Dari kejauhan, ilham melihat rafa berjalan bolak balik seperti setrika. Pandangan kosong dengan kedua tangan yang berada di saku celananya, menatap sepatu pantofel yang di gunakannya.
"ada apa? Apa terjadi sesuatu?" tanya ilham mengejutkan rafa.
Rafa menarik ilham menjauh dari ruangan tempat meri di rawat, dia menceritakan semua yang di katakan oleh dokter.
Hati ilham merasa senang mengetahui meri telah sadar tapi kemudian rasa senang itu berubah menjadi kekecewaan mendalam setelah mendengar meri mengalami amnesia pasca trauma. Mendengar semua cerita rafa, ilham merasa semua memang kesalahannya. Dia tidak tahu harus mengatakan apa kepada rafa.
"akulah yang salah. Insiden cidera kepala saat itu adalah ulah anak buahku. Sangat wajar jika dia berusaha keras melupakan itu" ujar ilham mengakui kesalahannya.
"aku tahu itu ulahmu. Tapi membiarkan meri melupakanmu dan kembali kepada andre apa itu tidak masalah bagimu?"
"huft, itu berat tapi kalau itu yang terbaik maka aku tak akan menghentikan atau mencegahnya. Dia mungkin sejak awal membenciku karena meninggalkannya waktu pertama kali dia memiliki kekasih. Aku yang salah kadi biarkan dia bahagia seperti keinginan hatinya" nafas berat terdengar saat ilham akan memulai semua ucapannya.
"tapi aku tidak setuju" protes rafa yang membuat ilham terkejut.
"jika karena sikap andre dulu, dia akan berubah demi anaknya jadi tak perlu mengkhawatirkan hal itu" kata ilham mencoba memberikan dukungannya kepada andre.
"aku tidak akan menyerahkan adikku pada pria spertinya. Kau tahu saat aku berada di beijing, dia membuatku merinding dengan semua kelicikan yang dia lakukan. Rian yang kau pikir sebagai pengkhianat, dia tak lebih hanya seorang pria biasa yang terjebak dalam situasi. Aku baru tahu jika rian ternyata pernah bertemu dengan meri dan andre di bali. Dia merencanakan semua ini di bali bersama rian"
Ilham terkejut mendengar rian ternyata bekerja sama dengan andre sejak lama. Itu artinya, andre sengaja menjadikan rian sebagai umpan agar ilham ikut campur dalam hubungannya dan meri.
"bagaimana bisa rian menyetujui kerjasama itu? Dia tangan kananku sejak awal"
"itu karena dia mencintai meri, dia berjanji akan membantu rian mendapatkan meri selama ia mau bekerja sama memancingmu keluar dari zona nyaman. Rencananya sejak awal membuatmu masuk dalam perangkapnya dan membantunl meri menghancurkan ayahnya"
"itu artinya rian bukan dalang dari tertangkapnya kau dan andre" tebak ilham
"siapa yang mengatakan aku tertangkap?"
"aku hanya berspekulasi karena soni mengatakan bahwa rian mengkhianati ku"
"kau salah, soni pasti juga masuk dalam jebakan andre waktu itu. Kami berada di beijing selama ini dan baik-baik saja. Andre menahanku untuk pulang karena merasa aku masih harus menemaninya sampai kau benar-benar telah menghancurkan ayahmu" rafa menjelaskan alasan ia tidak kembali secepatnya.
"lalu mengapa kau tidak kembali setelah ayahku hancur? Dia hancur di bulan kedua kalian pergi dan kau baru muncul tujuh bulan setelah pergi. Lagipula mengapa kau tidak memberi kabar sama sekali kepada aku atau meri mengenai keberadaanmu?"
Di kepala ilham seperti tersusun pertanyaan runtuk karena merasa ada yang janggal dengan kemunculan rian dan megan bersamaan, di tambah lagi kemunculan rafa dan andre bersamaan.
"ponselku di retas seseorang sehingga tiap kali aku mencoba menghubungi kalian, itu hanya tersambung pada kotak suara. Dia pasti bukan orang sembarangan"
"tunggu dulu, apa kau pernah menjadwalkan keberangkatan kembali ke cambridge tepat satu bulan kau di sana?" ilham mencurigai seseorang yang menjadi dalang masalah komunikasi mereka.
"tidak" jawab rafa tegas.
"ah sial, itu artinya selama ini boy yang mengacaukan informasi yang ku dapat" rutuk ilham merasa berhasil di bodohi oleh bawahan adiknya itu.
"boy? Siapa dia?"
