Sosok yang baru saja berbicara langsung menjadi pusat perhatian bagi semua orang yang hadir di sana, dan mereka memiliki pemikiran tersendiri terkait hal ini.
Keputusan Istana Kekaisaran untuk tidak mengambil peti mati ilahi itu dan menyerahkannya pada Wilayah Shangqing—tempat dimana peti mati ilahi itu ditemukan—menunjukkan betapa murah hatinya mereka.
Mereka berpikir bahwa hanya pasukan seperti Istana Kekaisaran yang mampu bersikap seperti ini. Istana Kekaisaran mampu menahan ego mereka untuk mengambil alih jasad salah satu dewa kuno itu.
Jika tidak, Istana Kekaisaran hanya membutuhkan satu kata untuk membuat peti mati ilahi itu diantarkan pada mereka.
Namun, Istana Kekaisaran justru menganggap bahwa Wilayah Shangqing-lah yang berhak memiliki peti mati tersebut.
Bagaimanapun juga, tidak ada seorang pun di Wilayah Shangqing yang berani memperebutkan hak atas peti mati itu dengan Istana Pemimpin Wilayah.