App herunterladen
27.1% T.I.M (treasure in murder) / Chapter 58: Chapter 57; Case 2: Perdagangan organ bagian 44

Kapitel 58: Chapter 57; Case 2: Perdagangan organ bagian 44

"Ganti pakaian kamu di belakang setelah selesai kembali ke sini"

Aileen kembali mengangguk dan pergi ke bagian belakang mobil. Mobil ini bisa di sebut sebagai markas kecil berjalan karena di lengkapi oleh sofa yang dapat di ubah menjadi tempat tidur bila di satukan, perangkat komputer dengan tiga layar untuk mengawasi keadaan di luar jika di perlukan, ada dapur mini, juga toilet juga ada sebuah tirai yang bisa di tarik dari samping untuk berganti pakaian. Aileen melihat seragamnya terlipat dengan rapi di atas meja kecil, iapun mengambilnya dan menarik tirai untuk mengganti pakaiannya setelah selesai ia melihat pantulan dirinya sendiri di dalam cermin.

Dia menggunakan body suit dengan bahan anti peluru berwarna hitam, sebuah jaket warna hitam juga dengan aksen tali merah di lengan kiri dan kanannya juga tulisan T.I.M di belakang punggungnya yang juga berwarna merah, ia juga membawa dua pistol di kedua paha begitu pula pisau pendek yang bisa di gunakan untuk pertarungan jarak dekat juga tempat peluru cadangan untuk kedua pistolnya. Dia juga menggunakan sepatu boot kulit berbahan khusus dengan panjang tiga senti meter di atas mata kaki dan tinggi heels dua senti meter. Di ikat pinggang yang dia gunakan ada sebuah tas kecil yang berisi obat obatan juga alat bedah yang bisa dia gunakan untuk keadaan darurat. Dia mendorong kembali tirai yang ia gunakan dan duduk kembali ke kursi depan dengan posisi melipat kaki kanan di atas kaki kirinya. Seragam yang Aileen gunakan bukan pakaian khusus yang sama dengan yang di berikan Aksa kepadanya saat ia pertama kali datang. Sepertinya mereka sangat terburu-buru hingga Rei memberinya pakaian cadangan yang sepertinya sudah di siapkan dari awal di dalam mobil untuk sekedar jaga-jaga.

"Kapan kita sampai?"

Tanyanya sambil mengikat satu rambut panjangnya dengan ikat rambutnya. Untuk sesaat Rei terpana dengan penampilannya yang bisa di bilang cukup sexy. Tapi kemudian ia menyadarkan dirinya sendiri dari lamunannya dan berkata.

"Sebentar lagi."

Beberapa menit kemudian mereka sampai di dekat rumah besar itu. Rei mengambil dua buah koper besar dari bagasi sebelum kemudian masuk kedalam pekarangan rumah bersama dengan Aileen. Rei memberikan salah satu koper itu pada Aileen.

"Itu tembakan pembeku. Ada kolam asam di dalam rumah ini. Kamu harus buat jalur supaya kita bisa masuk dengan aman."

Aileen mengambil koper itu dan mengeluarkan isinya. Ia melihat alat itu mirip seperti pistol besar namun jauh lebih berat dari pistol biasa tapi meski begitu ia masih bisa mengangkatnya tanpa masalah.

"Aku mengerti."

Aksa berjalan tanpa suara ke lantai dua sambil sesekali menghindari jebakan. Ia sebisa mungkin berusaha agar tidak menyentuh tombol apapun dan kalaupun ia tidak sengaja menginjak sesuatu akan ia hindari. Sejauh ini yang ia hadapi adalah jarum-jarum yang beterbangan karena tidak sengaja menginjak tombol, dia tidak mau menemukan kolam asam lagi karena dia tidak membawa tembakan pembeku. Rei memang bilang kalau di rumah ini ada banyak jebakan tapi dia tidak menyangka sebanyak dan seberbahaya ini. Kalau ia pikir-pikir seandainya Angga tidak menginjak tombol sialan itu dia tidak mungkin sehati-hati sekarang jadi ada baiknya juga kecerobohan Angga untuknya. Ia hanya berharap Angga tidak membuat dirinya sendiri terbunuh oleh kecerobohannya itu. Dia dan nomor sepuluh cerobohnya sama saja ia sendiri heran bagaimana bisa mereka berdua masih hidup sampai sekarang. Sesampainya di lantai atas ia melihat sebuah pintu yang menuju balkon dan dua pintu yang menuju ruangan lain tapi tiba-tiba saja ia merasakan ada sesuatu yang melesat dengan cepat dari atas kepalanya otomatis dia langsung menghindar. Langit-langit di atas kepalanya ternyata bisa bergerak untuk menimpanya!! Bukan cuma itu ada duri duri tajam yang terpasang di sana yang terlihat seperti hiasan di langit-langit. Tiba tiba dua buah pertanyaan muncul di dalam kepalanya.

'Sebenarnya orang gila macam apa yang membeli rumah seperti ini? Dan siapa yang membuatnya?'

Laki-laki itu menggelengkan kepalanya dan beralih memeriksa kembali peta tiga dimensi yang di kirimkan Rei padanya.

'Di sebelah kiriku pintu buat ke kamar utama dan di sebelah kamar ada ruang kerja sementara pintu di hadapanku itu menuju ke luar. Ah... kenapa aku gak masuk lewat luar ya? Oh iya ada cctv di situ aku gak bisa ke sana buat masuk lewat jendela bersama Angga tadi.'

Iapun mengeluarkan kacamata khusus dari dalam tas kecilnya dan memakainya. Kaca mata itu membantunya untuk melihat menembus material yang menghalanginya seperti tembok batu ataupun almunium. Ia melihat seseorang baru saja keluar dari kamar mandi dan kacamatanya mengenali wajah orang tersebut sebagai target yang harus ia tangkap.

***

Ia masih ingat hari itu. Hari saat semua ini di mulai. Hari di mana obsesinya di mulai.

Hujan.

Ia sangat benci hujan di pemakaman hari itu.

Hujan hari itu yang mengawali semuanya. Ia masih berkabung meski dua tahun telah berlalu setelah kematian istrinya. Lilac adalah seorang wanita yang baik, Lilac menemaninya di setiap langkahnya. Matanya hijau seperti emerald, bibirnya tipis dan rambutnya pirang. Wanita paling cantik yang pernah ada di matanya, hatinyapun begitu suci. Hanya satu hal yang kurang di kehidupan mereka dan itu adalah anak. Lilac tidak bisa mengandung karena efek samping obat-obatan yang ia minum untuk menunjang kecantikannya.

Ia masih ingat seberapa sedih Lilac saat itu. Tapi ia tidak pergi dari sisi Lilac dan tetap bersamanya. Baginya sekalipun mereka tidak memiliki anak itu tidak masalah karena ada Lilac di sisinya. Sepuluh tahun pun berlalu dan mereka masih bahagia meski tanpa anak yang menghiasi pernikahan mereka hingga kemudian Lilac meninggal.

Hal itu terjadi sangat tiba-tiba. Saat itu ia sedang berada di ruang oprasi dan tidak ada satupun orang yang memberitahukan kondisi Lilac. Ia baru di kabari saat operasinya selesai. Lilac di tangani oleh dokter lain dan karena kesalahan saat oprasi Lilac mengalami pendarahan yang sangat parah. Pada akhirnya ia tidak bisa bertahan dan meninggal.

Ia dengar kalau saat itu Lilac mengalami kecelakaan dan kepalanya terbentur. Ada pendarahan di otaknya dan membuat ia tidak bisa sadarkan diri. Saat itu ia masih bisa di selamatkan. Tapi karena dokter yang menangani Lilac belum terlalu berpengalaman bukannya sembuh Pendarahan di kepalanya menjadi semakin parah.

Tepat saat ia menyelamatkan satu nyawa nyawa istrinya di ambil oleh tuhan. Dua tahun telah berlalu setelah kejadian itu dan ia masih tidak bisa lupa. Rasa sakit kehilangan orang yang ia sayangi terlalu besar untuk hati dan pikirannya hingga akhirnya ia memutuskan pindah dari rumah sakit di mana ia bekerja.

Di tempat kerja barunya ia melihat seorang suster yang agak mirip dengan istrinya. Saat itulah sebuah ide gila muncul di kepalanya. Untuk membuat Lilac yang baru.

Cukup mudah untuk menjebak suster itu, ia tahu perempuan itu menyukainya. Jadi ia mendekati wanita itu dan mendapatkan kepercayaan secara penuh darinya. Ia ingat ia mendekati perempuan itu selama sebulan sebelum kemudian ia mengajaknya untuk makan di rumahnya.