"dia anak buah andre, mereka bersahabat sejak lama. Tak ku sangka andre bisa memelihara anjing setia itu" ilham tersenyum pahit mengingat percakapannya dengan boy saat meminta lokasi akhir ponsel andre. "baiklah, abaikan dia. Lalu bagaimana dengan megan dan andre, apa mereka bekerja sama? Aku merasa wanita itu sengaja mendekati ayahku untuk menghancurkannya"
"tentu saja mereka bertemu. Aku dan rian tinggal di rumah wanita itu di beijing bersama dengan andre. Aku berhasil menghasut rian agar memihakku dengan memberi tahunya aku adalah kakak meri dan andre adalah suami meri. Dia marah kepada andre dan sejak itu dia berbalik membantuku melepaskan diri dan kabur ke Indonesia. Balasan yang ia inginkan hanya meminta alamat meri, dia ingin menemui adikku untuk terakhir kali karena tahu andre dan megan pasti akan mencari dan menghabisinya"
Ilham mulai paham saat itu, orang yang ingin di tabrak oleh megan bukanlah meri melainkan rian. Dia hanya memainkan trik sebagai kucing yang mengumpankan meri kepada tikus sebelum memakan tikus itu. Wanita berpikiran sempit ternyata bisa berpikir licik di saat terakhirnya.
"apa andre mencintai megan?"
"tidak. Dari yang ku tahu, dia hanya menjaga wanita itu karena memiliki kebencian yang sama kepada ayahmu. Tapi karena apa, aku tidak tahu"
Ilham semakin bingung dengan fakta yang ia dengarkan. Jika megan dan andre tidak saling mencintai dan memilih bekerja sama, lalu pasti ada motif dari keputusannya melindungi andre dengan menabrak rian. Tapi terlepas dari masalah itu, ilham lebih penasaran dengan perasaan andre kepada meri. Jika sejak awal ini ia rencanakan maka itu artinya tak ada perasaan yang ia miliki kepada meri.
Mengapa ia merasa semua yang di lakukan andre kepada meri seperti sebuah ketulusan di balik kebohongannya. Adiknya itu sampai menikahi meri bahkan tidur dengan meri sampai akhirnya meri hamil, terlihat aneh jika tak ada cinta di antara keduanya.
Sikap andre yang selalu berubah terkadang pemarah, terkadang bersikap tenang, pura-pura bodoh padahal ia pria yang cerdas. Ilham merasa andre memiliki kepribadian ganda. Dia masuk ke jurusan psikologi dan bukan kedokteran padahal ia sangat menyukai itu pertanda jika andre merasa jurusan itu lebih cocok untuknya.
Dia ingin mengenal kepribadian orang lain, apa itu karena ia bahkan belum bisa menemukan jati dirinya sendiri. Dengan tanpa perasaan andre merokok di hadapan meri padahal sebelumnya dia tak pernah melakukan itu karena andre termasuk orang yang sangat perduli dengan kesehatan membuat pikiran ilham melanglang buana.
"jangan katakan apapun pada meri mengenai aku. Jika dia sangat ingin melupakanku maka biarkan. Tapi bisakah kau membantuku?" ujar ilham
"bantuan apa yang kau perlukan?"
"jangan biarkan andre mendekati meri lagi. Sebisa mungkin buatlah jarak antara mereka, aku merasa ada yang aneh dengan sikap andre. Meri seharusnya mendapatkan pendamping yang lebih baik dari andre dan aku. Kami sumber masalah dalam kehidupannya, jadi biarkan dia bebas. Aku akan segera kembali ke paris dan melanjutkan hidupku di sana"
Setelah percakapan itu, tak ada komunikasi lagi antara ilham dan keluarga meri. Dia bahkan membebaskan meri tanpa pengawasan dari soni lagi. Sudah waktunya untuk mereka saling melepaskan karena tak ada jalan baginya untuk bisa bersama meri.
Meri perlahan membaik dan menerima junior sebagai putranya, tapi hanya sebatas ia mengakui junior dan hubungannya berjalan baik dengan andre. Orang-orang di sekelilingnya kompak menyembunyikan kejadian naas yang ia lalui setelah trauma itu.
Andre tetap mendampingi meri sebagai seorang suami dan ayah bagi junior. Dia sibuk bekerja, hingga hanya memiliki waktu di malam hari untuk bisa bersama dengan meri. Maria juga tinggal bersamanya untuk membantu meri mengasuh junior saat ia harus ke kampus.
Perlahan, meri merasa ada sesuatu yang hilang dari hidupnya. Dia merasa dalam ingatannya ada orang lain yang suaranya selalu mengiang membangunkannya setiap malam.
