana dan Mila.
"Candy ayo kita pergi saya muak, karena di sini ada bau busuk sampah masyarakat". kata Cantika sengaja membesarkan volume suaranya, benar saja Ana dan Mila mendengarnya.
Mila merasa geram, dan kehilangan kesabaran tapi Ana memegang tangan nya sehingga dia tidak jadi mengamuk pada Cantika.
"Dia tidak layak buatmu". kata Ana berusaha meredam emosi Mila.
Ana menatap ke arah Mila yang masih terlihat kesal. "Sudah tidak perlu diladeni, dia hanya anak kecil yang tidak penting, jadi nikmati saja makananmu". Kata Ana dengan tenang mencoba memadamkan amarah Mila lagi.
Keesokan Paginya.
Di meja makan yang bundar, tersedia berbagai menu sarapan. Seperti biasa para pelayan menyajikan makanan dengan hati-hati.
Pagi itu, keluarga Alvin termasuk Eza menikmati sarapan bersama.
"Bu, hari ini aku akan pindah ke rumah baruku, kemungkinan mulai malam ini saya tidak akan tidur di rumah ini". kata Alvin pada Ibu nya ketika dia selesai menikmati sarapannya.
"Aku juga bibi, aku membeli rumah dekat dengan kakak jadi dia tidak akan kesepian". ucap Eza menambahkan.
Yang benar adalah Eza memohon kepada Alvin agar mengizinkannya untuk tinggal bertetangga dengan nya, dan lagi ketika dia mengandalkan nama Ana semudah itu Alvin menyetujuinya. Di tempat duduk tertentu ada hati yang mulai merasa sedih, dia adalah si kecil Zian yang sudah terbiasa dengan kedua pamannya terutama Eza yang sering mengajaknya bicara dan bermain.
Mendengar rencana Alvin dan Eza, Tuan Zapran tidak bisa menghalangi keinginan mereka karena selain dia tau telah membuat anaknya kecewa dia juga sadar kalau anaknya sudah dewasa dan wajar berkeinginan hidup mandiri.
"Ibu tidak bisa melarangmu, tapi Ibu punya permintaan". Kata Ibu Aira.
"Katakan bu!". balas Alvin.
"Besok Ibu akan menemani Ayahmu ke London karena ada suatu urusan yang harus kami selesaikan, berhubung kakak mu Elisya tiba di Indonesia dua hari lagi, jadi kami titip Zian dulu sama kamu, bagaimana?".
Mendengar permintaan neneknya Zian langsung turun dari kursinya dan berlari menuju pamannya dengan ekspresi sedih, melihat ekspresi bocah kecil itu Alvin langsung mengerti apa yang dia inginkan.
"Itu tidak masalah Ibu, nanti sore pulang dari kantor aku akan menjemput Zian". Kata Alvin.
"Hore ... ". Zian berjingkrak kegirangan karena Alvin menyetujui nya. mereka semua pun langsung tersenyum dan tertawa bersama.
Yang benar adalah Alvin selain senang bisa tinggal bersama Zian dia juga memiliki pikiran yang lain, bahwa dia akan menjadikan Zian sebagai alasan untuk bisa bertemu Ana lagi.
Seseorang tertentu merasa sah sah saja memanfaatkan anak kecil. Setelah selesai sarapan Alvin langsung berangkat ke kantor, namun sebelum itu dia mampir ke kampus Maha University tujuan nya pasti karena dia Rindu.
Dari kejauhan dia melihat sosok gadis manis yang bersinar di balik jilbabnya seketika itu matanya cerah dan pandangannya tajam. Baginya meskipun hanya melihat dari jauh itu sudah bisa bekerja seperti Vitamin yang membuatnya bersemangat di pagi hari.
"Ana aku Rindu. Lebih tepatnya Aku rindu sampai aku merasa mau gila..". ucap Alvin.
Dalam ruangan dosen Ana sibuk membuat rencana pembelajarannya, tapi tiba-tiba saja hatinya berdebar-debar tidak jelas. Ana pun mulai penasaran dengan nalurinya yang sedari tadi berkata kalau dia harus berdiri di dekat jendela menghirup udara segar pagi hari.
Ana memang seorang dosen yang paling rajin dan berbakat, kemampuannya tidak diragukan lagi selain itu dia dijuluki dosen killer yang paling disiplin dan pelit dalam hal nilai jadi banyak mahasiswa yang berharap tidak mendapat pembimbing seperti dia waktu skripsi.