Aku tertidur lelap setelah diberi skill »Heal« oleh ibuku, aku tertidur.
Ke esokan harinya aku mulai menjalani hidup seperti balita pada umumnya, sejak aku berumur 3 tahun aku di ajari cara membaca dan penulisan di sini. Sebab di kehidupan ku sebelumnya mempelajari hal yang berkaitan dengan dunia atas atau yang biasa di sebut dunia yang di hidupi oleh manusia adalah hal yang tabu, jadi karena hal itu aku mempelajari banyak hal mulai dari penulisan huruf nama ku yaitu Lockhart. Setelah belajar menulis yang diajarkan oleh Veil aku diajari ilmu sosial dan pengetahuan tentang daerah kekuasaan ayahku, Ayahku Eugene von Warnfort menguasai daerah yang bernama 'Damascus'. Keluarga Warnfort merupakan keluarga Alves, salah satu pendiri dari kerajaan suci wortenia. Setelah belajar ilmu sosial.
Aku pada siang hari selalu menuju ruang latihan untuk menemui Zake Oryland, dia adalah kepala pelayan dikeluarga ku, di dalam ruang latihan sangatlah tenang dan disana banyak bau logam. Bau logam tersebut berasal dari perisai dan armor ataupun beberapa pedang yang ada di pojokan ruangan, aku di dalam ruang latihan berlatih menggunakan busur, aku dengan zake. Kebetulan zake dahulunya adalah seorang petualang tingkat S yaitu tingkat tertinggi di dalam tingkatan petualang, dan dia mendapat julukan " The Assasin Leaf ". Zake menceritakan pengalamannya kepada ku sehingga aku dan dia akrab. Selain menceritakan pengalamannya, zake juga mengajariku teori – teori monster yang dapat di lawan oleh ku dan juga monster yang jarang di temui di wilayah suci kerajaan wortenia.
Dengan antusias aku juga memintanya untuk mengajariku kemampuan berpedang, tetapi itu dilarang kerang olehnya.
" Tidak tuan muda, anda masihlah berumur 3 tahun. Anda hanya perlu belajar menggunakan busur dan anak panah itu saja dahulu, bila waktunya tiba dan ayah anda menyetujui hal tersebut saya sendiri sebagai kepala pelayan yang akan mengajarinya " jawab nya dengan nada khawatir terhadap keselamatan ku
Aku segera merespon jawabannya dengan hormat, karena dia mengutamakan keselamatan ku,
" Baiklah, bila waktunya tiba aku ingin kau mengajari semua kemampuan menggunakan pedang dengan baik agar aku dapat menjadi seorang petualang yang hebat "
Dia pun malah tambah khawatir akan hal itu dan juga bingung kenapa aku ingin menjadi petualang
" Tuan muda, saya akan mengajari anda tehnik 'Art of Holy sword' yang dibanggakan oleh kerajaan kita "
Aku ingin menjawabnya namun dia mengarahkan jari telunjuknya ke mulutku dan aku mendengarkan dia kembali.
" Tetapi, saya hanya mengajarinya ketika Tuan muda tidak perlu berpikiran tentang menjadi seorang petualang. Ingatlah bahwa anda adalah pewaris utama dari keluarga Warnfort "
Dia memberitahu ku seperti ini, padahal umurku saja baru menginjak tiga tahun di dunia ini mana mungkin aku mengerti. Tetapi dia menatap ku seolah aku ini mengerti apa yang dibicarakan, dia pun setelah berbicara itu raut mukanya berubah menjadi agak suram dan mulai berbicara secara pelan.
" Tuan muda, menjadi seorang petualang itu tidak mudah. Kami mencari uang untuk makan dari permintaan seseorang dan membunuh orang maupun melakukan hal jahat " dia berbicara seperti itu dengan menundukkan kepalanya, seolah olah dia telah melakukan kejahatan yang sangat besar
Itu lah yang kulihat dari wajahnya yang termenung sedih karena aku tidak enak akan hal ini. Aku berniat menghiburnya dan berbicara secara pelan agar ia dapat mengerti maksudku.