Dia melewati hari-harinya dengan kesibukan di kampus dan mengurus junior dengan setengah ingatan masalalunya uang mulai kembali. Maria sudah kembali ke belanda karena dia juga harus merawat ayahnya yang sudah lama ia tinggalkan.
Sementara itu, junior ia titipkan kepada pengasuh jika ia terpaksa meninggalkan putranya itu untuk menyelesaikan tahap akhir dalam menempuh pendidikan kedokterannya.
Mereka hidup nyaman dengan dunia yang ia ciptakan. Meri baru pulang dari kampus dan langsung ke apartemen untuk menemani junior. Tak di sangka, tamu tak di sangka sudah menunggunya di apartemen.
"junior" panggil meri sambil merentangkan tangannya menyambut putranya yang berlari memeluknya. "Emmm, anak ibu yang tampan. Apa yang kau lakukan seharian ini?"
"dia bermain denganku" ujar maria keluar dari kamar.
"oww, apa itu bunda mariamu? Perutnya bertambah besar sekarang" goda meri membawa junior dalam pelukannya.
"aku merindukan junior jadi aku datang"
"baiklah, apa kalian sudah lama?" tanya meri.
"belum. Baru sekitar 2 jam yang lalu" jawab andre tersenyum. "aku kelelahan meladeni putramu itu bermain" keluh andre.
"hahaha" meri tertawa melihat andre memegangi pinggangnya yang terasa pegal. Meri tahu junior pasti membuat ayahnya itu menjadi kuda dan mengelili ruangan apartemen dengan menungganginya.
"apa bunda maria mu menjagamu dengan baik hari ini?" tanya meri dengan junior yang berada di pangkuannya.
Junior menggelengkan kepalanya berulang-ulang. Melihat itu maria hanya tersenyum begitu pula dengan andre.
"bunda tidak bisa lagi bermain kejar-kejaran denganku. Dia juga tidak bisa lagi menggendongku dengan benar" keluh junior menatap meri dengan sedih.
"kenapa?" tanya meri lagi.
"perutnya semakin besar, itu mengganggu" jawab junior setengah berbisik.
Bisikan itu jelas terdengar di telingan andre yang berada di samping meri, seketika tawanya lepas membuat maria merasa heran tak mengerti dengan apa yang terjadi.
"junior sayang, kau tidak boleh mengatakan hal seperti itu. Hati bunda pasti akan sakit mendengarnya. Lagipula, apa junior tidak mau memiliki adik?"
Mata junior tiba-tiba berubah cerah mendengar kata adik dari bibir meri. Di membalikkan kepalanya melihat ke arah perut maria.
"apa itu isinya adikku?" tanya junior sambil menunjuk perut maria dengan telunjuknya yang kecil dan sedikit berisi.
"iya, ini adikmu. Kalau junior mau punya adik, kemarilah peluk bunda. Jangan selalu menempel di ibumu atau sampai kapanpun junior tidak akan punya adik" goda maria.
Junior dengan patuh turun dari pangkuan meri dan berpindah ke pangkuan maria.
"uh, anakku yang satu ini sudah besar rupanya" ujar maria setelah bersusah payah mengangkat junior agar duduk di pangkuannya.
"bunda, apa adikku tidak akan merasa terjepit di dalam perut? Dan kapan ia akan keluar? Aku tidak sabar mengajaknya bermain robot-robotan" dengan wajah polosnya, junior memberikan pertanyaan beruntun kepada maria.
"di perut bunda ini ada tempat khusus untuk adik bayi, di dalam juga ada mainan jadi dia merasa senang di dalam. Junior harus menunggu tiga bulan lagi untuk bisa melihat adik bayi, saat dia keluar nanti junior juga harus menunggu sampai dia bisa berjalan sendiri. Barulah kalian bisa bermain. Apa itu terlalu lama?" tanya maria setelah menjelaskan dengan bahasa yang ia anggap mudah di pahami anak seumur junior.
" tidak" jawab junior.
"tidak apa?" tanya maria lagi.
"tidak mengerti dengan apa yang bunda katakan" jawab junior sambil menggelengkan kepalanya.
Meri dan yang lain tertawa mendengar jawaban junior yang membuat maria hanya bisa membuang nafas panjang dan mengerucutkan bibirnya.
"ibu selalu lebih baik dalam menjelaskan sesuatu" ujar junior menatap meri yang merasa bangga di sanjung oleh putranya.
"ibu mu memang yang terbaik" tambah andre.
Hadeh author ikutan galau para readers pada ngeluh.
Tapi baca komentarnya pada lucu.
Ampe guling-guling ketawa