App herunterladen
2.47% Masa Muda Yang Tak Muda / Chapter 6: Ayah, Kinan Pamit....

Kapitel 6: Ayah, Kinan Pamit....

Pagi ini terasa lebih dingin dari biasanya, bahkan dedaunan di luar sana berembun menandakan betapa berairnya cuaca pagi ini.

 "Ibu,,,, untuk hari ini bisa tidak kalau Kinan tidak pergi ke sekolah, biarkan Kinan beristirahat satu hari lagi, setelah kejadian kemarin di sekolah sepertinya tubuhku masih sedikit lemas, tapi ibu tidak perlu khawatir, Kinan baik-baik saja, hanya ingin istirahat lebih banyak".

Ibu langsung mengecek demam Kinan dan memberikan senyum hangat untuk putrinya itu.

"Iya sayang, kalau kamu masih merasa lemas, kamu boleh istirahat untuk hari ini, tapi ada yang ingin ibu sampaikan, apa Kinan tidak apa-apa?"

Ibu berbicara dengan sangat hati-hati kepada Kinan karena akan memberitahukan rencana menjual rumah dan pindah ke kota lain.

Kinan hanya menganggukan kepala tanda bahwa ia siap mendengar apa yang akan ibunya katakan.

Dan sebenarnya jauh di lubuk hatinya ia tahu apa yang akan di ucapkan ibunya, dia mulai merasa takut.

 "Apa ini benar-benar akan terjadi? apa kita harus benar-benar pergi dari rumah ini?" suara hati Kinan bergemuruh tanpa ada yang mendengar itu. "

Ibu segera menjelaskan maksud kepindahan mereka semua ke kota lain.

 "semua ini demi kebaikan kita semua, termasuk ayah, Kinan akan mendapat tempat baru dan teman-teman baru, apa kamu setuju dengan rencana ibu dan kakak-kakakmu?"

Kinan diam tanpa segera memberikan respon berarti atas semua yang telah ibunya jelaskan panjang lebar.

Dia paham betul bahwa maksud ibu bukan meminta persetujuannya, tapi lebih kepada memberitahunya bahwa kita semua akan segera pindah dari rumah ini.

Rumah yang teramat banyak menyimpang kenangan.

Dari kenangan yang sangat manis, hambar, bahkan terpahit sekalipun, semuanya ada di dalam rumah ini, menyatu dengan semua orang yang ada di dalamnya.

 "Apakah ayah tidak akan mencari kita bu? apa betul ayah akan benar-benar bahagia jika kita meninggalkan rumah ini? meninggalkan kota ini juga?"

 Kinan tidak bermaksud melawan semua rencana ibu dan semua saudaranya.

Tapi ia hanya ingin mendapatkan kekuatan untuk bisa yakin bahwa jika ia pergi dari rumah ini, semua akan baik-baik saja, entah itu untuk Kinan dan ibu ataupun untuk ayahnya.

Ia tetap berpikir bahwa ayahnya akan mencari Kinan ke rumah ini suatu hari nanti.

"Apa Kinan ingin tetap dengan ayah? sayang, ayah sekarang bukan hanya milik Kinan, tapi juga milik orang lain, ayah juga selalu sibuk dengan pekerjaannya, dia akan sangat jarang menyempatkan waktu untuk bertemu Kinan dan semua kakakmu di rumah ini, kita mulai kehidupan baru di rumah baru, di sekolah baru, di kota baru, ibu janji akan membuat Kinan nyaman di rumah baru kita".

Ibu berusaha dengan sekuat hati meyakinkan Kinan.

 "Ibu aku ingin kembali tidur, aku sudah sarapan dan minum obat, ibu bisa melanjutkan pekerjaan ibu di dapur".

 Tanpa merespon penjelasan Sang Ibu, Kinan meminta waktu untuk sendiri dengan alasan ingin tidur setelah minum obat.

Ibu paham maksud Kinan dan dengan sedikit cemas ibu meninggalkan Kinan sendiri di kamar.

"Hallo, selamat siang, benar ini dengan Ibu Ranti?".

Suara dari ujung telepon sana memastikan kediaman ibu Ranti (ibu kinan),

"Benar dengan saya sendiri, dengan siapa saya bicara? ada yang bisa saya bantu?".

Ibu sudah merasa bahwa yang sedang berbicara di telepon adalah orang dari jasa pemasang iklan penjualan rumah.

Mungkin sudah ada peminat untuk rumah mereka, karena rumah mereka berada di kawasan yang cukup bisa di bilang strategis dan memiliki lingkungan yang sangat bersih dan asri untuk ukuran wilyaha perkotaan.

Jadi untuk mencari pembeli bukan hal yang sulit untuk penjualan properti di perumahan itu.

Secara diam-diam setelah berbincang dengan Keysa ibu langsung menghubungi jasa penjualan rumah di kota itu,dan sepertinya semua berjalan lancar.

"Baik bu untuk rumah yang ibu tawarkan kemarin sudah ada peminatnya dan jika ibu ada waktu dalam waktu singkat ini mereka ingin datang ke rumah dan melihat kondisi rumah yang akan di jual".

Tanpa berbicara panjang lebar ibu menyetujui pertemuan itu. Ibu yakin semua akan berjalan lancar.

