Di samping Rumah Resa yang telah berpindah tangan pada Zhu Zheng. Terdapat sebuah gedung, lebih tepatnya rumah kecil berbentuk persegi yang letaknya kurang lebih empat puluh lima meter dari rumah mewah milik Zhu Zheng.
Rumah biru muda dengan dua pintu tersebut, terlihat sangat sederhana. Namun tersimpan harta berharga milik Zhu Zheng.
Dua orang pria memilki postur tubuh hampir sama tengah berada di dalam rumah biru yang di dalamnya bercat putih, seputih salju. Di dalam ruangan tersebut di penuhi kabut yang tidak terlalu tebal. Suhu di dalam ruangan tersebut sangat dingin kurang lebih sekitar 2°C – 4°C. Saat masuk, kedua pria tersebut sudah menggunakan pakaian yang lumayan cukup tebal, agar membuat mereka terhindar dari rasa dingin.
An, "Apa maksudmu?! Kamu ... Kamu bilang RanRan itu Resa?"
"Aku hanya menebak saja."
"Zhu Zheng, aku mengerti bagaimana perasaanmu saat kehilangan Resa ... Tapi lihat, siapa pria yang tengah terbaring kaku ini." Tunjuk An pada seorang pria pucat yang sudah terbaring kaku di atas tempat tidur mewah.
"Ini Resa. Resa yang kamu cari selama ini. Dia tepat di hadapanmu sekarang. Dia sudah meninggal."
An tidak mampu lagi berkata-kata akan obsesinya Zhu Zheng pada Resa. An berpikir Zhu Zheng sangat keterlaluan.
An, "Zhu Zheng, jangan samakan Resa dengan RanRan. Mereka berdua jelas memiliki kepribadian yang sangat berbeda."
An duduk berhadapan dengan Zhu Zheng di samping tempat tidur. An menatap senduh wajah Resa yang sudah tidak lagi bernyawa.
"Zhu Zheng ... Makamkan mayat Resa. Tidak mungkin kamu akan menyimpannya selamanya di rumah ini."
Zhu Zheng tertegun.
Zhu Zheng menatap mayat Resa dan menyentuh pipinya yang kaku.
"Apa kamu tidak kasihan padanya? Selama hidup, dia cukup menderita. Kamu juga pasti tahu itu, bagaimana kisah keluarganya."
"Siapkan semua keperluan untuk pemakaman." Ucap Zhu Zheng dengan pertimbangan yang cukup berat.
Ucapan tersebut membuat An tersenyum ceria, karena An tidak ingin melihat sahabat sekaligus bosnya di kantor ini larut dalam kesedihan. An ingin Zhu Zheng kembali menjalani hidupnya, dan mencari pasangan yang akan menjaganya.
An bahkan mendo'akan agar ada seseorang yang datang untuk membawa kebahagiaan pada Zhu Zheng.
Jika mengingat kembali ke masalalu. Sepuluh tahun yang lalu. Masa di mana Zhu Zheng saat pertama kali bertemu Resa...
Di loket pendaftaran.
Kedua pria tersebut tidak saling kenal, dan masih menjadi orang asing satu samalain.
Pada saat itu cuaca cukup panas sampai terasa membakar kulit, dan barisan pendaftaran masih sangat panjang untuk sampai pada posisi berdiri Zhu Zheng.
Zhu Zheng berdiri dalam barisan tanpa ada keluhan sama sekali. Tapi Zhu Zheng merasa risih dengan pria yang berdiri di depannya saat ini. Pria itu tidak henti-hentinya mengeluh.
"Ah, ini sangat panas." Keluh orang itu, "Aku rasa kulitku sudah hangus terbakar."
"Haus."
Zhu Zheng, "..."
"Lapar."
Zhu Zheng, "..." Kapan anak kecil ini berhenti mengeluh!
Entah karena terlalu capek atau apa, pada saat barisan depan sedikit terdorong ke belakang, pria di depan Zhu Zheng tersebut terhuyung ke belakang dan tidak sengaja menginjak sepatu mahal milik Zhu Zheng.
Zhu Zheng, "..."😑
Pria kecil di depan Zhu Zheng menoleh ke belakang dan melihat ke bawah.
"Aaaaaa... Maafkan aku. Aku benar-benar tidak sengaja." Ucap pria yang berada di depan Zhu Zheng yang tidak lain adalah Resa.
"Tidak apa-apa."
