Download App
88% Traumatik / Chapter 22: Cahaya Redup

Chapter 22: Cahaya Redup

***

Devan merasa tidak akan ada satupun yang akan peduli dengannya. teman?. ah bahkan perkataan yang sudah lama di lupakan nya. apa itu?.

***

"Hei namamu Devan ya?" seru sebuah suara manis itu. Devan sedikit melirik ke arah atas melihat dengan kedua manik mata sayu datarnya.

Dia tersenyum disana dan membantu Devan membereskan bekalnya yang lagi lagi di hancurkan oleh si pelaku. Devan hanya diam saja, dan cepat cepat pergi dari sana meninggalkannya.

Siapa dia?. gadis itu masih berdiri disana menatap punggung Devan yang perlahan semakin menjauh. Devan hanya diam memegang kotak bekal kotor yang sudah terlapisi dengan tanah. ia masuk ke dalam kamar mandi dan mulai mencuci bekalnya.

***

Byurr

***

Devan bisa merasakan kalau bagian punggungnya lagi lagi disiram air. Devan hanya diam melihat pelaku yang melakukannya dari cermin WC. mereka tertawa dan seenaknya mengarahkan tangannya merangkul Devan.

"hahaha!. jangan marah dong ya!" seru nya sok akrab. tersenyum kearah Devan dengan nada licik khasnya.

"kita kan teman?" tekan dia. Devan lagi lagi hanya diam. tidak bersuara. itu membuatnya kesal dan langsung merubah ekspresi wajah dan sikapnya kepada Devan. dengan kesal dan tanpa belas kasihan ia menarik Devan hingga jatuh membentur tembok WC keras.

"ngh..ha..ha.." seru Devan meringis. ia bisa merasakan darah mengalir dari sana dan nafasnya sesak saat dirasa kesadarannya mulai menghilang.

"ck. apa apaan dia sok sok sakit!" kata si pelaku yang tidak tau apa penyakit Devan. ia malah menendang perut Devan membuatnya semakin merana. Devan memijat keningnya saat dirasa pusing mulai melanda.

"pergi saja daripada kita yang kena!" seru salah satu anak lainnya. yang di jawab dengan enggan oleh anak lainnya itu. mereka meninggalkan begitu saja Devan seorang diri disana setelah membuatnya seperti itu. Devan hanya diam melihat ke arah depan dengan sayu dan lemah. ia dengan gemetar mulai mencari sendiri obat yang ia bawa di saku jaketnya.

"ngh.." rasa sakit menyerang dan membuat tangan Devan gemetaran dan melepas obatnya itu.

***

srek.

***

obat itu jatuh menggelinding menjauhi posisi Devan. Devan memaksa tubuhnya untuk bergerak. tapi tidak bisa, sakit sekali. ia tidak bisa bergerak dari posisi semulanya. semakin ia bergerak rasanya kesadarannya semakin terenggut karena itu. Devan melambaikan tangannya lemah. berharap kalau ada keajaiban dan ia bisa selamat dari keadaan ini.

dan datanglah 'dia'. sebuah cahaya yang datang kepada Devan. Devan bisa melihatnya dengan ragu dan sayup sayup. sesosok gadis yang cantik dan begitu manis. ia menunduk, merapikan rambutnya yang sedikit panjang dan mengambil obat itu dari atas lantai. lalu ia mendekati Devan dan duduk di depannya. memberikan obat itu pada tangan Devan yang terdiam ditempat.

"ini dia. kau baik baik saja?" katanya dengan nada ramah. gadis tadi. Devan hanya diam memandangi dengan kedua mata memandangnya diam.

"Devan ya?. salam kenal" seru gadis itu dan dia mengukir senyuman. rasanya seperti ada sebuah kehangatan yang masuk perlahan dalam tubuh Devan setelah sekian lama. sebuah cahaya yang kini tengah menolongnya dan kini tersenyum dengan begitu manis kepadanya. sebuah cahaya yang berupa gadis di depannya ini. ia seperti cahaya bagi Devan. datang dan membuat Devan merasa keluar dari kegelapan ini dan membuatnya menghangat.

***

Bruk

***

Devan melihat dengan tidak percaya. bahkan dadanya terasa berhenti saat ini ketika melihat gadis itu. kini tengah di lemparkan di depannya. dengan kondisi yang mengenaskan. ia terluka parah dan lebam lebam. pakaiannya kusut. dan rambutnya yang panjang kini sudah berganti dengan rambut kusut dan rambut yang kini terpotong pendek dengan pinggiran berantakan.

"wah are are??. pangerannya terkejut. lihatlah putrinya ini hahaha!" tawa dia. Devan melihat ke arah depan. tubuhnya hanya diam tidak bergeming.

