Download App
77.98% Memory Of Love / Chapter 85: Bibirnya Manyun Seperti Donal Bebek.

Chapter 85: Bibirnya Manyun Seperti Donal Bebek.

Pak Baroto menjelaskan semua pada bu Anis.

Mendengar hal tersebut bu Anis yang tadinya merasa prihatin pada Edwin kini malah ikut tertawa.

"Wah....bapak parah"

"Biarkan bu, saya melakukan semua ini supaya kelak dia tidak menyia-nyiakan gadis sebaik Nisa".

"Ya pak saya mengerti, saya pasti akan membuat mas Edwin menerima keputusan papanya yang jahil ini".

"Hahaha..... terimakasih bu".

"Ya pak sama-sama, ya sudah pak saya kembali bekerja dulu".

"Silahkan-silahkan"

Hari-hari berikutnya dilalui Edwin dan Bila dengan sangat sulit, mereka merasa dunia ini begitu tidak berpihak pada cinta mereka.

Jika mereka harus berpapasan di kantor biasanya Bila akan menghindari Edwin, untung saja sekarang ia lebih banyak bekerja di Butik jadi tak harus sering bertemu dengan Edwin.

Sikap dingin Edwin sekarang kembali lagi, baik di kantor ataupun di rumah ia lebih sering diam.

Bahkan di rumah sekarang ia tak lagi sering menemani papanya, karena ia lebih senang mengurung diri dikamarnya.

Tak jauh berbeda dengan Bila jika sedang berada di rumah ia lebih sering berada dikamar, hanya untuk mengingat semua hal tentang Edwin.

Malam sudah larut pak Suyadi membuka pintu kamar Bila, ketika ia melihat Bila sudah tertidur ayah yang sangat menyayangi anak gadisnya itu mendekatinya.

"Bila maaf, ayah sudah membuat kamu bersedih, tapi ayah janji kesedihanmu akan diganti oleh Allah dengan kebahagiaan, apa yang kamu harapkan pasti akan terwujud".

Ayah mengelus kepala Bila dengan penuh kasih sayang, kemudian keluar dengan hati-hati.

Ibu sudah menunggu ayah untuk membicarakan sesuatu.

"Yah kita bilang saja semuanya ke Bila yah" ibu meminta "ibu ga tega melihat anak itu sedih terus".

"Ayah juga tidak tega bu, tapi ayah sudah terlanjur menyanggupi pada pak Baroto untuk menyembunyikan kebenaran ini, lagi pula tinggal dua hari lagi" ayah menjelaskan pada ibu.

Ketika orang tua Bila sedang bercakap-cakap terdengar bunyi panggilan di telpon ayah, lalu ayah segera mengangkatnya.

📞"Selamat malam pak Baroto, wah panjang umur baru saja kami membicarakan bapak".

📞"Waduh membicarakan apa to pak Yadi".

📞"Ini pak ibunya anak-anak katanya sudah tidak kuat membuat anak gadisnya murung terus.

📞"Hehehe....sabar bu Yadi, tinggal dua hari lagi, memangnya saya ndak sedih apa lihat anak saya juga cemberut terus bibirnya manyun seperti donal bebek".

📞"Ya pak tadi saya juga bilang tanggung tinggal dua hari lagi".

📞"Pak terimakasih, karena bapak sekeluarga mau membantu saya memberi kejutan pada anak-anak kita".

📞"Sama-sama pak".

📞"Pak saya semakin yakin memilih Nisa untuk Edwin karena ternyata Nisa memang anak yang berbakti".

📞"Wah bapak terlalu melebihkan, nak Edwin juga to pak".

📞"Ya sudah pak, sudah malam maaf mengganggu".

📞"Tidak pak, selamat malam juga".

Setelah menutup telfon ayah kembali memandang ibu dengan sedikit heran.

"Bu kok ada ya orang tua mengerjai anaknya sampai sebegitunya" ayah menggelengkan kepala.

"Ya ibu sampai ga tega lho pak sebenarnya".

"Ya sudah lah bu, kita kuat-kuatkan lah bu".

"Bila-bila punya mertua kok usil banget".

"Tapi satu yang bapak sukuri bu, bapak tahu anak gadis babak akan berada di tempat yang tepat karena ia memiliki suami dan mertua yang benar-benar menyayanginya".

Ibu mengangguk menyetujui pernyataan ayah.

Jumat pagi yang cerah Bila bangun dengan tak bersemangat, selain karena mengingat esok adalah hari dimana ia akan bertemu dengan laki-laki yang ayahnya pilihkan, hari ini ia juga harus bertemu Edwin.

Setelah mandi dan merapikan diri Bila membantu ibunya menyiapkan sarapan, dengan membawa makanan ke meja makan.

Lima.menit kemudian mereka sudah berkumpul untuk sarapan, Bila hanya mengaduk-aduk makanannya tanpa menyuapkan ke mulutnya satu sendokpun.

Ketika mengikuti meetingpun Bila masih terus diam memikirkan laki-laki yang akan ia jumpai besok, tak beda dengan Edwin iapun mengalami perasaan yang sama.

Sejak ia mengatakan yang sebenarnya pada Bila hingga hari ini mereka tidak pernah bertemu atau berbicara dalam waktu yang lama.

Sehingga mereka tidak tahu kapan mereka akan bertemu dengan orang yang dipilihkan oleh orang tua mereka.

Jikapun mereka berbicara itu hanya urusan pekerjaan, selebihnya Bila selalu menghindar dari Edwin.

Setelah rapat selesai semu orang keluar dari ruang rapat tersebut, kebetulan Bila masih membereskan materi persentasi.

Edwin sengaja menunggu Bila untuk menanyakan kabar tentangnya.

"Bila...kamu apa kabar?" Edwin bertanya sambil mendekati Bila.

"Baik kak" Bila menjawab sambil tetap membereskan barang-barangnya "kak Edwin sehat kan?".

"Ga ada baik-baiknya sama sekali, sejak kamu menjauhiku" Edwin menjawab dengan terus terang "Bila...belum terlambat, ayo kita berjuang demi cinta kita" Edwin mencoba mempengaruhi Bila.

"Kak....maaf" Bila menggelengkan kepalanya.

"Bil...".

"Permisi pak" Bila keluar dari ruangan itu untuk menghindari Edwin.

Edwin merasa sangat terpukul karena penolakan Bila, ia tak menyangka bahwa Bila bisa bersikap sekeras itu padanya.

Kini ia hanya mampu pasrah dengan keadaan dan berusaha menerima takdir Tuhan.


CREATORS' THOUGHTS
Bubu_Zaza11 Bubu_Zaza11

Good Morning readers.

Wah makin parah deh nih pak Baroto ngerjain anak dan calon menantunya.

Sabar ya Bila dan kak Edwin tidak lama lagi kok kalian akan segera bersatu.

Happy reading and love you all ???

next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C85
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login