Pagi itu Syabilla sedang asik memasak bersama Silla di dapur, sesekali mereka mengobrol ringan.
"jadi sekarang kamu masih ngajar Bil? " tanya Silla
"pastinya" senyum Syabil renyah secerah wajahnya.
"aku suka semangatmu, tapi kok asin ya nasi goreng nya" kata Silla di sela senyumnya.
"ah masa sih" Syabilla penasaran dan akhirnya dia mencoba sedikit nasi goreng alhasil apa yang di katakan Silla benar, nasi gorengnya sangat asin bahkan membaut perutnya mual.
"asin banget" Syabilla dengan cepat mencari air putih guna menghilangkan rasa asin yang tertinggal di mulunya.
"asin kan" tawa Silla renyah.
"banget, asin banget.. sayang deh ngak bisa di makan" Syabilla kecewa, ini hari pertama dia tinggal di rumah ini meskipun tadi malam di menumpang tidur di kamar Silla.
"sudah... kita bikin yang baru lagi! okay"
"siip deh"
Syabilla memang perempuan yang murah senyum dan dia juga cepat beradaptasi dengan lingkungan di rumah itu, meskipun Adam tak menerimanya tapi juga tak menolaknya. Ibarat buah itu simalakama makan tidak dimakan tetap mati.
Syabilla tidak ambil pusing dengan sikap Adam yang memilih diam, dia sibuk dengan dunianya dan Syabilla juga sibuk dengan kehidupannya. Jam sudah menunjukan pukul 07.00 pagi, Ronna siap untuk berangkat kesekolah, dia mendorong kursi rodanya dengan pelan.
"wah masakan tante pasti enak" kata Ronna, Alhasil Ronna mendapatkan senyuman paling manis dari Syabilla.
"jelas donk, siapa dulu yang masak " kata Silla berujar dengan semangatnya.
Terlihat Adam menuruni anak tangga dengan tergesak-gesak dia seperti sedang mencari sesuatu, mau bertanya kepada pembantu itu tidak mungkin karena pembantu di rumah itu sudah mengundurkan diri karena ingin menjaga ibunya.
"om Adam nyari apa? " tanya Ronna dengan polosnya, ketika melihat Adam masih belum rapi tapi masih sibuk membuka laci.
"nyari berkas yang kemaren" jawabnya singkat.
Syabilla ingin mengatakan sesuatu tapi dia tidak berani ikut bicara kecuali Adam sendiri yang bertanya padanya.
"Bill... apa kamu melihat berkas ku yang aku letakkan di meja sini" tunjuk Adam pada meja kecil dekat pigura kecil.
"eh.. anu" Syabilla gugup, mendengar jawaban Syabilla gugup Adam memandang perempuan itu dia sedikit mengangakat alisnya karena melihat Syabilla gelisah. "Dia gugup atau takut sih" gumam Adam di dalam hatinya.
"anu apa? " tanya Adam " kamu melihatnya? " tanya Adam sekali lagi.
"ada di laci" Syabilla berjalan mendekati Meja yang tak terlalu jauh dari mereka dia membuka laci itu dan menyerahkan benda yang sejak tadi di carinya.
"lain kali ngak usah di pindah" kata Adam singkat tanpa ekspresi sama sekali. Dia mengambil map itu di tangan syabilla dan berlalu begitu saja.
Sejenak Syabilla memndang punggung suaminya itu, dia begitu mengangumi sosok ini dan terbersit di hati kecilnya rasa syukur karena bisa menikah denganya. tapi semua itu berbanding terbalik dengan ke adaan yang dia terima.
***
Syabilla berangkat kerja bersama Silla karena gadis itu akan membuka butiknya hari ini setelah lama tidak buka karena di tinggal keluar kota. Sementara Ronna seperti biasa dia akan berangkat dengan Adam. Gadis kecil itu kdang memanggil Adam dengan sebutan papa, tapi terkadang memanggil dengan sebutan om. tergantung suasana hatinya ingin berkata apa dan dengan santainya Adam membiarkan itu karena gadia kecil itu adalah anak dari seseorang yang begitu di hormatinya.
Perjalanan menuju sekolah tempat Syabilla bekerja tidak terlalu memakan waktu banyak, biasanya dia akan menungu angkot sekitar 30 menit, itu pun jika dia sedang beruntung.
" terimakasih ya" Syabilla berujar dengan senyum manisnya sambil membuka pintu mobil.
"sama-sama, Bill..!"
Mendengar namanya dipanggil, Syabilla mengurungkan niat untuk turun dari mobil itu.
"ya"
"tadi malam Adam mengetuk pintu kamarku, dia nanyain kamu" Syabilla diam menyimak ada debaran halus di dadanya, antara takut dan senang bercampur menjadi satu.
"untuk apa?" akhirnya Syabilla mengutarakan pertanyaan itu.
"ngak jadi deh, nanti aja" Silla cengir, Syabilla cemberut karena tidak mendapatkan jawaban yang tidak memuaskan.
"Bill.. Adam itu orangnya baik, memang dia agak kaku. dia melakukan segala sesuatu dengan tindakan, dia tidak banyak ngeluh. tolong kamu sabar dengannya ya!"
"insyaallah, aku masuk dulu ya" Syabilla keluar dari mobil itu, dia berjalan dengan santai menuju gedung sekolah. Di sana semua orang taunya pak Adam akan menikah dengan Ayya tapi mereka tidak ada yang tau jika dia lah yang menggantikan gadis itu.
***
Seperti biasa ketika datang setiap guru akan melakukan absen fingerprint yang ada di kantor bawah, semua guru yang datangnya berbarengan akan antri di sana. Tibalah giliran Syabilla untuk Fingerprint ,setelah selesai dia berencana untuk kembali keruangan guru yang ada di lantai kedua. Tapi dia mendengar suara pak Adam sedang marah-marah dengan kepala TU, tidak jelas apa yang di bahas yang terdengar hanya suara pak Adam yang sepertinya tidak terima dengan hasil pekerjaan yang di buat Kepala TU itu. Tidak ingin kena semprot juga para guru-guru yang lain juga ikut kabur di tempat itu.
Baru saja Syabilla ingin duduk, Bu Maret mendekatinya dia berbicara seperti berbisik.
"Bill, kamu hadir di pernikahannya Ayya sama pak Adam?" tanya Bu Maret, sontak saja Syabilla kaget, secara semua guru tidak ada yang datang kepernikahan itu sebab jarak tempuhnya cukup jauh dan di laksanakannya pun buka hari libur melainkan hari sibuk bekerja.
"emm.. hadir kok" jawab Syabilla terdengar gugup.
"kok gugup begitu?" Selidik bu Maret.
"ah... tidak kok" Syabilla berusaha mengalihkan kegugupannya. Secara jika satu sekolah tahu apa yang terjadi dia harus siap dengan segala cibiran, atau bahkan pujian yang tidak berguna.
***
Layar monitor komputer penuh dengan berbagai macam tulisan, Syabilla benar -benar sibuk hari ini dia harus menyelesaikan pekerjaan yang tertunda karena sekitar 3 hari di meliburkan diri.
Di sela kesibukannya Syabilla tidak terlalu berbaur dengan yang lain, padahal ibu-ibu itu sedang asik bergosip riya entah apa yang mereka bahas. Sebuah pesan singkat masuk dengan suara khasnya yang begitu di kenali oleh Syabilla. Dia berhenti sebentar dari pekerjaannya untuk mencek pesan siapa yang masuk..
"tunggu, jangan pulang sendiri" sesingkat itu pesan dari pak Adam, Syabilla sedikit menaikan alisnya ketika bingung melanda. Fikirnya " apa pak Adam tidak takut nanti ketahuan"
"iya" balas Syabilla singkat, terlihat Pak Adam sedang menulis sesuatu tapi tak kunjung selesai.
"kita harus bicarakan ini, aku tidak mau membawa rumah tangga ini tanpa arah. kamu tanggungjawabku sekarang"
Syabilla tersenyum sendiri membaca pesan singkat dari pak Adam, mungkin bagi sebagian orang itu hanya obrolan yang biasa, tapi baginya itu hal yang sangat istemewa karena Pak Adam bukan tipikal orang yang mau repot-repot mengetik sebuah pesan hanyar untuk istrinya yang baru saja dia nikahi dalam ke adaan terpaksa.
Syabilla tak membalas pesan itu dia melanjutkan pekerjaannya. Sementara di lain tempat Pak Adam sedikit kesal karena pesannya di abaikan oleh Syabilla istrinya itu. Dia memijat pelipisnya yang mulai berdenyut apalagi tdi pagi dia sempat emosi melihat laporan dari Ka TU berantakan, di tambah di abaikan oleh mahkluk yang bernama Syabilla.
"kenapa tidak di balas" gumam Adam, dengan berat hati dia meletakkan kembali Hp nya dan mencoba untuk berfikir sejenak, serta mencari keberadaan Ayya yang sudah membuat semua ini berantakan, tapi bagi Adam kepergian Ayya bukan masalah besar, yang di permasalhkannya adalah kenapa perempuan itu tidak jujur dan apa yang sedang di sembunyikan.
Ketokan pintu membuyarkan fikiran Adam, Seseorang membuka pintu.
"assalamualikum pak" salam Bu Maret
"waalaikum salam, silahkan masuk! ada apa bu?"
Bu Maret berjalan pelan menuju meja pak Adam, dia duduk ketika mendapatkan anggukan dari Pak Adam untuk mempersilahkannya duduk.
"ada apa?" wajah tegas pak Adam membuyarkan keberanian bu Maret, dia agak sedikit takut dengan wibawa bosnya ini.
"begini pak" kata bu Maret, dia berjeda sejenak, pak Adam fokus mendengarkan.
"saya mau mengajukan cuti lagi" kata Bu Maret, tapi Pak Adam tanpa ekspresi sama sekali dan juga tak ada komentar pedas seperti biasanya jika ada salah satu guru yang keseringan ngambil cuti.
"untuk apa?" kata paK Adam akhirnya berkomentar.
"cuma dua hari pak, saya mau mengurusi pernikahan putri bungsu saya" kata bu Maret menjelaskan.
"dua bulan lalu kamu cuti karena putri sulung kamu menikah, sekarang putri bungsu anda menikah, dua bulan lagi anak siapa yang akan menikah. Bu Maret kita ini di gajih oleh orang tua untuk bertanggung jawab dengan pendidikan di sekolah ini, mereka berharap anak mereka mendapatkan pendidikan yang baik, tapi kalau gurunya sering cuti begini... mau di bawa kemana muka saya ini"
"Tapi Pak ini yang terakhir" Bu Maret masih berkilah.
"terakhil kalai cuti juga bilang begitu" pak Adam Skakmad bu Maret yang keseringan cuti.
"Saya akan beri dua hari untuk cuti, dan setelah itu anda jadi panitia Millad sekolah yang akan di adakan dua minggu lagi" putus Pak Adam tanpa perasaan. Bu maret manyun karena cuma daoat jatah izin dua hari padahal dia ingin sekalian berlibur dengan menantunya yang kaya raya itu. Tapi yang membuat bu Maret geram adalah dia menjadi panitia Millad sekolah, itu adalah panitia yang paling dia hindari karena akan abanyak acara yang akan di lakukan dan itu tanpa istirahat.
Bu Maret keluar dari ruangan pak Adam dengan ke adaan kesal beberapa kali dia mengehntakkan kaki karena tak berdaya oleh sikap disiplin Pak Adam itu.
***
Jam sudah menunjukkan jam 3 siang kali ini kelas bubar lebih cepat karena ada persiapan lomba untuj siswa-siswinya. Seperti yang di janjikan tadi Syabilla menunggu di samping gedung sekolah. Kebetulan sekolah sedang sepi karena semua murid sudah pulang dari jam dua siang tadi.
Cukup lama Syabilla menunggu hingga beberapa saat kemudia mobil pak Adam keluar dari halaman parkiran sekolah.
Mobil itu berhenti tepat di dekat Syabilla berdiri.
"ayo masuk!" pinta Adam pada istrinya itu
Syabilla membuka pintu penumpang, maksud hati dia akan duduk di sana tapi Adam dengan cepat berkomentar.
"aku ini suami kamu, bukan supir kamu"
Syabilla mengurngkan niatnya untuk naik dia salah lagi.
"terus aku duduk di mana?" tanyanya dengan polosnya.
"di sini Syabilla, di sini" tunjuk Adam pada kursi yang ada di sampingnya itu.
"ngak apa-apa kalau aku duduk di sana?" tanyanya lagi.
"aku ngak akan terkam kamu di sini, ayo masuk dan duduk di sini" perintah Adam lagi, membuat Syabilla menutup pintuk belakang dan dia berjalan memutari mobila untuk membuka pintu depan yang berdekatan dengan Adam. Suasana canggung masih di rasakan, Syabilla duduk seolah tidak nyaman karena dari tadi Adam tak berkomentar apapu.
" biarlah ... aku akan diam saja" bisik Syabilla pada hatinya
para pejuang rindu