App herunterladen
40% Pendekar Bulan / Chapter 2: Chapter 1 Permulaan (1)

Kapitel 2: Chapter 1 Permulaan (1)

"Everybody wants happiness, nobody wants pain. But you can't have a rainbow without a little rain."

***

7 tahun kemudian. Yue Yin sekarang sudah berumur 7 tahun. Ia tumbuh menjadi perempuan yang cantik dan sangat menyayangi ibunya.

"Ibu, lihat aku sudah bisa kungfu yang kau ajarkan. Hehehe..." gadis kecil itu tertawa dengan ceria sekali.

"Yin er, kamu belajar dengan cepat ya." Kata Ru Yi sambil mengelus-elus kepala putrinya.

Tapi kebahagiaan keluarga kecil itu tidak akan bertahan lama. Setelah Yue Yin tahu bahwa ibunya sakit parah.

"Ibu..., kamu kenapa?!" tanya Yue Yin.

"Uhhuk.. Uhhuk... Ibu tidak apa-apa Yin er." jawab Ru Yi sambil menyembunyikan darah yang ada ditangannya karena batuk tadi.

"Ibu berbohong. Ibu batuk berdarah. Dan akhir-akhir ini semakin parah. Meskipun ibu tidak pernah bilang ke Yin er tapi Yin er tahu.. Yin er selalu melihat ibu muntah darah di belakang tanpa ibu sadari." Ucap Yue Yin sambil menahan isak tangisnya.

"Yue Yin, mungkin ibu sudah tidak bisa menemanimu lagi untuk selamanya..." kata Ru Yi sambil melihat putri kecilnya.

"Tidak...! Aku ingin bersama ibu terus. Ibu yang selalu menemani Yin er. Aku... Aku tidak ingin ibu pergi..!" jawab YueYin sambil mengusap-ngusap matanya.

"Yin er jangan menangis. Kamu adalah gadis baik. Jangan takut ibu akan menemani mu meski tidak ada disisimu, ibu akan selalu melihat dan menjagamu diatas sana." Ucap Ru Yi sambil menghapus air mata Yue Yin.

"Aku... Aku akan ikut ibu pergi kemana pun ibu pergi!" jawab Yue Yin.

"Sha Ya tou (gadis bodoh)... Kamu masih memiliki waktu yang panjang. Kehidupanmu masih lah panjang. Kamu bahkan belum melihat seisi dunia ini." Ucap Ru Yi.

"Aku... Aku ingin melihatnya bersama ibu! Aku tidak ingin melihatnya bersama orang lain! Hanya ibu yang kupunya! Aku.. Aku tidak mau orang lain!" Bantah Yue Yin.

"Yin er sayang.. Jangan bersikap begitu.. Nanti ibu akan marah lho sama Yin er. Yin er adalah anak yang baik dan penurut. Kelak Yin er pasti akan menemukan seseorang yang lebih baik dari ibu. Uhuukk.. Uhuukk...." Ucap Ru Yi.

"Ibu... Ibu kenapa!? Yin er akan panggilkan tabib... Ibu tunggu sebentar... " ucap Yue Yin.

Ru Yi langsung menarik tangan Yin er dan berkata "Tidak perlu.., Yin er. Ibu tahu penyakit ibu sendiri. Ibu tahu ibu sudah tidak bisa bertahan lama... Uhuuuk.. Uhuukk... Kamu carilah paman dan bibimu di Dinasti Qing. Tujukkanlah kalung ini maka mereka akan menerimamu dan menganggapmu seperti anak mereka sendiri."

"Ibu.. Jangan bicara lagi... Yin er akan segera panggilkan tabib." Ucap Yue Yin sambil berlari mencari seorang tabib.

Yue Yin berlari dan terus berlari. Meskipun ia terjatuh dan terluka saat berlari tapi ia tetap bangkit dan berlari untuk mencari seorang tabib. Dia mengetuk semua pintu rumah dan meminta pertolongan. Tapi dia diusir karena tidak memiliki uang seperser pun. Tapi ia tidak menyerah ia terus meminta pertolongan. Terus... dan terus... Akhirnya ada seorang tabib yang bersedia ikut bersamanya tanpa imbalan sedikit pun. Tapi sayangnya semua itu telah terlambat.

"Ibu..., Yin er membawakan mu seorang tabib. Ibu... Bertahanlah." kata Yue Yin.

Ibunya pun tidak merespon.Tubuh ibunya semua dingin.