"A...apa yang kalian lakukan?" hanya perkataan itu yang keluar dari mulutnya yang terasa beku.

"kami?. hanya memotong rambutnya dan membuatnya jadi cantik!" seru salah satu anak tertawa seraya keluar dari gudang tua itu dan memegang sebuah gunting di tangannya yang terdapat helaian rambut panjang disana yang tampak basah.

"cantik?" Devan melihat ke arah bawah. dimana gadis itu kini tidak lagi cantik. melainkan berantakan. rambut yang sangat indah itu kini telah terpotong dan pakaian seragam nya berantakan. ia hanya diam disana. meringkuk dan menutupi seluruh wajahnya di atas tanah tepat di depan Devan. Devan tertegun saat melihat gadis yang begitu cantik itu kini terbaring disana.

***

Srek

***

salah satu anak tanpa belas kasihan menarik rambut perempuan itu dengan kasar hingga terlihat bekas rambut yang mulai terjatuh. Devan membulatkan matanya saat melihat wajah gadis itu yang kini tengah menangis dan merintih kesakitan. tubuh mungil nya terangkat begitu saja oleh pria besar itu.

"Wah perlihatkan lah wajah cantikmu. dia cantik kan hm anak desa?" ejeknya lalu ia menjilati pipinya.

Devan merasa kalau tidak apa kalau hanya harga dirinya yang terluka. tapi gadis ini. dia perempuan dan juga ia adalah cahaya bagi Devan. satu satunya yang mau berada di disisi Devan saat ia tengah kesulitan. Devan merasa nafasnya begitu sesak dan panas. ia marah kepada pria itu saat ia begitu saja mempermalukan gadis itu.

"lepaskan dia!" sama seperti waktu itu. Devan dengan sekuat tenaga mendekat dan mulai meraih tangan itu berusaha agar tangan itu lepas. tapi tenaganya sama sekali tidak kuat. sehingga ia dihempaskan begitu saja bersama gadis itu ke jarak yang lumayan jauh. Devan bisa merasakan tubuhnya sangat sakit saat menyentuh tanah dengan kasar. dan gadis itu terjatuh disana. dengan posisi tengkurap.

"...t... tidak..." Devan bisa merasakan nafasnya terasa sesak.

***

"dasar anak desa!" belum sempat Devan berdiri dan meraih anak itu. anak lainnya sudah menyentuh gadis yang berjarak lumayan jauh dari sana.

"lepaskan dia!" seru Devan lagi sekuat tenaga. ia berusaha berdiri tapi lagi lagi kakinya di tendang dan ia terjatuh. tangannya berusaha meraih tanah berusaha merangkak kesana. tapi tangan itu pula di tahan oleh salah satu kaki pria dengan sangat kasar. Devan bisa merasakan tulangnya terasa patah saat ia hendak bergerak dari sana.

"apa kau mau melihat putri mu di permalukan hei tampan?"

***

Deg

***

jantungnya berhenti saat melihat dengan kedua matanya sendiri bagaimana gadis itu kini benar benar ditanggalkan harga dirinya. pria itu mulai membuka rok kusam itu dan gadis itu menangis. ia melihat ke arah Devan meminta tolong. tapi Devan lagi lagi tidak dapat melakukan apa-apa. detik detik itu terasa begitu cepat. dan roknya sudah di tanggalkan. dan memperlihatkan celana dalam yang di pakai perempuan itu.

"ngh...ngh" tangis gadis itu pecah. dan ia bisa melihat bahwa gadis itu begitu saja di lemparkan ke tanah. gadis itu segera menutupi bagian tubuhnya. ia melihat ke arah pria bejat itu. dan mengarahkan kedua tangannya berusaha meminta kembali roknya. tapi bukannya di kembalikan. ia malah di permainkan. Devan merasa sakit saat melihat gadis itu dipermalukan.

Dan itu adalah karenanya. gadis itu terus berusaha meraih rok itu dengan menutupi bagian intimnya. tapi pada bagian akhir. pria itu malah merobek besar rok itu dan menyerahkannya begitu saja. gadis itu hanya diam saat rok itu di kembalikan padanya. bulir air mata mengalir deras.

Setelah disiksa di gudang.

Ia dipermainkan.

Dan sekarang ia dipermalukan.

Seperti sebuah mainan.

***

Devan bisa melihat bagaimana gadis itu kini menatapnya dengan kedua mata kosong yang tanpa adanya cahaya itu lagi. Cahaya itu menghilang. dan hanya tersisa jiwa kosong disana. begitupun Devan yang sudah kehilangan cahaya satu satunya dan membuat seseorang kini terluka karena dirinya.

***


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C22
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login