Sementara Nona Keadilan sedang memberikan salam, Sang Petapa Cattleya mempertahankan keheningannya sambil mengamati seperti yang telah dilakukan olehnya sebelumnya. Dia tidak melibatkan diri dalam berbagai hal, seakan-akan dirinya merupakan orang luar di pertemuan ini.
Dia menyaksikan Nona Keadilan dan Nona Jauhari menyulap lembaran-lembaran halaman buku harian Roselle mereka untuk melunasi utang mereka sebelumnya. Lalu, dia dengan hati-hati melirik Tuan Pandir tanpa berani untuk melihatnya secara langsung. Namun, dia masih tidak bisa melihat menembus kabut abu-abu yang istimewa itu. Mata ungu tuanya hanya bisa melihat pakaian yang pasti disulap.