Download App
2.03% Teman Satu Kantor / Chapter 6: Part 6

Chapter 6: Part 6

"Zalfa, kerjaan Kamu, Saya tunggu 15 menit lagi. Setelah itu, kamu siap-siap bertemu klien. Biar diantar Dewan ke sananya."

"Siap Pak ketua." Zalfa mengangkat tangannya dan menempelkan ujung jarinya pada pelipis mata.

"Girang bener bisa berangkat bareng Gue."

"Perasaan siang, kok ada suara gak ada orangnya ya,"

"Kalau mau ribut, tunggu jam istirahat!"

Zalfa dan Dewan segera mengatupkan kedua bibirnya. Zalfa kembali bekerja. Dia kehilangan 2 menit berharganya, karena Dewan mengajaknya ribut. Perempuan itu, memakai kembali keca matanya. Lalu mulai mengetik dan merapihkan file.

Zalfa mengangkat kedua tangannya, perempuan itu menggerakkan badannya ke kanan dan ke kiri. Terdengar suara otot yang diregangkan. Sepertinya dia butuh untuk pijat di spa.

"Kalau udah tua emang begitu, mudah lelah, makanya minum anli*e. Supaya tulangnya gak keropos." Dean sudah siap, membawa tablet dan kunci mobilnya.

"Bang, filenya udah dikirim ya, Aku pergi dulu."

"Iya, hati-hati di jalan. Kalau ada apa-apa segera hubungi Saya."

"Siap Abangku."

"Gak percaya banget sama pendampingnya."

"Bukan Tidak percaya Dewan, Saya hanya takut kamu tidak bisa menjaga Zalfa dengan baik. Bisa saja kalian ribut di depan klien."

"Sama saja."

"Baguslah kalau kamu sadar."

Ingatkan Zalfa, di atas langit masih ada Delvis. Jika sebelumnya ucapan pedas biasa terlontar dari mulut sampah Dewan. Namun Dewan kalah oleh mulut pedas Figo, dan Figo selalu kalah oleh Delvis. Otomatis Dewan selalu kalah oleh mereka berdua.

Zalfa segera menarik lengan lelaki itu, jika dibiarkan. Mereka akan terlambat.

"Mobilnya ganti lagi?"

"Iya, dapet minjem. Yang lama tiba-tiba mogok."

"Mogok? Kok bisa."

"Gak sengaja nabrak tembok tetangga."

"Itu sih namanya kecelakaan." Ekspresi Zalfa awalnya biasa saja. Kemudian perempuan itu membulatkan matanya.

"Kecelakaan di mana? Terus gimana mobilnya? Parah gak?" Tanya Zalfa tidak bernafas.

"Dodol! Yang harusnya ditanya itu Gue, malah nanyain si Zexa." Zexa adalah nama mobil Dewan.

"Ya kan Lu mah ada di depan Gue, udah pasti baik-baik aja. Si Zexa kan kasian. Harus ke rumah sakit."

"Mobil butut begitu, mending gue lelang nanti."

"Jangan! Tunggu Gue kaya lah, nanti pasti Gue beli. Sabar ya."

"Lu kapan kaya?"

"Gak tau, Gue bingung deh, kerja terus tapi gak kaya-kaya."

"Nikah aja biar cepet kaya."

"Emang nikah bisa buat orang jadi kaya."

"Bisa. Kalau nikahnya sama Gue."

Zalfa hanya menaikkan bibirnya atasnya, tidak lupa menutup kedua kupingnya. Dewan hanya tertawa. Alasan dia tidak pernah mengganti mobilnya adalah, karena Zalfa sangat suka. Dia meminta Dewan untuk tidak menjualnya pada siapapun. Suatu saat nanti, Zalfa akan membelinya. Sebenarnya Dia tidak menabrak tembok, mobilnya memang suka mogok di jalan. Makanya Dewan akan jarang memakainya, supaya nanti Jika Zalfa mampu untuk membelinya Mesin mobil itu masih bagus. Tips berbagi cinta dalam diam yang cukup epik.

"Gue denger-denger, klien kita kali ini itu rada bawel loh."

"Masa iya, enggak kok, kan gue sempet teleponan."

"Kalau dia beneran bawel dan rese, lu harus joging bareng gue, Minggu ini."

"Ngapain? Minggu itu waktu berharga untuk gue kangen-kangenan bareng kasur kesayangan."

"Pantesan lengan Lu gedean sekarang. Lehernya juga engap banget dilihatnya,"

"Kalau bukan temen kerja, udah gue lakban mulut Lo, heran deh. Seneng banget koreksi hidup orang."

"Gue cuma kasian sama Lu, coba deh bayangin, kalau Lu lebih kurusan, jerawatnya disayang biar ilang. Pasti banyak cowok yang ngelirik."

"Gue gak peduli. Kalau gue cantik, entar banyak yang patah hati."

"Yaudah terserah, kalau butuh rekomendasi dokter kecantikan yang ok, lu bisa hubungin Gue."

"Si Kampret. Di-endors siapa lagi kali ini?"

"Kan lumayan, 50 persen potongannya."

"Masa iya?"

