Kali ini, Gu Yusheng tetap diam untuk waktu yang cukup lama.
Setelah satu menit berlalu, Wu Hao berkata, "Namanya adalah Qin Zhi'ai. Tidakkah kau ingat dia? Ketika kita berada di sekolah menengah, ia selalu ada di sekitar kita dan berkumpul bersama.
Qin Zhi'ai masih tidak mendengar Gu Yusheng, tetapi seseorang menyalakan pemantik api. Setelah beberapa saat, ia mendengar Gu Yusheng menjawab dengan datar,"Tidak, aku tak ingat."
"Tidak?" Nada ketidaksabaran nampak jelas dalam suara Wu Hao. "Tidak terlalu tinggi, langsing, rambut yang sangat panjang, kulit cerah, mata yang cantik. Teman sebangkuku bahkan tertarik padanya…"
"Astaga! Kau benar-benar tidak mengingatnya? Kau sudah bertemu dengannya berkali-kali. Gadis itu, ia berbicara dengan lembut, dan ia bahkan tampak lebih cantik daripada istrimu…"
"Ha…" Gu Yusheng tiba-tiba tertawa sinis. "Tidak seperti engkau, Aku tidak punya energi lebih untuk mengingat hal-hal yang kurang penting di masa lalu."
Hal-hal yang kurang penting di masa lalu….Qin Zhi'ai gemetaran dengan tak terkendali.
Ternyata, pada masa lalu ketika Qin Zhi'ai berbicara dengannya, pembicaraan yang ia ingat sebagai pembicaraan yang indah tak terbayangkan, itu hanyalah obrolan kurang penting bagi Gu Yusheng.
Dengan emosi yang menyumbat tenggorokannya, Qin Zhi'ai merasa sangat tidak nyaman.
Qin Zhi'ai mencoba keras untuk tetap tenang, tetapi matanya tetap terasa basah.
Gu Yusheng tidak mengingatnya, ia benar-benar tidak mengingatnya… Walaupun Wu Hao sudah memberinya deskripsi yang sangat detail tentang Qin ZHi'ai, ia masih tetap tidak…
Tanpa keberanian untuk keluar dari ruang makan, Qin Zhi'ai mengambil teko teh dan melangkah mundur , kemudian ia mendengar Gu Yusheng berkata dengan suara tidak jelas, teredam oleh rokok di mulutnya, "Sahabat pacarmu , apakah ia mengejarku sebelumnya? Atau menggangguku?
"Ha, itu harapanmu! Ia tidak pernah mengejarmu ataupun mengganggumu."
"Begitukah?" Gu Yusheng meniupkan sebuah cincin asap perlahan, tersenyum seolah-olah ia hanya percaya setengah dari yang dikatakan Wu Hao, dan menjawab dengan murung," Yah..kalau begitu wajar saja aku tidak mengingatnya."
Wajar saja… Jari-jari Qin Zhi'ai bergetar, dan teko teh pun terjatuh ke lantai dan pecah dengan suara nyaring.
"Apa yang pecah?" Lu Bancheng yang pertama mendengar bunyi itu, maka ialah yang pertama bertanya.
Qin Zhi'ai menyadari bahwa ia masih terpengaruh secara emosional dan telah bereaksi dengan tak terkendali, maka ia pun berlutut dan membersihkan pecahan di lantai.
Qin Zhi'ai merasa sangat sedih, bergerak dengan tergesa-gesa, jarinya pun tergores oleh pecahan kaca.
Tangan Qin Zhi'ai sedikit gemetaran karena sakit yang dirasakannya, ketika suara Lu Bancheng terdengar dari belakang. "Apa yang terjadi? Tekonya pecah? Apakah kau terluka?"
Lu Bancheng menanyakan beberapa pertanyaan berturut-turut, lalu ia menyadari ada luka kecil pada ujung jarinya dan ia bertanya dengan khawatir, "Oh, jarimu terluka?"
Karena teriakan Lu Bancheng, Gu Yusheng, yang juga bergegas menuju ruang makan tepat di belakang Lu Bancheng, melihat ujung jari Qin Zhi'ai.