Zhu Zheng menatap Resa lekat.
Pria ini sangat imut. Pikir Zhu Zheng.
Saat pembagian kelas dan telah di tentukan gedung yang akan di tempati, Zhu Zheng sedikit terkejut karena bisa sekelas dengan pria imut itu.
Selama proses pendaftaran dan pembagian kelas, Zhu Zheng selalu memperhatikan Resa. Bukan karena jatuh cinta atau tertarik. Tapi wajah Resa entah kenapa sangat enak di pandang dan tidak membosankan.
Selama seminggu aktif kuliah, Zhu Zheng merasa pria yang bernama Resa ini selalu saja duduk di sampingnya dan terkadang menawarkan sarapan pagi untuknya. Namun Zhu Zheng selalu menolak sarapan paginya.
Sebenarnya bukan maksud Zhu Zheng untuk menolak sarapan pagi dari Resa. Tapi karena Zhu Zheng tidak suka memakan makanan buatan orang lain selain asisten rumah tangganya di rumah yang bernama Olife dan makanan buatannya sendiri.
Itulah Zhu Zheng. Entah apa yang mebuatnya tidak suka makan masakan orang lain. Aku juga tidak tahu soal itu.
Zhu Zheng merasa pria yang bernama Resa ini sama sekali tidak menyerah, dan selalu menawarkan sarapan pagi buatnya.
Zhu Zheng merasa wajah Resa sangat imut pada saat berusaha menawarkan sarapan pagi buatnya.
Dan akhirnya Zhu Zheng menerima sarapan pagi buatan Resa.
Masakan buatan Resa sangat sederhana, rasanya juga sangat enak dan masuk dalam selera lidah Zhu Zheng.
Hari-hari berikutnya, Resa membuat senwic sederhana yang isianya daging sapi.
Zhu Zheng merasa Resa terlalu boros karena setiap hari membuat sarapan pagi mewah untuknya. Walaupun Zhu Zheng tahu kalau Resa sengaja mengatakan jika dia membuat sarapan berlebih.
"Kamu sangat kaya." Ucap Zhu Zheng sambil melihat senwic.
"Maksudmu?"
Zhu Zheng mengoyang-goyangkan tangan kanan yang memegang senwic ke arah Resa dan kemudian berkata,
"Harga daging sapi sangat mahal di pasar maupun di super market. Walaupun aku tidak tahu pasti berapa harganya..."
Zhu Zheng menatap Resa.
"Kenapa tidak membuat senwic isi telur atau sosis saja(!) Telur serak harganya kurang lebih 47 ribu dan kamu bisah mendapatkan 30 butir telur. Dan sosis, aku kurang tahu berapa harga sosis di pasaran, tapi harga sosis sonice yang aku lihat di super market dekat kampus setoples 20 ribu."
Jelas Zhu Zheng panjang lebar pada Resa.
"Widih pagi ini sarapan senwic, kebetulan bangat aku belum sarapan. Tian, bagi dong senwic nya." Ucap tamu tidak di undang yang bernama An.
Zhu Zhen menatap An marah. Yang pertama karena meminta senwic nya, kedua karena memanggil nama kecilnya Tian.
Zhu Zheng sangat kesal jika ada yang memanggil nama kecilnya.
Tapi dia merasa nyaman dan senang jika Resa yang memanggil nama kecilnya.
Beberapa bulan telah berlalu.
Resa dan Zhu Zheng semakin dekat satu samalain.
Dimana ada Zhu Zheng maka di situ ada Resa. Begitu juga sebaliknya.
Tapi... Lama kelamaan Zhu Zjeng berpikir, perhatian Resa sedikit berlebihan pada seorang teman.
Zhu Zheng merasa Resa jatuh cinta padannya.
Dan Zhu Zheng pun mulai bersikap dingin dan menghindari Resa.
Zhu Zheng merasa sangat jijik dengan pria gay. Dia merasa semua pria gay memiliki sifat yang sama seperti salah satu keluarga dekatnya yang bernama RanRan, yang sangat tidak tahu malu.
Demi menghindari kedua pria gay yang jatuh cinta padanya. Akhirnya Zhu Zheng memutuskan menerima pertunangan dari orangtua Anita.
Zhu Zheng berpikir jika Resa akan menyerah pada saat dirinya telah memiliki ikatan pertunangan dengan seorang gadis. Tapi ternyata tidak, Resa si pria imut itu sama sekali tidak menyerah.