"Tai fu (tabib), tolong ibuku... Aku.... Mohon." Ucap Yue Yin sambil menahan isak tangisnya.

Lalu sang tabib pun memeriksa ibunya dan menggelengkan kepala.

"Tai fu (tabib) kamu cepat bicara... Aku tahu kamu pasti bisa mempunyai cara untuk menolong ibuku.. Kamu... Kamu seorang tabib. Pasti bisa menolong ibuku kan?!!" ucap Yue Yin.

Sang tabib hanya menggelengkan kepala dan berkata "Nona kecil bukannya aku tidak mau menyelamatkan ibumu. Tapi nadi ibumu sudah tidak berdetak lagi. Nafasnya juga sudah tidak ada." jawab Tabib itu.

"Tai fu (tabib) kamu pasti berbohong ya, kan?! Ibuku kuat dia tidak mungkin meninggalkan aku seorang diri. Kamu.. Kamu pasti berbohong kan, tabib?!" Ucap Yue Yin yang menahan rasa sedihnya.

"Maafkan aku nona kecil. Aku hanyalah seorang tabib biasa. Aku bukanlah seorang dewa. Kemampuanku terbatas." Jawab tabib itu.

"Pergiii..!!!! Aku bilang pergi...!" teriak Yue Yin.

Sang tabib pun pergi meninggalkan nona kecil itu sendiri.

"Ibu.... Yin er pasti akan mencari tabib lain untuk menyembuhkanmu" ucap Yue Yin sambil memeluk ibunya dan menangis.

Hujas deras membasahi semua tempat. Yue Yin seorang gadis kecil kehujanan sambil menggendong sang ibu pergi kekota terdekat untuk mencari seorang tabib. Ia terus berjalan... berjalan... dan berjalan.. Meskipun ia lapar dan haus tetapi demi sang ibu ia tidak akan menyerah.

Tiba keesokkan harinya ia sampai dikota terdekat itu.. Yue Yin bergegas mengetuk pintu dan meminta pertolongan. Semua orang mengusirnya bahkan tidak ada satu tabib pun yang mampu menyembuhkan ibunya.

Matahari bersinar terik... Rasa lapar dan haus itu pun tetap dipertahankannya.

Hingga pada malam harinya ia terus dan terus menghangatkan tubuh ibunya yang sedingin es batu itu. Tapi usahanya sia-sia. Sebesar apa pun usaha yang ia lakukan ibunya tetap tidak akan bangun lagi. Yue Yin hanya menangis seorang diri. Dia tidak tahu apa lagi yang bisa ia lakukan. Segala cara telah dicobanya. Yue Yin hanya bisa duduk dan meratapi kesedihannya.

Lalu ia pun mencari tempat yang nyaman untuk menguburkan ibunya. Ia meminta pertolongan penduduk tersebut untuk membantunya memakamkan ibunya tapi tak satupun orang yang bersedia menolongnya. Yue Yin hanya bisa mendendam kepada orang orang itu. Tapi dia hanya bisa menahannya dan tidak dapat meluapkannya karena ia tahu ia sangat lemah dan rapuh. Di ambilnya batu besar dan diangkatnya seorang diri. Meskipun berat dan terjatuh menimpa kakinya beberapa kali ia tetap berusaha. Dia membuat sendiri makam ibunya. Digalinya tanah dan ditidurkannya ibunya didalam tanah itu setelah itu ditimbunlah tanah itu kembali dan diletakkanya batu nisan yang telah dibuatnya tadi. Lalu Yue Yin pun memetik beberapa rerumputan untuk dijadikan bunga dan meletakkannya dimakan ibunya. Ia berlutut dan berkata

"Ibu... Yin er anak yang tidak berbakti. Tidak bisa mencarikan mu seorang tabib yang bisa menyembuhkanmu. Hingga kamu pergi pun, Yin er juga tidak bisa memberikan tempat pengistirahatan yang baik untukmu. Yin er janji kelak Yin er akan memberikan makan yang lebih bagus dari pada ini."

Setelah itu Yue Yin bangkit berdiri dan melanjutkan perjalanannya ke Dinasti Qing seperti pesan terakhir yang diberikan ibunya kepadanya.

Sekarang Yue Yin hanya hidup sebatang kara. Ia tidak bisa lagi tersenyum dan hanya memasang ekspresi wajah yang datar dan dingin.

Perjalanan ke Disnati Qing pun dimulai....

***


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C2
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen