Mengingat hal itu maka darah Amar seketika mendidih, Ia semakin cepat melajukan motornya mengejar mobil Pangeran Abbash di depan. Mulut Amar tidak henti – hentinya berdoa agar putri mahkotanya itu diberi keselamatan. Dan jangan sampai Pangeran Abbash menyentuhnya sedikitpun.
Melihat Amar tidak terlihat di belakang mobil mereka. Pangeran Abbash tesenyum puas dengan kerja sopirnya itu.
"Pengawal Pangeran Nizam yang satu ini tidak boleh diangap enteng. Ia sama mematikannya seperti Arani. Ilmu bela dirinya tidak akan tertandingi olehku, walaupun Aku membelah diri menjadi sepuluh orang. Ia hanya dapat dilawan dengan kecerdikanku. Sekarang biarkan Aku turun di depan sana. Aku akan masuk ke dalam hotel kecil di sana. Dan kau teruslah berjalan ke depan. Karena sebentar lagi Amar akan segera dapat menyusul kita" kata Pangeran Abbash sambil memerintahkan mobil untuk berhenti di depan.