" Aku adalah penerus keluarga ini pak tua zake, aku akan berusaha keras agar aku dapat di akui oleh ayahku dan ibuku serta aku juga dapat melakukan upacara ritual kedewasaan ku. Karena itu aku akan serius belajar semua hal yang ada dan tidak akan menjadi petualang pak tua zake. " aku berbicara seperti itu dan tangan kananku yang kecil ini pun memegang tangannya yang besar dan kasar, agar ia dapat mengerti makudku.
Setelah berbicara seperti itu dia mengangkat wajahnya dan kembali tersenyum seperti biasa, kami pun melanjutkan pelajaran tentang jenis jenis moster kembali. Setelah menjelang malam hari aku pergi ke ruang utama keluarga untuk menemui ibu ku yang sudah duduk di bangku yang ada di ruang utama tersebut dengan memegang sebuah buku yang tebal sekali yang biasa di baca olehnya untuk mempelajari sihir tentang dunia, yaitu sihir yang tingkatannya diatas level 4. Pembagian sihir di dunia ku, yang angka levelnya makin tinggi maka sihir tersebut makin hebat. Ada sihir tingkatan dimensi yang hanya bisa di kuasai oleh 'Saint'.
Setelah aku melihatnya memegang buku tebal tersebut, aku pergi menuju tempat duduk ibuku secara pelan pelan agar tidak menggangu nya yang sedang membaca, secara perlahan namun pasti aku mencapai bangku tersebut dan duduk disamping ibu ku tanpa di ketahui olehnya. Sudah satu jam berlalu namun dia tidak sadar akan keberadaanku, akupun mulai bosan sehingga aku mulai menyenderkan bahuku ke pinggir bangku dan memejamkan mataku hingga tertidur pulas.
" Lock, bangun.... ayah sudah sampai, lock. " suara yang tidak asing membangunkan ku dan saat aku bangun dan mulai membuka mataku yang sedikit perih karena tadi sempat tertidur, saat aku membuka mataku aku melihat sosok ibuku di depanku. Ternyata aku dari tadi tertidur di pangkuan ibuku, karena itulah yang membuat ku tidak terganggu.
Aku melihat pintu depan rumah ku dan ada pelayan yang membuka kan pintu tersebut agar ayahku masuk, saat pintu terbuka yang ku lihat bukanlah ayahku. Melainkan wanita 'alves' yang kecil dan sangat imut, dia berbadan kecil namun badannya lebih besar dari pada diriku, dia memiliki warna mata yang biru dan juga memiliki rambut yang panjang berwarna ungu. Dibalik dia kulihat ada wajah yang tak asing lagi bagiku, ya. Itu adalah ayahku eugene, aku senang karena sudah lama tidak melihatnya, ayahku sempat bertugas ke ibukota untuk bertemu dengan raja.
Wanita tersebut dibawa oleh ayahku menuju ke ibuku dan aku, mereka berdua berjalan dengan pelan namun pasti. Saat aku mendekati ayahku tiba – tiba wanita kecil yang tidak kuketahui namanya tesebut mencoba menghindariku dan langsung pergi kebelakang ayahku untuk menutupi dirinya dariku. Ayah ku pun melirik ke ibu ku dan mengangguk kan kepalanya, ibu ku pun datang menghampiri ku dan memegang bahu ku, lalu dia menundukkan kepalanya dan dia menurunkan badannya agar sejajar denganku. Dia mulai melingkari kedua tangannya di perutku dan memeluk ku, lalu dia berbicara
" Hai, Eleine bagaimana kabarmu apakah keluarga mu baik – baik saja ? " ibuku mulai berbicara dengan wanita kecil tersebut yang ternyata bernama Eilene.
Wanita kecil tersebut keluar dari belakang ayahku, ia sekarang berada di samping ayahku dah melihat ku. Dia mulai menundukkan kepalanya dan menurunkan sedikit badannya serta mengangkat sedikit gaun yang ia pakai, dan mengucapkan salam.
" Aku Eleine Reaster, hormat terhadap nyonya Cristine. Aku baik – baik saja dan begitu pula keluargaku, aku dibawa kemari oleh Duke Eugene untuk belajar bersosialisasi di sni. ". Jawabnya secara anggun, sungguh seorang wanita bangsawan
Dan ayahku pun melirik Eleine dan tersenyum, lalu dia melihatku dan raut mukanya tersenyum namun didalam senyumnya aku yakin dia menyuruhku membalas salamnya. Oleh karena itu akupun tidak ingin kalah, aku melepaskan pelukan ibuku dan mendekat ke dia lalu menaruh tangan kiri ku di belakang, serta menaruh tangan kanan ku di dada ku,
" Salam hormatku, nona Eleine. Aku adalah Lockhart Warnfort, anak dari Duke Eugene von Warnfort dan Duchess Cristine Warnfort.. senang bisa bertemu dengan wanita yanwg terhormat ". Secara tidak sengaja tadi saat aku berbicara lidah ku terkilir, aku malu atas kejadian tadi namun saat ku lihat wajahnya dia tersenyum dan sedikit tertawa dengan ditutupi tangan kirinya.
Ayah ku melihat kejadian itu pun spontan tertawa, hal tersebut membuat ku tambah malu. Dari belakangku tiba tiba ada tangan yang melingkari perutku lagi dan memelukku yaitu ibuku, dia memujiku karena dapat berbicara dengan baik meski ada kesalahan di dalam senyumannya ada rasa bangga terhadapku.
Setelah kejadian itu aku pamit undur diri dari ruang utama untuk pergi tidur karena sudah waktunya tidur, aku pergi ke ruang kamar ku ditemani oleh veil. Di dalam kamarku aku mulai ganti baju piyama dan langsung menuju tempat tidur agar segera tidur. Namun Veil melarang ku, ia menyuruh ku untuk meminum susu terlebih terdahulu sebelum tidur. Ini merupakan kewajiban yang harus kujalani hingga umur 8 tahun, ayahku sendiri yang mewajibkannya agar aku menjadi pintar kelak.
Selesai meminum susu dan menaruh gelas kembali ke meja dekat tempat tidurku, aku menuju tempat tidur. Aku melemparkan badan kecil ku ke tempat tidur, sebelum tidur seperti biasa Veil mulai menceritakan dongeng atau legenda mitos dunia. Biasanya aku tertarik, namun aku sudah sangat letih karena latihan memanah tadi siang. Jadi aku tanpa sadari sudah tertidur tanpa memperdulikan Veil yang sedang bercerita.
Ke esokan harinya, aku bangun pagi hari pergi ke kamar mandi untuk membilas tubuhku yang masih baru bangun tidur. Selesai membilas tubuhku, aku ditemani oleh Veil menuju ke ruang makan keluarga yang disana sudah disiapkan makanan untuk keluarga kami. Disana disediakan makanan semacam bubur untukku, memang sudah jadi kebiasaan ku di pagi hari memakan bubur, saat aku sedang makan bubur tiba – tiba tanpa sepengetahuan ayahku sudah duduk di meja utama. Aku yang melihat ayah sedang membaca dokumen dan didepan nya disuguhkan kopi latte kesukaan ayahku beserta beberapa makanan ringan. Dia melihat ku dan wajahnya tersenyum, aku pun membalas senyumnya sebelum melanjutkan makanku.
Selesai makan aku melakukan kegiatan biasa ku yaitu belajar, aku sangat senang belajar karena hal ini menarik dan membuatku mengetahui hal yang tidak ku ketahui. Setelah belajar aku pergi ke ruang latihan untuk berlatih memanah bersama pak tua zeke.
Setelah aku selesai melakukan semua kegiatan rutinitas ku, aku pergi keruang tamu yang disana sudah ada ibuku dan Eleine. Mereka berdua terlihat sedang berbincang serius, aku penasaran akan hal itu pun berjalan kesana secara perlahan agar tidak menggangu mereka. Dari sepengetahuan ku Eleine merupakan putri dari Count Smith Reaster.
Aku mendekati ibuku dan menarik bajunya secara perlahan, dia menyadari akan hal itu dan tersenyum. Lalu ia menarik badanku secara perlahan menuju pangkuannya dan mulai berdiskusi dengan mengabaikanku di pangkuannya, dalam percakapan mereka aku sempat mendengar beberapa hal.
" Apa kamu mengerti resiko mengenai pengeluapan mana Eleine .. ? "
Ibu ku bertanya dengan wajah serius yang menunjukkan kekhawatiran.
" Aku mengerti nyonya, tetapi ini harus ku pelajari. Memang bila mempelajari sihir berlebihan tanpa mengetahui kapasitas »Mana« sendiri akan menyebabkan penguapan mana dan tubuh akan hancur, aku akan berhati – hati agar hal ini tidak terjadi " jawabnya dengan penuh keyakinan
Di saat mereka sedang serius, aku sedikit mencela percakapan mereka
" Kalau boleh tau, umur Eleine berapa ya ? tubuh mu hampir sebesar diriku namun bila kulihat kembali kamu dapat menggunakan sihir "
Dia pun melihat wajah ku dan menjawab secara perlahan dengan wajah yang memerah.
" Lock, aku berumur 15 tahun. Nanti saat waktunya Upacara kedewasaan dikeluarga ku badanku akan berubah menjadi wanita dewasa, mungkin dengan tubuh dewasa ku aku akan menggoda mu .. hehe " dia tertawa kecil dengan menutupi mulutnya
Aku menjawabnya dengan spontan menjawabnya dengan nada yang menantang
" Mungkin bila kamu bertubuh dewasa, kamu akan sangat cantik nona Eleine. Bahkan bila perlu aku akan menikahimu bila kam menjadi tipe ku , " jawabku secara menantang
Namun ibuku dan eleine terkejut dengan ucapan ku, saat itu juga suasan menjadi hening. Ku lihat wajah ibu ku yang terjekut terhadapku, dan eleine yang menutupi wajahnya yang memerah dengan tangannya. Tangan ibuku mulai mengelus rambutku dan berbicara,
" Apakah kamu tahu Lock, bila kamu berbicara hal itu kepada wanita berarti itu artinya kamu melamarnya. " dia menjawab dengan nada berat
Tanpa berfikir kembali. aku mulai menjawab pertanyaan ibuku,
" Aku tahu akan kosekuensi nya bu, tetapi memangnya dia mau menjadi tunaganku bila aku saja belum cukup umur untuk melakukan upacara kedewasaan ? "
Ibu ku pun makin terkejut, ayah ku yang dari tadi bersembunyi di belakang kursi mendengarkan pembicaraan kami mulai keluar dengan spontan mengejutkan kami, dan mulai berbicara tentang kewajiban.
" Lock, kamu yakin akan hal ini ? Upacara kedewasaan keluarga kita akan dimulai pada saat kamu berumur 15 tahun, sebelum itu juga kamu harus belajar banyak hal. Setelah cukup umur kamu akan dikirim ke luar kota untuk belajar disekolah, jadi bila kamu ingin menikahi eleine jalan mu tidaklah mudah. "
Mungkin ini terdengar asing 'sekolah' yah. Aku mulai ingat kembali akan ingatan ku sebelum menjadi iblis, sekolah adalah hal yang sangat ku rindukan dan juga aku teringat kembali tentang pengetahuan – pengetahuan ku saat menjadi manusia.
Tanpa ragu aku menjawab ayahku dan memulai serius untuk melakukan hal ini,
" Baiklah ayah, bila itu kewajiban ku mulai besok hingga berumur 15 tahun aku akan mulai serius belajar ilmu sosial dan tehnik memanah, agar aku menjadi lelaki yang pantas bahkan menjadi calon pemimpin keluarga yang pantas. "
Ayahku pun kembali terkejut dengan kata – kataku, sebab mana ada anak berusia 3 tahun berbicara jelas seperti ini mengenai kewajiban. Dia pun mulai tampak terkejut dan sedikit menghela nafas untuk segera menjawab ku.
" Baiklah mulai besok kamu lakukan lah yang terbaik Lock, Ayah besok akan pergi ke daerah garis depan dengan pasukan ayah. Eleine juga akan ikut dengan ayah untuk mengantarkannya pulang, jadi saat waktunya tiba kalian akan bertemu kembali " jawab ayah ku dengan tersenyum senang.
Selesai berbincang di ruang keluarga, aku pergi ke kamar ku untuk lekas tidur karena waktu sudah sangat malam. Keesokan harinya aku melakukan rutinitas seperti biasa, secara terus menerus aku melakukan rutinitasku namun di hari minggu aku akan beristirahat penuh di taman belakang mansion. Setelah umurku menginjak 8 tahun, ayahku memperbolehkan ku belajar tehnik bela diri menggunakan pisau dan tangan kosong, aku di ajarkan langsung oleh pak tua Zake. Aku melakukan rutinitas terus menerus, Belajar pengetahuan lalu berlatih untuk bertahan hidup saat umur ku 10 tahun, hingga saat waktunya tiba saat nya untuk melakukan upacara kedewasaan keluarga ku. Aku sudah berumur 15 tahun, ayahku sudah menyiapkan semua hal yang dibutuhkan. Upacara dilakukan secara tertutup, diruangan bawah tanah mansion kami. Di depan pintu sudah ada Pak tua Zake untuk menjaga keamanan, ibu dan ayahku membawa ku keruang bawah tanah. Disana terdapat sebuah Bola kecil bercahaya yang juga mengandung energi sihir murni cahaya, selain itu disana juga terdapat baju dewasa yang sudah disiapkan untukku bahkan beberapa pedang yang ada diruang tamu sudah disiapkan di meja dengan tertutup sarung pedangnya. Saat itu juga ayahku menjelaskan kepadaku ritualnya dan cara – caranya agar aku tidak perlu khawatir,
" Lock, kamu harus meneteskan darahmu di bola tersebut, setelah meneteskan darah ke bola tersebut jiwa mu akan pergi ke tempat suci dan dari sanalah kamu akan mendapatkan sebuah «Artifac» yang dimiliki keluarga kita. Setiap bangsawan memiliki «Artifac» masing – masing, jadi semuanya tergantung oleh mu "
jelas ayahku, dan ibu ku sedang berada di tempat duduk yang jauh dariku. Ibuku sedang melakukan ritual pendoaan agar upacaraku berjalan dengan lancar, aku melihat wajah ayahku sekali lagi. Dia nampak masih khawatir terhadap ku, aku mulai berbicara dengannya untuk membujuknya agar dia dapat mengerti bahwa aku sudah cukup berani untuk melakukan ritual
" Ayah, tidak perlu cemas akan hal ini, aku sudah membaca buku panduan yang pernah ayah berikan. Aku sudah menunggu lama untuk ini, jadi aku siap menerima semua resiko yang ada. " jelas ku kepada ayahku
Saat itu aku langsung mengalihkan wajahku ke pada bola cahaya dan berjalan kesana, kulihat ayahku dia mulai menjauh dariku dan pergi ke tempat ibuku. Dia sama khawatirnya dengan ibuku, dia juga memegang tangan ibuku dan mereka berdua berdoa akan keselamatan ku.
Aku pergi ke tempat ritual yang ada bola cahaya, disana juga tersedia rentetan beberapa lilin dan pewangi yang berasal dari sebuah 'elixir' khusus. Aku mengambil sebuah belati yang tersedia di meja kecil, aku menggunakan belati tersebut untuk menggoreskan jari telunjukku. Jari telunjukku mulai mengeluarkan sedikit darah, setetes darahnya ku arahkan kepada bola bercahaya yang bertepatan berada di depanku. Bola tersebut kecil, sehingga aku menurunkan sedikit tanganku agar tetesan darahnya tepat berada di atas bola tersebut.
Tetesan darah pertama telah jatuh tepat di bola, tetesan kedua menyusul. Dan saat aku ingin menunggu tetesan ketiga, tiba tiba kepalaku mulai pusing. Bahkan aku kehilangan kesadaran ku, aku ingin berpegangan dengan meja di depan ku namun tidak bisa. Seakan – akan aku tidak memiliki tenaga yang cukup untuk menggapainya dan karena tidak dapat menggapainya aku tidak sadarkan diri secara tiba – tiba.
Aku mulai tersadar, aku mendengar suara – suara anak kecil ia merupakan suara lelaki. Aku membuka mataku namun yang kulihat itu ternyata anak bayi manusia dan suasana yang kulihat merupakan hal yang sangat asing, di dunia manusia itu banyak benda asing yang tidak ku ketahui. Benda – benda tersebut mungkin saja terbuat dari logam, namun itu didepan nya terdapat kaca mungkin itu cermin. Tiba – tiba ada wanita yang datang dari atas anak tangga, di tangan wanita tersebut memegang sebuah benda yang munkin itu terbuat dari kaca karena mengkilap. Aku melakukan beberapa sentuhan terhadap benda benda aneh yang ada di sekitar namun tidak dapat kusentuh, setiap ku sentuh jari – jari ku menembus objek tersebut. Aku mulai berfikir sebenarnya apa yang sedang terjadi.
Wanita tersebut mendekati anak bayi tersebut, ia menggendongnya dan pergi ke depan kaca tersebut. Lalu dia memegang sebuah tongkat yang sangat kecil, berukuran genggaman tangannya dan ia memencetnya, lalu keluarlah sebuah gambaran manusia yang berada dalam kaca tersebut. Manusia itu dapat berbicara dan bergerak padahal mereka berada di dalam kaca, sungguh hal aneh. Saat aku ingin menyentuhnya tiba – tiba wanita tersebut berbicara secara perlahan
" Izumi, ini adalah televisi. Lihatlah ini adalah teknologi yang berhasil diciptakan oleh para ilmuan "
Aku pun merasa kata – kata wanita tersebut tidak asing, sebelumnya aku menjadi iblis aku tidak mengetahu apa – apa kenapa aku bisa menjadi seorang iblis. Bila ku ingat kembali aku sebelum jadi iblis adalah seorang manusia, di dunia ku tidak ada sihir sama sekali. Saat aku menjadi manusia aku sempat menjadi seorang dokter bedah saraf dan ahli sejarah kuno tetapi aku meninggal karena kecelakaan saat ingin menuju univesitas dimana aku mengajar sebagai dosen. Tapi saat terjadi kecelakaan aku menjadi iblis tingkat atas. Karena hal itu aku berteriak agar semua beban ku lepas
« KENAPA.. SEMUA INGATAN KU TENTANG DUNIA, BAHKAN KEHIDUPAN SEBELUMNYA KEMBALI. INI SUNGGUH BERAT. »
Selesai aku berteriak, semua pengetahuan ku tentang kedua duniaku sebelumnya masuk kedalam pikiranku. Mulai dari pengetahuan bidan kedokteran saraf, ilmu pengetahuan kuno, bahkan artefak ataupun peninggalan iblis beserta semua informasi raja iblis yang sebelumnya aku selalu mencoba mengingatnya tetapi gagal.
Setelah semua pemikiran, perasaan, energi, pengetahuan menjadi satu. Ya, menjadi satu menjadi sebuah individu 'Alves' bernama Lockhart Warnfort. Badan ku menjadi besar seperti orang dewasa, rambutku berwarna biru yang sedikit memudar seperti warna perak, badanku ideal dan di perutku 'sixpack'.
" Tuan, lama tidak berjumpa. Saya tidak dapat menunjukkan diri karena sesuatu yang mengahalangi "
Suara yang terdengar tidak asing bagiku memanggil ku, dibalik cahaya yang menyelimuti tubuh ku. Tiba – tiba di balik cahay tersebut muncul aura kegelapan iblis, aura ini iblis tingkat tinggi dia masuk ke dimensi cahaya dengan mudah. Setelah aura tersebut muncul ada sesuatu yang menyerupai pedang datang. Ya, pedang tersebut adalah »Relic« ku saat masih menjadi iblis, dia adalah iblis yang menjelma menjadi pedang. Dia merupakan hasil konstraksi jiwa ku, dialah yang menyebabkan aku dapat menjaga kesadaran ku saat aku menjadi iblis.
Pedang tersebut mendekat kepada ku, aku mulai menyentuhnya dan menggenggam pedang tersebut. Pedang ini agak berat dari sebelumnya karena sosok sebelumnya aku adalah iblis yag besar, pedang ini mempunyai sisi yang lebar dan satu sisi mata pedang di depannya. Aku memegang pedang tersebut dan mengarahkan ujung sisi tajamnya ke dada ku untuk ku masukkan kedalam tubuhku, aku memasukkan pedang tersebut dan mulai membaca manta »Relic« kuno. Aku membaca mantra tersebut agar dapat menyatu dengan tubuhku dan menjadi sumber kekuatanku, setelah masuk kedalam tubuhku »relic« relic tersebut berevolusi menjadi atribut cahaya. Atribut ini membuat aku merasa kehangatan yang membuat jiwa ku tenang, karena aku merasakan ketenangan yang luar biasa aku sampai tidak sadar akan tujuan ku yaitu mencari sosok «artifak». Didalam kesadaran ku ada sesuatu yg memanggil ku itu merupakan sebuah telur, telur yang besar tersebut pun ku ambil dan kupegang dengan kedua tanganku dengan lembut.
Tiba – tiba telur tersebut bergerak melayang menuju dada bagian kiri ku, disana telur itu masuk kedalam diriku. Rasanya sangat sakit dan perih, telur tersebut meninggalkan bekas luka seperti tato berwarna merah bergambar sebuah sayap burung. Setelah sakitnya mulai sedikit menghilang badanku tiba tiba melayang dengan sendirinya dan tanpa kusadari ada sebuah sosok perisai, perisai tersebut sangatlah indah karna ukirannya yang menyerupai sepasang sayap yang sedang mengembang, lalu dengan corak berwarna biru dan putih.
Aku berniat mengambil perisai tersebut, namun saat aku menyentuh perisai tersebut tubuhku berguncang. Berguncang sangat hebat, karena aku tidak dapat bertahan aku pun berpeganan dengan perisai tersebut namun saat aku ingin berpegangan perisai, kesadaranku menghilang dan aku pun tidak sadarkan diri.
Aku sangat letih karena hal itu, semua badanku lemas. Aku tidak dapat membuka mataku apalagi berdiri, tiba – tiba ada suara ibuku yang memanggilkan ku
" Lock, Kamu hebat. Karena telah berhasil menyelesaikan upacara kedewasaan keluarga kita. Bahkan hanya memakan waktu 6 hari "
Suara ibu ku membangunkan ku, badanku besar menyerupai ayahku namun ayahku lebih tinggi dariku. Aku sadar dan aku pun terkerjut karena aku hanya beberapa waktu saja berada dalam ruang ritual, tetapi di dunia nyata memakan waktu hingga 6 hari. Karena perasaan ku sudah enak dan lebih baik, aku pun mulai berbicara kepada orang tuaku
" Ibu, Ayah. Terima kasih sudah menungguku selama ini, karena kalian aku dapat menyelesaikan ritual ini. Tetapi maaf badanku letih sekali saat ini "
Ibu ku dan ayahku merasa khawatir dan ibuku memulai membacakan mantra
" Austec Vlaus B'leum Knotz Zwei " »Heal«
Karena mantra tersebut aku kembali bugar dan sembuh, tetapi.
" Bisakah aku meminta pakaian ku yang lebih besar bu? Aku sedikit malu "
Ucapku, dengan menutupi area kemaluanku dengan tangan ku.
" Hahahahaha, lucu sekali kamu ini Lock. Baiklah sabar "
Ayah ku tertawa akan kejadian itu, dan dia segera mengambilkan pakaian yang sudah disiapkan sebelum upacara di mulai.
Aku memakai baju ku, baju tersebut sangatlah formal dan bagus. Setelah selesai melakukan upacara aku diperbolehkan menuju ruang utama oleh orang tua ku, karena disana aku akan di berikan beberapa perayaan.
Diruang utama keluarga, aku memakan banyak makanan lezat yang sudah disiapkan oleh para pelayan yang bertugas di dapur. Karena makanan tersebut sangatlah enak aku memuji mereka. Setelah selesai makan aku berbicara kepada ayahku bahwa aku akan pergi untuk melihat dunia luar untuk beberapa lama agar aku menjadi lebih kuat dan lebih pintar, sebab di rumah sudah tidak ada yang dapat kupelajari. Jadi aku ingin mengetahuinya secara langsung. Ayahku pun menyetujuinya namun saat aku berumur 17 tahun harus kembali kerumah, dan memulai sekolah kebangsawanan. Aku dengan senang hati menyetujui persyaratan ayah dah bersiap untuk keberangkatan.