"Aku menyukaimu." Resa tersenyum ke arah Zhu Zheng, "Mungkin ini terdengar sangat tiba-tiba. Tapi aku sungguh-sungguh dengan perasaanku."
Tidak ada jawaban. Zhu Zheng hanya menatap Resa dalam diam.
Resa melambaikan kedua tangannya di depan dada sambil tersenyum ramah, "Jangan marah, aku tahu kamu memiliki tunangan, dan aku juga tahu kamu akan menolakku. Tapi aku mengatakan ini agar aku merasa ... (legah)"
"...Gila." Potong Zhu Zheng.
Senyum di wajah Resa seketika hilang, ketika mendengar ucapan Zhu Zheng.
"Kamu benar-benar sudah gila." Ucap Zhu Zheng kembali.
Resa menatap Zhu Zheng dalam diam.
"Kenapa? Kenapa kamu mengatakanku gila?"
Zhu Zheng hanya menatap Resa tanpa ada niat untuk menjawab pertanyaannya. Beberapa saat kemudian Zhu Zheng berjalan menuju pintu atap.
Saat meninggalkan atap, Zhu Zheng terduduk di tangga dalam keadaan linglung.
"Apa yang terjadi padaku? Kenapa dadaku terasa sakit?"
.
.
.
Bersambung ...
Selesai pengetikan pada hari–
Selasa, 30 – 06 – 2020
Pukul, 20.49 Wita.
Sebenarnya dari awal Zhu Zheng telah menyimpan rasa pada Resa.
Zhu Zheng telah jatuh cinta pada pandangan pertama.
Namun Zhu Zheng sendiri menolak dan tidak ingin mengakui perasaannya.
Begitulah pria normal yang tiba-tiba menjadi belok. Hati dan pikiran mereka belum bisa menerima kenyataan yang ada pada diri mereka sendiri.
Setelah kejadian di atap, Zhu Zheng tidak lagi kembali di Apartemennya kurang lebih selama seminggu.
Dan setelah seminggu berlalu, Zhu Zheng kembali ke Apartemennya. Alangkah terkejutnya Zhu Zheng pada saat melihat Resa berdiri di depan pintu Apartemennya.
Pikiran Zhu Zheng melayang.
Zhu Zheng, "..."Apa selama ini dia menungguku di sini?
Zhu Zheng membuka pintu Apartemennya dan langsung masuk tanpa memperdulikan keberadaan Resa.
"Tian, Tian tunggu." Resa menahan pintu yang di tutup dengan keras oleh Zhu Zheng, dan alhasil tangan Resa pun terjepit pintu.
"Aaahh...!!! Tanganku."
Mendengar teriakan Resa, Zhu Zheng pun langsung panik, dan berbalik ke arah Resa.
"Bodoh, kenapa kamu menahan pintu!"
"Aku ingin berbicara denganmu."
Zhu Zheng mengabaikan ucapan Resa dan hanya menatap empat jari Resa yang terjepit pintu dengan wajah kahawatir.
"Ayo masuk ke dalam, aku akan mengobati tanganmu."
Resa pun mengikuti Zhu Zheng ke dalam Apartemen.
"Duduk. Aku akan mengambil Es batu dan salep untukmu."
Zhu Zheng berjalan ke dapur dan mengambil es batu di dalam kulkas. Kemudian dia berjalan ke kamarnya untuk mengambil salep di dalam kotak P3K.
Zhu Zheng menghembuskan napasnya perlahan saat berjalan menghampiri Resa yang duduk di ruang tamu.
"Berikan tanganmu. Berhenti menangis."
"Aku tidak menangis." Ucap Resa sambil menghapus air matanya.
"Apa rasanya sakit jika aku menekannya sedikit keras?" Ucap Zhu Zheng tampa mengalihkan pandangannya dari tangan Resa.
"Tidak."
Resa, "Zhu Zheng... Ayo berkencan."
Zhu Zheng menghentikan aktifitasnya beberapa detik dan kemudian melanjutkannya kembali. Wajah Zhu Zheng terlihat sangat tenang di permukaan. Akan tetapi di dalam, jantungnya berdegup sangat kencang, bahkan sampai membuat tangannya sedikit gemetaran.
"Zhu Zheng, bisakah kamu memberikan hatimu selama 24 jam padaku?"
"Tidak." Jawab Zhu Zheng dengan tegas.
"Zhu Zheng, aku mohon, hanya 24 jam saja."
"Tidak."
Zhu Zheng memberikan salep luka pada tangan Resa, "Ini sudah larut malam. Kembalilah di Apartemenmu."
"Zhu Zheng." Air mata Resa kini kembali tumpah membasahi seluruh pipinya.
"Ku mohon Zhu Zheng, hanya 24 jam saja ku mohon. Setelah itu aku ... aku tidak akan pernah lagi mengganggu kehidupanmu, bahkan muncul lagi di depanmu."
Tidak ada jawaban. Zhu Zheng hanya duduk diam di tempat tanpa melihat ke arah Resa.
'Apa yang harus aku lakukan? Aku sangat takut melihatnya menangis. Tapi aku belum bisa terima dengan cinta seperti ini...'
"Kembalilah, nanti kamu bisa ketinggalan bus terakhir."
Resa berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah pintu.
Zhu Zheng menatap punggung Resa, dia mengepalkan tangannya erat.
"Besok" Ucap Zhu Zheng tiba-tiba.
"Aku akan menunggumu di depan Apartemenmu besok jam 9 pagi. Jangan sampai terlambat."
.....
Selama kencan 24 jam, pikiran Zhu Zheng lari kemana-mana.
Zhu Zheng merasa sangat gugup, dan jantungnya tidak henti-hentinya untuk berdetak kencang, sampai sepanjang jalan membuatnya tidak lagi berkonsen trasi.
"Zhu Zheng coba lihat ini. Bukankah boneka ini mirip denganmu? Aku akan membeli satu untuku dan untukmu."
"Tidak perlu." Kata Zhu Zheng. Tapi sebenarnya dia juga sedikit tertarik dengan boneka kecil itu.
Penjual, "Anak muda ini adalah gantungan kunci pasangan, satu gantungan kunci seharga 20 ribu. Tapi jika kalian ingin membeli dua, aku akan memberikan diskon."
"Sungguh? Aku akan membelinya. Jadi mana pasangannya?"
"Oh tunggu sebentar, aku akan mengambilnya."
Setelah mengatakan itu, si penjual mengambil sebuah box kayu berukuran kecil di bawah meja, dan memberikannya pada Resa.
"Ini dia anakmuda pasangannya."
Resa terdiam. Senyum di wajahnya seketika menghilang.
Zhu Zheng menatap Resa dan kembali menatap gantungan kunci pasangan itu.
Gantungan itu sedikit mirip dengan Anita. Pikir Zhu Zheng.
"Aemm... Maaf aku tidak jadi membelinya." Ucap Resa pada si penjual, sambil menyerahkan kembali box kayu tersebut.
Setelah itu, Resa berjalan lagi ke depan untuk melihat barang-barang yang membuatnya tertarik.
"Aku akan membelinya. Tapi aku ingin menukar pasangan pria ini dengan pasangan wanita itu." Zhu Zheng menunjuk boneka yang penampilan beserta gaya rambutnya mirip dengan Resa.
Penjual itu menatap boneka yang berada di dalam boks kayu.
"Maaf sekali anak muda. Boneka ini adalah boneka pasangan, dan di jual juga harus bersama pasangannya."
Zhu Zheng, "Aku akan membeli kedua pasangat ini."
Dan pada akhirnya Zhu Zheng membeli dua kotak kayu yang berisi dua pasangan.
.
.
.
Bersambung ...
Selesai pengetikan pada hari–
Rabu, 01 – 06 – 2020
Pukul, 10.47 Wita.
_____________________________________
Saya tidak lagi membaca ulang kata-kata di atas. Mungkin tidak jelas.
Otakku hari ini tidak mau berpikir. Bahkan hari ini orang yang berbicara dengan saya, semua perkataan mereka tidak bisa saya cerna di dalam otakku.
😭 Bibiku meminta saya beli tomat 🍅 di pasar 1/2 kilo hari ini, dan malah yang saya beli Cabai 1/2 liter.
Luar biasa banget😅
Das könnte Ihnen auch gefallen
Kommentar absatzweise anzeigen
Die Absatzkommentarfunktion ist jetzt im Web! Bewegen Sie den Mauszeiger über einen beliebigen Absatz und klicken Sie auf das Symbol, um Ihren Kommentar hinzuzufügen.
Außerdem können Sie es jederzeit in den Einstellungen aus- und einschalten.
ICH HAB ES