Download App
34.06% Just you / Chapter 31: Chapter 7 [Part 1]

Chapter 31: Chapter 7 [Part 1]

Chapter 7 [part 1]

Pukul 10.30

Di ruang osis SMP 1, Chelsea sedang mengerjakan tugas osisnya. Ia sedari tadi terlihat sangat gembira, bahkan senyum-senyum sendiri saat sedang memeriksa anggaran klub SMP 1. Latifa dan Luna hanya bisa menatapnya, mereka bahkan tidak mengerti kenapa Chelsea terlihat begitu bahagia hari ini.

"Umm… C-Chelsea, kamu baik-baik saja kan?" tanya Luna.

"Tentu saja~" jawabnya sambil tersenyum.

Latifa pun memegang pundak Luna dan memberitahu kalau dia yang akan menangani ini.

Latifa mendekati Chelsea yang sedang tersenyum sendiri sambil mengerjakan tugas. Ia sepertinya tidak menyadari kalau Latifa sudah ada di depannya, Latifa pun memanggilnya.

"Chelsea!" panggil Latifa dengan sangat keras.

Chelsea terkejut mendengar suara Latifa yang sangat keras.

"Aduuuh… telinga ku." ucap Chelsea sambil memegangi telinganya.

"Lagian kamu itu kenapa? Dari tadi senyum-senyum sendiri terus, kamu masih waras kan?"

"Tentu saja aku masih waras! Lagipula bukan urusan mu kan, kalau aku senyum-senyum sendiri?"

"Urusan ku lah! Kamu kan teman ku. Kami khawatir tau gak? Melihat mu senyum-senyum sendiri seperti itu."

Chelsea terdiam sesaat, tapi rasa senangnya masih saja muncul yang membuat dia kembali senyum sendiri seperti tidak waras. Latifa hanya mengkerutkan keningnya, ia mencoba berfikir. Kira-kira, apa yang membuat Chelsea terlihat sangat gembira hari ini. Latifa pun mendapatkannya, tapi ia tidak tau pasti apa mungkin ini penyebab Chelsea terlihat sangat gembira.

"Chelsea… apa terjadi sesuatu antara kamu dan Kakakmu?" tanya Latifa

Chelsea yang tadi tersenyum pun langsung memasang wajah terkejut, wajahnya terlihat memerah. Ia sepertinya ingin berbicara untuk membantah pertanyaan Latifa tadi, tapi ia tidak tahu kenapa ia tidak bisa mengeluarkan kalimat yang ada di mulutnya, ia terlihat kebingungan sendiri saat ingin berbicara.

Latifa dan Luna hanya bisa menatap Chelsea dan memaksakan diri untuk tersenyum.

"(Imutnya~)" pikir mereka.

"A-Aku… Tidak terjadi apa-apa kok! A-Aku tid-tidak melakukan apapun dengan Kakaku! I-Ini bukan seperti apa yang kalian pikirkan!" kata Chelsea yang tergagap.

"(Dia tidak bisa berbohong)" pikir mereka lagi.

Chelsea, selama hidupnya ia adalah gadis baik dan penurut, terutama kepada Kakanya. Chelsea akan mematuhi apapun apa yang Julio perintah, salah satunya jangan pernah berbohong.

"Padahal kamu menolak untuk di sebut brocon, tapi ternyata dalam dirimu malah sebaliknya." kata Latifa dengan suara menyindir.

"A-Aku bukan brocon! Sudah kubilang ini bukan seperti yang kalian kira!"

"Ketua, aku sungguh tidak bisa menyangka kamu seperti itu." ucap Luna sambil menatap dingin Chelsea.

"Kamu juga jangan ikut salah paham!" teriak Chelsea sambil menunjuk Luna.

Wajah Chelsea malah terlihat semakin memerah ketika sahabatnya menyebutnya seorang brocon. Chelsea sangat senang sampai senyum sendiri karena Julio yang memeluknya dan memberitahunya kalau dirinya sangat berharga dan juga sangat membantunya, tentu saja itu membuat Chelsea sangat gembira sampai ia tidak bisa mengontrol ekspresinya.

*tok tok tok*

terdengar suara pintu yang di ketuk, Luna pun membukanya dan yang mengetuk pintu adalah Sophie, di belakang Sophie juga terlihat beberapa siswa dan siswi yang mengikutinya sampai depan ruang osis.

"Maaf… boleh aku masuk?" tanya Sophie.

Luna mengangguk, Sophie pun langsung masuk dan Luna tentu saja langsung menutup pintu agar para siswa dan siswi tidak masuk ke ruang osis.

"Kak Sophie? Tidak biasanya Kakak kemari, ada apa?" tanya Chelsea.

"Maaf… tapi, bisakah kita bicara berdua saja." pinta Sophie.

Chelsea pun menyetujui permintaan Sophie dan menyuruh Luna dan Latifa keluar untuk membubarkan siswa dan siswi yang ada di depan ruangan osis.

Setelah mereka berdua keluar, Sophie terdiam sesaat. Chelsea pun menyuruhnya untuk duduk di sofa sementara dia akan membuatkan teh untuknya. Setelah menunggu beberapa lama, Chelsea datang membawa teh dan menaruhnya di meja.

"Jadi, ada apa?" tanya Chelsea.

Sophie menghela nafas, ia seperti kelelahan hari ini. Ia menatap langit-langit, lalu menatap tehnya.

"Kira-kira apa yang sedang dilakukannya sekarang?" tanya Sophie yang tiba-tiba.

Pertanyaanya kurang di mengerti oleh Chelsea, tapi ia tau kalau Sophie sedang bertanya tentang kondisi Kakaknya sekarang.

"Maksudmu Kak Julio?" tanya Chelsea untuk memastikan.

"Ya, aku… hanya sedikit penasaran," ucap Sophie sambil terus menatap tehnya.

"Umm… mungkin dia sedang menbersihkan rumah."

"Oh… begitu."

Sophie menyandarkan tubuhnya. Ia terlihat sedikit berbeda, ia seakan merasa kebingungan. Chelsea memutuakan untuk tidak bertanya lagi apa tujuannya kemari dan memberikan waktu untuk Sophie.

"Aku… minta maaf."

Chelsea langsung mengerutkan keningnya, ia tidak mengerti dengan perkataan Sophie, untuk apa ia minta maaf? Ia tidak pernah merasa kalau Sophie membuat masalah dalam hidupnya.

"Untuk apa?" tanya Chelsea.

"Untuk semua ini… kebohongan ini… ini bukan keinginan ku."

Chelsea semakin di buat bingung, kebohongan apa? Keinginan siapa? Ia sama sekali tidak mengerti.

"Apa maksudmu?"

Sophie menghela nafas.

"Mereka percaya kalau aku adalah pahlawan mereka, mereka percaya kalau aku yang sudah menghentikan kelakuan buruk anak dari pak kepala yayasan… Kenapa mereka percaya itu? Itu konyol." ucap Sophie lalu menghela nafas, ia lanjut berbicara kembali "Dia yang berjuang, dia yang terluka, dia yang menanggung semua hukuman, dia yang berkorban… lalu kenapa aku menikmati hasilnya!? kenapa aku yang harus dianggap pahlawan!? Kenapa!"

Chelsea hanya terperangah melihat Sophie yang menggunakan emosinya. Ia sepertinya merasa tidak enak kepada Julio karena dia yang harus dianggap pahlawan oleh para siswa dan siswi, meskipun sebenarnya itu keinginannya.

Sophie merasa sangat bersalah, sejak kemarin, ia selalu menganggap dirinya itu kejam, kejam karena mengambil keuntungan dari orang yang sedang kesulitan dan ia tidak bisa memaafkan dirinya.

"Kamu merasa bersalah ya?" tanya Chelsea sambil tersenyum.

Sophie mengangkat sedikit kepalanya dan bisa melihat senyuman di wajah Chelsea. Ia merasa bingung, kenapa Chelsea tersenyum? Bukankah dia harusnya membenci dirinya?

Chelsea berdiri, lalu berjalan ke jendela yang ada di belakang Sophie, Sophie melihat Chelsea berjalan sampai akhirnya Chelsea menatap keluar jendela.

"Mataharinya cerah ya." ucap Chelsea.

"Huh?"

"Matahari akan selalu menyinari bumi, dimana pun ia berada, ia akan selalu menyinarinya, meskipun akan selalu ada awan yang menghalangi sinarnya. Ia tidak peduli apakah itu bermanfaat untuknya… Tapi, ia tetap saja masih mau menyinari bumi meskipun awan gelap menutupi bumi." ucap Chelsea sambil terus menatap keluar.

"Apa maksudmu?"

"Hahaha, maaf kalau Kak sophie kurang mengerti… Tapi, itulah dia. Dia selalu memberikan bantuan kepada orang lain, tidak peduli apa masalah yang orang itu derita sangat berat atau tidak, tidak peduli apa itu bermanfaat untuknya atau tidak, jika ia mau, maka ia akan melakukannya. Dia akan selalu memberikan seluruh 'Sinarnya' meskipun akan ada 'Awan' gelap yang menutupinya, tapi ia akan selalu berusaha agar 'Sinarnya' menembus 'Awan' itu. Meskipun itu tidak memberi manfaat atau keuntungan untuknya…." wajah Chelsea terlihat sangat serius, lalu ia pun tiba-tiba tersenyum.

"Hahahaha, yah Kak Julio juga pasti tidak mau kalau dirinya jadi populer. Karena itulah dia… jadi, Kak Sophie tidak perlu merasa bersalah, mungkin saja ia malah senang kalau ia tidak menerima itu." kata Chelsea sambil tersenyum manis kepada Sophie.

Sophie pun berdiri dan menghampiri Chelsea, ia memeluk Chelsea dengan sangat erat.

"Terima kasih… hiks… aku merasa tidak enak kepada kalian berdua, aku tidak mau sampai kalian membenciku, terutama untuk Julio, dia adalah teman ku setelah Bella dan Lily, dia juga anggota baru ekskul kami… Karena itu aku tidak mau ada rasa tidak nyaman diantara aku dan kalian… Terima kasih." ucap Sophie.

Chelsea belum pernah melihat Sophie seperti ini, Sophie yang ia kenal adalah sosok yang anggun dan disegani banyak siswa dan siswi. Ia juga dikenal sebagai 'Ratu Es' karena ia jarang sekali menunjukan ekspresi maupun emosinya. Melihat dia mengeluarkan ekspresi dan emosinya, membuat Chelsea merasa kalau ia sangat beruntung.

Setelah semua itu, Sophie pamit dan kembali ke sekolahnya. Ia juga di kawal oleh Luna dan Latifa agar para siswa dan siswi SMP 1 tidak menghalangi jalannya sampai ke SMA 1.

Di ruang osis, Chelsea menatap keluar jendela. Ia tersenyum, lalu menatap ke langit.

"Meskipun begitu… Jika 'matahari' marah, maka ia tidak akan segan untuk menghancurkan 'bumi'… " ucap Chelsea yang wajahnya tiba-tiba terlihat khawatir akan sesuatu.

Ia pun meregangkan tubuhnya lalu menghela nafas…

"Aaaaahh~ aku lupa belum memeriksa semua anggaran eskul."

To be continue

===============


next chapter
Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C31
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login