"Hmm,"

"Permisi, maaf ya lama." Ucap seorang perempuan yang menenteng tas branded. Zalfa berdiri lalu menyapa mereka berdua.

"Kami juga baru sampai, mari duduk!" Mereka menempati kursi masing-masing.

Setelah basa-basi. Mereka mulai ke pembicaraan inti.

"Kami mendapat rekomendasi dari teman. Bahwa perusaan kalian itu sangat propesional dalam bekerja dan menjunjung tinggi kwalitas."

Glek

Kalau sudah dipuji-puji begini, siap-siap dijatuhkan.

"Kami memang bertujuan untuk mewujudkan impian dari para customer. Agar hubungan kerja sama kita saling menguntungkan, dan terus berjalan dengan baik."

"Bagus seperti itu, jadi begini, saya mempunyai produk susu kambing etawa. Kwalitasnya sudah terjamin, kita juga sudah menjual lebih dari 1000 botol perhari. Tapi kami merasa, penjualan ini masih bisa dikembangkan lagi, jadi kami butuh menarik perhatian masyarakat untuk meningkatkan penjualan produk kami."

"Sebelumnya, apa ibu sudah mempunyai konsep?"

"Belum, tapi Saya ingin konsepnya yang natural tapi unik."

Dalam hatinya Zalfa dan Dewan mendumel. Tadi bilang belum, tapi mengeluarkan keinginan konsepnya.

"Mungkin kita bisa buat, dengan tema perkebunan dan eum seorang pemerah susu kambing yang terjatuh karena ditendang kaki kambing tersebut."

"Terlalu biasa. Saya ingin, mereka mengingatnya dan berbicaran pada orang-orang."

Sabar, ucap mereka berdua dalam hati. Terlihat dari cara mereka sama-sama memejamkan mata.

"Bagaimana dengan seorang anak kecil minum susu kambing tersebut, terus temannya yang lain merasa penasaran dan ingin mencoba juga. Namun, tidak dikasih."

"Eum No."

"Atau penjual susu kambing keliling yang berjualan menggunakan sepeda. Terus dia kehilangan rem sepedanya. Kemudian dia ingin jatuh dari sepedanya. Namun karena sejak kecil sudah minum susu kambing itu, dia tumbuh dengan akal yang bagus. Lelaki itu loncat dari sepedanya dan mengambil dengan cepat susu yang masih tersisa. Dan berhasil."

"Ngomong apa sih kamu. Saya pusing."

Zalfa ingin sekali terbahak. Andai saja di depannya bukan seorang klien penting.

"Sebelumnya ibu pernah terpikirkan ide tidak? Mungkin bisa kami kembangkan."

"Saya sih berpikirnya begini, susu kambing ini, sudah banyak diketahui sebagai obat untuk mengobati gangguan pernafasan. Mungkin bisa dibuat dengan seseorang yang ingin pingsan karena sesak nafas. Terus diberikan minuman ini, barulah orang tersebut sembuh." Beruntung Zalfa mengingat ucapan Bang Delvis. Pria itu memberitahukan bahwa, ketika klien selalu menolak ide kita, artinya mereka sebenarnya sudah punya ide sendiri tapi malu mengutarakannya.

"Baik Bu, kita bisa pakai konsep yang Ibu dan Bapak inginkan."

"Tapi, Begini Mbak, bagaimana kalau iklannya diberi gambaran Sapi ngamuk?"

"Hah?" Ucap Dewan dan Zalfa yang melongo, si Bapak dari tadi gak ngomong. Sekalinya bicara, pengen banget diteriakin.

Zalfa dan Dewan keluar dari restoran tersebut. Mereka ketawa ngakak. Membicarakan tentang kliennya yang benar-benar aneh itu.

"Jauh banget parkirnya."

"Ya sudah tunggu di sini aja."

"Di kira nyonya. Ayo!"

Di tengah perjalanan ke mobil tiba-tiba hujan turun begitu deras.

Dewan membuka jasnya lalu memberikan pada Zalfa.

"Jangan lebay, Jas gue malah. Tahan air."

Mereka berlari bersama, Zalfa belum membuka suaranya. Setelah masuk ke dalam mobil. Zalfa bernafas lega, bajunya tidak kebasahan.

"Makasih,"

"Iya, taruh aja di belakang."

Zalfa menaruh jas tersebut di belakang. Sebenarnya ini kejadian langka, jangan harap sikap Dewan padanya selalu baik. Pernah dulu, Dewan sengaja menaruh cuka di bakso milik Zalfa dan membuat perempuan itu diare. Pernah juga, dia sengaja meneriakkan ke penghuni kantor bahwa Zalfa ulang tahun dan akan mentelaktir semua yang ada di kantin. Kesel? Jangan ditanya. Dewan masih punya kaki yang utuh dan jidat yang mulus, itu berkat kebaikan hati Zalfa yang masih punya banyak rasa kemanusiaan.

"Lu sakit? Kok diem terus."

"Dingin,"

"Makanya! Jangan sok peduli, sakit kan! Udah tau gak bisa kena air hujan. Ganti baju dulu sana!" Dewan selalu membawa baju ganti di dalam mobilnya.

Zalfa mengomeli anak kecil, yang terperangkap dalam tubuh manusia dewasa.


next chapter
Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C6
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login