Ketiga belas murid menatap sosok memesona guru mereka di atas panggung, hati mereka bergejolak.
"Pernahkah ini terjadi sebelumnya?"
Mereka ingin meneriakkan kepada guru mereka bahwa itu pernah terjadi. Meski mereka sampah, mereka masih memiliki waktu di mana mereka benar, tetapi mereka telah goyah karena ketakutan batin mereka dan hanya bisa tetap diam pada akhirnya. Lin Fan memandang para murid yang tenggelam dalam pikiran mereka lalu sedikit mendesah. Mereka masih anak-anak dan hati mereka terlalu murni.
"Di jalur seni bela diri, seseorang harus berterus terang dan jujur dalam hati mereka. Jika kalian mengubur kebenaran di hati kalian karena sesuatu seperti ketakutan, kalian tidak akan pernah pergi jauh dari jalur seni bela diri."
"Sekarang, katakan dengan jelas, apa ini pernah terjadi sebelumnya?" Momentum Lin Fan seperti matahari keadilan, menyinari seluruh murid di luar panggung. Suara itu berjalan jauh ke dalam hati para murid dan sepenuhnya membuat mereka terbuka.
Murid-murid yang mulanya di sini untuk menyaksikan pertandingan, merasakan darah mereka mulai mendidih saat mendengarnya, ketidakbahagiaan yang telah mereka tanamkan jauh di dalam hati mereka mulai melonjak.
"Ya …."
"Aku pernah …."
"Guru Lin benar. Tidak ada yang sempurna, hanya karena kami berbeda pendapat dengan guru, kenapa kami salah?"
"Suatu kali, aliran energi sejatiku terhambat. Aku percaya itu karena salah satu keahlian bela diri yang aku kultivasi, tetapi guru mengatakan itu adalah masalah kesehatan karena tubuhku dan memaksaku untuk minum obat pahit. Aku terus mengubur kejadian ini di hatiku dan tidak pernah mengatakan apa-apa karena dia adalah guruku. "
….
Para murid di bawah dorongan semangat Lin Fan mulai mencurahkan semua kesedihan yang mereka miliki di dalam hati mereka. Liu Qingfeng dan yang lainnya di atas panggung mulai terlihat sangat tidak senang.
Bagaimana bisa pertandingan yang sederhana berubah menjadi seperti ini? Mereka telah menjadi sasaran kritik publik, apa yang sedang terjadi? Hu Ben yang runtuh berulang kali memuntahkan darah setelah mendengar kata-kata Lin Fan; itu memuakkan, sangat memuakkan.
Membalikkan hitam dan putih, bagaimana dia bisa begitu hina?
Lin Fan menatap murid yang kacau dan memberi isyarat agar mereka tenang, "Meskipun kalian semua bukan murid-muridku, kalian masih murid-murid Sekolah Langit Surga. Aku ingin memberi tahu kalian semua bahwa jika kalian yakin kalian benar, maka jangan biarkan orang lain memengaruhi kalian. Tetap setia pada hati kalian dan lakukan apa yang kalian yakini benar."
Para murid menatap Lin Fan, rasa hormat mereka perlahan-lahan meningkat, "Terima kasih, Guru Lin, atas pelajarannya."
Semua murid adalah murid-murid yang baik. Mereka tahu bagaimana menerima, mereka tidak bodoh. Jika mereka memikirkannya, mereka akan dapat menyadari siapa yang salah atau benar, hanya saja mereka masih terlalu polos.
Lin Fan mengangguk puas. Hasilnya bagus, murid-murid memang lebih mudah untuk dipengaruhi.
Kemudian Lin Fan memandang ke arah kelompok Liu Qingfeng, "Kalian bertiga harus meminta maaf kepada murid-muridku."
Raut wajah Liu Qingfeng dan kelompoknya berubah berulang kali kemudian mereka dengan ringan berkata, "Guru Lin, kau harus memberi kami tali penyelamat untuk masa depan. Jika kau membuat kami meminta maaf kepada para murid, bagaimana kami bisa menjaga citra kami di masa depan?"
Lin Fan memejamkan mata lalu tiba-tiba membukanya, mengangkat pedang di tangan dan mengayunkannya, "Kalau begitu, bersiaplah untuk menerima seranganku."
"Guru, Lin, tunggu!" Kelompok Liu Qingfeng buru-buru mengangkat tangan mereka. Mereka tahu mereka bukan tandingan Lin Fan. Jika mereka benar-benar bertarung, hasil mereka mungkin bisa lebih buruk daripada Hu Ben. Selain itu, mereka tidak tahu hal-hal apa yang akan dikatakan orang itu kepada para murid.
"Apakah kalian semua akan meminta maaf?" Lin Fan menatap ketiganya dan tersenyum.
"Ini …." Kelompok Liu Qingfeng ragu-ragu. Bagaimana bisa mereka melakukan sesuatu seperti meminta maaf kepada murid-murid? Mereka adalah guru, bagaimana mungkin mereka meminta maaf kepada sekelompok murid kelas D. Jika kata itu keluar, mereka akan menjadi bahan tertawaan.
"Kurasa Guru Liu harus meminta maaf."
"Setelah mendengarkan kata-kata Guru Lin, aku merasa bahwa aku tidak seharusnya merendahkan orang-orang. Aku meminta maaf kepada para murid kelas D."
"Ya, aku juga."
"Guru Liu, minta maaf."
"Maafkan aku."
"Maaf …."
Para murid yang awalnya tenang mulai bersorak bersama.
Ini adalah hasrat hati mereka ….
Keputusan telah diatur dan tidak dapat diubah sekarang.
Liu Shuishui dan kelasnya menyaksikan adegan saat ini. Mereka bungkam dan terkejut; mereka tidak pernah memikirkan hari seperti ini akan tiba.
Kelompok Liu Qingfeng menatap ke arah sekeliling mereka dan akhirnya mengangguk, "Baiklah, kami minta maaf."
Lin Fan tersenyum tipis dan kemudian memberi isyarat kepada Liu Shuishui dan kelas, "Semuanya kemari dan terima permintaan maaf tulus dari ketiga guru."
Liu Shuishui dan anggota kelas terkejut dan sedikit takut, tetapi di bawah mata Guru Lin yang mendorong, mereka mengumpulkan keberanian mereka dan berjalan di atas panggung. Tiga belas murid membentuk barisan dan berdiri tegak, tetapi mereka tidak dapat menatap ke arah mata ketiga guru itu.
"Ingat, ketika kalian menerima permintaan maaf seseorang, kalian harus menatap langsung ke mata mereka. Di masa depan, kalian harus ingat untuk memaafkan orang lain, mengerti?" kata Lin Fan.
"Guru, kami mengerti," kata Liu Shuishui dan yang lainnya dengan wajah mereka yang memerah karena bersemangat.
Kelompok Liu Qingfeng sangat marah di hati mereka, Hu Ben, yang pingsan di tanah, tetap tak bergerak di tanah berpura-pura terluka parah setelah melihat adegan saat ini.
"Ya benar, seperti aku akan meminta maaf kepada para murid, bahkan tidak di dalam mimpimu. Aku hanya akan terbaring diam di sini dan menghindari situasi ini.'
"Rekan tiga guruku, kemarilah," kata Lin Fan sambil merentangkan tangannya.
Kelompok Liu Qingfeng saling memandang lalu menghela napas tak berdaya dan berjalan ke arah tiga belas murid. Liu Shuishui dan kelasnya mencengkeram ujung pakaian mereka dengan gugup, tetapi mereka masih mematuhi guru mereka dan menatap lurus ke depan ke arah tiga guru tersebut.
Tetapi setelah melihat, mereka menyadari bahwa guru-guru kelas B sebenarnya tidak menakutkan sama sekali.
"Kami minta maaf pada kalian semua." Liu Qingfeng sedikit memejamkan matanya dan akhirnya mengucapkan kata-kata ini. Kemudian, dia melihat ke arah Lin Fan, "Permisi."
Setelah dipermalukan di depan begitu banyak murid, mereka tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan.
"Tunggu …," ucap Lin Fan saat ini.
Kelompok Liu Qingfeng menegang, apa dia mungkin ingin menuntut sesuatu yang lain?
"Karena para guru telah meminta maaf kepada kalian semua, maka kalian harus menerimanya dengan iktikad baik. Katakan pada ketiga guru itu, kami menerima permintaan maaf kalian," kata Lin Fan sambil tersenyum licik di hatinya.
Ketiga belas murid itu mengangguk kemudian melihat ke arah ketiga guru tersebut, "Kami menerima permintaan maaf kalian."
Tiga belas murid merasa seperti sedang bermimpi pada saat ini. Mereka tidak pernah berpikir hari seperti ini akan datang untuk mereka. Bagi guru kelas B untuk meminta maaf kepada mereka, itu adalah sesuatu yang bahkan tidak berani mereka pikirkan sebelumnya.
Wajah-wajah kelompok Liu Qingfeng menjadi makin pucat dan terus memucat lalu mereka pergi tanpa melihat ke belakang sekali pun. Huben kemudian juga dengan cepat bangkit dan menyelinap pergi dengan sedih.
Lin Fan memandang ke arah tiga belas murid sambil tersenyum dan mengangguk puas. Dia lalu memandangi para murid di luar panggung, "Kalian semua ingat kata-kata ini."
"Tetaplah setia pada hati kalian."
"Bubar."
'Ting … selamat profesi mentor, pengalaman + 200.'
Lin Fan tersenyum bahagia. Seperti yang diduga, mereka yang pintar hidup dengan baik sedangkan mereka yang tidak punya otak seperti kelompok Qingfeng hanya bisa berjalan pergi dalam kegelapan.
Hidup … perlu dipahami ketika peluang datang.