Gerakan Lu Bancheng menjadi lebih cepat dan lebih keras, sambil terus menyiksa tubuh Xu Wennuan berulang kali.
Xu Wennuan merasa seolah-olah seluruh tubuhnya telah dicabik-cabik dengan paksa menjadi setengah. Rasa sakitnya datang dalam riak-riak seperti ombak, dan itu membanjiri sarafnya. Rasa sakit ini mengingatkannya bahwa Lu Bancheng telah berhasil: Pria itu telah merampas kesuciannya.
Perasaan putus asa dan penderitaan yang tak terlukiskan merayapi seluruh tubuhnya. Ia bisa dengan jelas melihat bagaimana tanpa ampun ia didorong ke dalam jurang maut oleh pria yang ada di atasnya, dan tidak ada yang bisa dia lakukan selain menanggung siksaan yang luar biasa.
...