"Mamah!" Wili memanggil lirih. Dia menatap sendu wajah mamahnya yang terlihat masih layu.
Sindi tampak mendengus lesu dengan memasang wajah sendu. Garis-garis yang menggurat pada wajahnya menandakan kalau Sindi tengan merasakan kesedihan di dalam dadanya.
"Mamah! Bagaimana keadaan, Mamah?" Wili bertanya karena cemas. Dia harus memastikan kalau keadaan mamahnya baik-baik saja.
"Apa perdulimu, Wili!" Sindi berbicara dengan lemas karena tak memiliki banyak tenaga. Dirinya seolah lelah terus-menerus bertentangan dengan Wili. Apalagi semalam keasaan Sindi yang terasa seperti tengah berhadapan dengan maut. Saat itu Sindi bahkan meresa hidupnya akan segera berakhir namun Tuhan masih memberikan mukzizatnya dan masih bisa bertemu dengan Wili pagi ini.
"Mamah jangan bicara seperti itu. Aku bahkan merasa sangat cemas saat Roy mengabarkan kondisi Mamah yang memburuk," balas Wili menjelaskan walau memang dirasa sulit untuk mendapatkan kepercayaan mamahnya lagi.