Wanita itu tidur setelah meminum jus yang sudah ia campur obat tidur. Ia memborgol wanita itu agar tidak bisa bergerak dan memberinya lebih banyak obat bius lagi.

Ia memiliki ruang praktek sendiri di rumahnya jadi bisa di bilang semua peralatan yang dibutuhkannya untuk melakukan pembedahan sangat lengkap di sana. Dia juga sudah menyiapkan mata yang warnanya persis sama dengan warna mata mendiang istrinya.

"Aku di mana? Kenapa tangan dan kakiku terikat?"

Di luar dugaan wanita itu bangun sebelum ia sempat membiusnya secara total.

"Oh, sudah bangun?"

"Harry kenapa aku di borgol seperti ini?!!"

Harry yang melihat wajah horor wanita itu tersenyum dan berkata.

"Kenapa ya?"

"Ha... rry...?..."

Harry menengadahkan wajah perempuan di hadapannya itu dan berkata.

"Wajahmu benar-benar agak mirip dengannya."

"Si-siapa?..."

Tanya wanita itu agak terbata-bata.

"Istriku, dia udah meninggal dua tahun yang lalu, dan kamu bener-bener sempurna."

"Sempurna? Apa yang kamu maksud?"

Harry tersenyum lebar dan berkata.

"Kamu suka aku kan? Kalau begitu kamu pasti mau aku lebih mencintai kamu lagi?"

Melihat kegilaan di kedua mata Harry wanita itu tahu Harry tidak dalam keadaan normal. Wanita itu tampak makin ketakutan dan bertanya.

"Apa yang kamu mau? Apa yang mau kamu lakuin?"

"Aku mau mengganti kedua bola matamu, merubah sedikit bentuk hidungmu dan menipiskan bentuk bibirmu sedikit. Gak apa-apa kan?"

Penjelasan Harry membuat jantung wanita itu berdebar semakin cepat karena ketakutan.

"GAK, AKU GAK MAU!!"

Harry memiringkan kepalanya mendengar penolakan dari wanita itu.

"Kenapa?, Kamu bilang kamu suka aku kan? Apa itu bohong?"

"Aku gak bohong!! Aku suka kamu tapi gak begini caranya!!"

"Kalau gitu kenapa kamu gak mau?"

"Karena aku gak mau di jadiin pengganti sama kamu!!"

"Siapa yang jadiin kamu pengganti Lilac? Aku gak akan pernah jadiin kamu pengganti."

"Aku bukan Lilac!!, sadar Harry!!"

"Jangan khawatir ini bakalan cepet Lilac, kita berdua akan bersama lagi"

Setelah itu ia membius total wanita itu dan mengeluarkan kedua bola matanya sebelum kemudian menggantinya dengan bola mata yang baru dan membuat perubahan kepada bentuk bibir dan hidungnya membuat ia menjadi sangat mirip dengan mendiang istrinya. Namun pada akhirnya wanita itu mati saat ia menjadikannya sebagai 'teman latihan' untuk melakukan transplantasi organ karena obat bius.

Sejak saat itu ia mulai ketagihan. Ia mulai mencari perempuan yang mirip dengan istrinya, dia akan mengencani mereka dan pada akhirnya menjadikan mereka kelinci percobaannya.

Tidak pernah ada satupun dari mereka yang selamat. Siklus ini terus terulang selama bertahun-tahun namun tidak ada yang menyadari perbuatannya karena ia selalu menghancurkan mayat korbannya dengan melelehkan tubuh mereka dalam larutan asam.

Pada akhirnya iapun pindah ke daerah rumahnya saat ini dan membangun sebuah rumah yang di bangun secara bergantian oleh arsitek yang berbeda. Dengan uang yang di milikinya mereka tidak banyak bertanya dan hanya lakukan apa yang dia mau. Setelah rumah itu selesai iapun mulai mencari target.

Tidak sulit baginya menemukan orang yang mau menjadi kaki tangannya untuk mendapatkan beberapa organ yang dia mau juga tubuh yang bisa ia gunakan. Saat pertama kali melihat Lily yang sedang koma ia langsung jatuh cinta. Dia adalah tubuh selanjutnya yang paling sempurna untuk di jadikannya sebagai tubuh Lilac yang baru. Lilac akan suka tubuh yang satu ini.


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C58
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen