Semoga kalian suka guys...
**
Unedited
Matahari sudah terbenam begitu Alex kembali ke rumah eyangnya. Ia memberengut kecil ketika matanya menangkap beberapa mobil yang tidak dikenalnya kini sedang terparkir indah di parkiran dan halaman rumah masa kecilnya itu.
Dengan lihai Alex pun memarkirkan Toyota Fortuner miliknya di sebelah Jeep Wrangler putih yang sudah familiar baginya.
"Ini kenapa rame begini? Dan ngapain cecenguk ini ada di sini?" gumamnya bingung, turun dari mobil sembari menenteng beberapa kantung belanjaan.
Sebelum Alex pulang dari rumah sakit, Delilah tiba-tiba menelpon dan memintanya untuk membelikan beberapa keperluan kedua jagoannya. Alex pun menurutinya. Tanpa tahu bahwa istrinya itu sengaja membuatnya berlama-lama di luar.
Kedatangan Zakari di rumah eyang, membuat Alex terkejut. Pasalnya, ia sama sekali tidak memberitahukan pada kedua sahabatnya itu bahwa saat ini ia sedang berada di Jakarta.
Senang dengan kehadiran Zak, sekalian penasaran dengan apa penyebab keramain di rumah eyangnya, Alex pun mempercepat langkah kakinya. Saat Alex sampai di teras rumah, tiba-tiba Bi Ijah muncul dari dalam rumah dan mencegahnya masuk.
"Ini kenapa bisa rame begini, Bi? Siapa yang dateng?"
"Sini barang belanjaannya, den. Biar surti bawakan saja ke dalem." ucap Bi Ijah mengambil barang belanjaan yang ditenteng Alex dan menyerahkannya ke Bi Surti.
"Di rumah lagi ada apaan, Bi? Kenapa bisa rame begini?" tanya Alex lagi.
"Ini, den. Dipake dulu." Bi Ijah tak menjawabnya, malah menyodorkan sebuah kain yang sedikit panjang ke arahnya.
"Buat apa ini, Bi?" Alex memeringkan kepalanya sedikit saat menerima kain tersebut.
"Buat dipake di mata, den. Buat nutup mata den Alex."
"Buat apa nutup mata saya pake ini, Bi?" tanya Alex semakin dibuat bingung.
"Ini disuruh non Delilah, den. Bibi juga enggak tau."
Mendengar nama istrinya-lah yang menyuruh Bi Ijah menutup matanya, suatu bayangan tentang apa yang sedang terjadi saat ini pun terbesit di kepala Alex. Dengan senyuman tipis, ia lantas melilitkan kain tersebut menutupi matanya.
Setelah ia sudah tak lagi bisa melihat apa yang ada di sekitarnya, Bi Ijah kemudian memegang tangannya dan mulai menuntunnya ke suatu tempat.
Meskipun matanya ditutup, Alex menyadari bahwa Bi Ijah membawanya di taman belakang yang ada di rumah eyangnya. Ia bisa merasakan semilir angin menyentuh kulitnya.
"Sudah sampai, Bi?"
"Sudah, den."
"Tutup matanya boleh dilepas, Bi?"
"Boleh, den."
Bertepatan dengan kain yang menutupi matanya dilepas, Alex bisa melihat Zakari, Rafael, Delilah, eyang, ayah, dan beberapa teman serta koleganya berdiri tak jauh dari tempatnya sedang berdiri. Mereka saat ini sedang menyanyikannya lagu happy birthday to you untuk dirinya.
Meskipun Alex sudah menduga bahwa istrinya akan memberikan kejutan ulang tahun untuknya, namun Alex tetap saja merasa terkejut dan terharu.
Senyuman bahagia lantad menghiasi wajah tampannya. Senyuman itu membuat ekspresinya terlihat lebih bersahabat dan muda, dibandingkan dengan raut wajah yang biasa ditunjukkannya sehari-hari.
Delilah kemudian menghampirinya lalu menarik tangannya menuju meja yang di atasnya terdapat sebuah kue ulang tahun yang cukup besar.
Sebuah ucapan, Happy Birthday Alex, tertera di atas kue berwarna cokelat, yang di sampingnya dihiasi lilin-lilin kecil.
"Tiup lilinnya, babe.." bisik Delilah dengan senyum sumringah.
Tanpa berlama-lama, Alex pun meniup lilin-lilin tersebut dengan penuh rasa suka cita dan terima kasih.
Alex tertawa kecil, lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh teman, kerabat dan keluarganya yang sudah hadir di rumah eyangnya hanya untuk memberikannya kejutan.
"Aku gak tau harus ngomong apa sama kalian semua. Pastinya thanks banget buat kalian semua. Buat teman-teman maupun keluarga aku yang sudah nyempetin waktunya untuk ngerayain ulang tahun aku, walaupun sudah lewat. Terima kasih buat kehadiran, waktu dan kejutannya."
"Sama seperti ulang tahunku sebelumnya, aku juga ingin berterima kasih pada Delilah, istriku yang tercinta. Terima kasih sudah mau menerimaku dan mau menjadi istriku. Terima kasih juga karena sudah ngerencanain kejutan ini. Aku tau, pasti ini semua ulah kamu. Thanks, babe. I love you so much..."
Pengakuan cinta Alex membuat orang-orang yang mendengarnya meneriakinya akan kegombalannya itu. Namun ada juga beberapa dari mereka yang sedikit merasa cemburu akan keromantisan dan kedekatan dari pasangan suami istri tersebut.
Setelah Alex mengucapkan rasa terima kasihnya, satu persatu teman dan kerabat-kerabatnya pun mulai menghampirinya untuk mengucapkan selamat ulang tahun.
"Happy birthday, bro... Semoga elo semakin bahagia..." ucap Zak saat ia menyelamati Alex.
"Thanks, Zak.."
"Istri elo mana? Gak dateng?"
"Dia gak bisa ke sini. Biasa, jaga anak. Tapi dia nitipin selamat dan doa buat elo. Katanya, semoga elo bisa besanan sama kita." Zak tertawa kecil.
"Ada-ada aja istri lo itu, Zak."
"Lah, beneran, Lex. Gue juga berdoa semoga gue bisa besanan sama elo dan Delilah... Ya, gak, Del?" Zak menyengir melirik Delilah yang berdiri sebelah Alex.
"Boleh juga, Zak ide kamu." balas Delilah mempertimbangkan ide Zak.
"No, babe. Kita gak boleh ikut campur urusan Jordan sama Jayden. Apalagi urusan percintaan mereka. Pilihan mereka itu ada di tangan mereka sendiri. Bukan di tangan kita." kata Alex tegas.
Delilah memonyongkan bibirnya, sedikit merajuk. Ia sebenarnya sudah membayangkan bagaimana jika ia besanan dengan Zak dan Melisa. Pasti akan sangat menyenangkan rasanya. Ia dan Melisa bisa saling curhat-curhatan membicarakan anak-anak mereka itu.
Zak lantas meninggalkan Alex dan Delilah untuk berbicara dengan koleganya. Beberapa kolega Alex juga merupakan kolega Zak. Setelah Zak pergi, Alex pun teringat dengan kedua jagoannya.
"Si kembar mana, babe? Kok gak keliatan?" tanyanya pada Delilah.
"Lagi tidur. Biasa, bayi..."
Tak lama setelah Zak pergi, didampingi dengan seorang wanita yang tak dikenal Delilah, Rafael pun menghampiri mereka.
"Happy birthday, Lex.." ucap Rafael tersenyum tulus.
"Thanks, Raf."
"Ngomong-ngomong ini siapa? Kenalin dong ke kita, Raf..." Delilah melirik wanita cantik di sebelah Rafa sedikit penasaran.
"Cassandra..." sapa Cassandra memperkenalkan dirinya menyalami Alex dan Delilah bergantian.
"Cassandra baru balik dari Jerman. Dia anak teman nyokap gue." jelas Rafael memperkenalkan Cassandra.
Delilah hanya mengangguk, tersenyum mengerti. Di lain sisi, raut wajah Alex sudah berubah kaku semenjak ia melihat perempuan yang ada di sebelah Rafael.
Alex menatap Cassandra lekat-lekat lalu melirik Rafael. Tanpa diduga, Rafael ternyata sedang memperhatikan reaksinya juga. Pandangan mereka pun bertemu. Dan Rafael tersenyum kecil ke arahnya.
***