"Bu, Kinan dimana? bukankah dia tidak masuk sekolah hari ini?" Keysa keluar dari kamarnya dan mencari Kinan.

"Adik kamu sedang beristirahat di kamarnya, coba kamu ajak bicara pelan-pelan soal rencana kita, ibu sudah berusaha meyakunkan dia, tapi dia hanya diam saja, malah memikirkan perasaan ayahnya, Kinan terlalu tulus mencintai ayahnya, bahkan disaat ayahnya tidak lagi ingin bersamanya".

Kadang ibu terlalu sensitif jika itu bersangkutan dengan persoalan ayah, rasa sakit hatinya kadang membuat ibu tidak begitu bijak melihat permasalahan, untungnya Keysa sudah cukup dewasa untuk memahami emosi ibu yang seperti itu.

Keysa hanya memeluk ibu agar dia merasa sedikit terhibur dan kemudian berlalu menuju kamar Kinan.

"De, wah enak betul bolos sekolah ya hari ini" Keysa memasuki kamar Kinan sambil menyapa dengan sedikit bercanda agar Kinan tidak terganggu.

 Tanpa tahu bahwa Kinan sedang menangis di bawah selimutnya.

Kinan menutup semua tubuhnya menggunakan selimut tebal, jadi Keysa tidak tau apa yang sedang terjadi di bakik selimut itu.

Sampai akhirnya ia mendengar isak tangis Kinan dari dalam sana, sambil duduk mendekati Kinan dia bertanya .

" De, kamu kenapa menangis? kakak disini ayo bicara dengan kakak, kamu tidak boleh seperti ini sendirian, ada kakak disini, ada ibu, ada semua orang yang mencintaimu disini, kenapa kamu menangis sendiri????  ya ampun Kinan, apa yang terjadi sampai membuat kamu menangis seperti ini???."

Keysa mengira-ngira kenapa Kinan menangis, dan ia berusaha membuat Kinan terhibur dengan kata-katanya.

Kinan langsung duduk dan memeluk kakaknya sambil tetap menangis dan bertambah kencang suara tangisannya,

 "Kak, kinan sayang ibu, Kinan sayang kakak semua, tapi Kinan juga sayang ayah, Kinan bisa tinggal dengan ibu dan kakak dimana saja kalian mau, tapi Kinan juga tidak bisa meninggalkan ayah disini sendiri, meskipun ayah sekarang sudah memilih orang lain di luar sana, tapi ayah pasti tetap ingin bertemu Kinan, seperti yang sekarang Kinan rasain, Kinan rindu ayah, Kinan yakin ayah juga rindu pada Kinan, apa yang harus Kinan katakan pada ibu kak? Kinan tidak mau ibu marah".

Tangisan Kinan terdengar oleh ibu di luar, dia langsung ke kamar Kinan, dan setelah melihat kedua putrinya sedang saling merangkul dan menangis, ia berhenti dan diam di depan pintu mendengarkan dari sana.

 "Kinan tahu kan kalo kakak juga sayang ayah, ibu juga sayang ayah, Kinan tahu?.

"dan pastinya ayah juga sayang kita, cuma sekarang situasinya tidak sama seperti dulu, seperti kakak yang sudah besar, kakak harus pergi ke luar kota dan tinggal sendiri disana untuk sekolah, Kinan bisa juga menganggap apa yang akan kita lakukan seperti kakak pergi sekolah ke luar kota, kita masih bisa pulang ke kota ini untuk menemui ayah meskipun bukan rumah ini lagi tempat kita untuk pulang, tapi kita masih bisa menemui ayah walaupun tidak akan sesering dulu, yang bisa setiap hari ketemu ayah, sekarang berbeda, Kinan sudah tahu kalau ayah dan ibu berpisah karena permasalahan orang dewasa yang kamu tidak perlu pusing memikirkannya, kita sekarang hanya perlu saling mencintai satu sama lain dan saling menghibur, kita harus menghibur ibu, agar ibu tetap kuat, dan kakak akan menghibur kamu agar kamu tetap tersenyum, kita pasti akan bahagia di rumah baru, mungkin akan sulit untuk awalnya, tapi Kinan tahu tidak? di rumah baru nanti, Kinan akan bertemu dengan teman baru dan juga tempat main baru, itu pasti seru",

Keysa berusaha meyakinkan Kinan meskipun ia tahu sebenarnya tidak mudah membuat anak ini yakin akan suatu hal.

Karena pada dasarnya Kinan adalah anak yang sudah memiliki pemikiran sendiri dan dewasa untuk anak seusianya, jadi dia tidak mudah terpengaruh.

Kinan melepaskan pelukan dari kakaknya dan mengusap air matanya.

Tangisannya mereda dan ia mengangguk tanda respon dari semua penjelasan kakaknya.

"Iya kak, Kinan juga setuju untuk pindah".

Itu saja yang Kinan ucapkan tanpa ada penjelasan apa-apa lagi dan tanpa ekspresi yang meyakinkan, ia mempersingkat pembicaraan dengan kakaknya dan kembali meminta kakaknya untuk keluar karena dia akan melanjutkan istirahatnya.


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C6
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen