Download App
4.31% Dosen Tampan itu Suamiku / Chapter 13: 13

Chapter 13: 13

"Ada apa?" Tanya Raina yang melihat Juna menoleh kekana dan ke kiri

"Tidak ada, hanya saja pengunjung nya sepi hari ini"

"Biasanya nya banyak, kenapa ya?" Jawab Juna

"Aku malah suka, tidak berisik"

"Aku tidak suka kebisingan dan keramaian" timpal Rara

"Bukan itu maksud ku" ujar juna menyanggah ucapan Raina

"Aku hanya ingin memamerkan nya" ujar Juna sambil menunduk kemudian menatap rara kembali

"Pamer apa?" Tanya Rara penasaran

"Dirimu" ucap Juna

"Hahhh..?" Balas Raina dengan tertawa sedikit tertahan

"Aku ingin memamerkan mu ke semua orang" ujar Juna lagi

"Sir Juna "

"Ya?"

"Apakah kau belum pernah berpacaran?

Juna tersenyum mendengar pertanyaan Raina

"Pernah"

"Kenapa kau bertanya seperti itu? Kau fikir aku seperti apa?" Ujar Juna sambil tertawa

"Aku hanya sibuk bekerja sampai tidak ada waktu untuk itu"

"Belum pernah pacaran? Hahaha...." Ujar Juna tertawa bagaimana mungkin raina sampai berfikir seperti itu terhadap nya.

"Ayo pergi dari sini" bisik Raina kepada Juna

Mereka pun berdiri dari kursinya dan pergi meninggalkan restaurant itu

"begini lebih baik kan?" Ujar Raina dengan Juna mereka berjalan berdua terlihat sedang ada pertunjukan permainan musik oleh para anak muda di tepi-tepi jalan itu.

"Aku senang karena banyak orang" ucap Juna dan tersenyum kepada Raina. Raina membalas senyuman Juna

"Tampak nya ada yang mengamen, mau menonton?" Tanya Juna melihat ada klub anak muda sedang memainkan musik disana menghibur para pejalan kaki yang sedang melintas cukup menyenangkan setelah seharian melalui hiruk-pikuk pekerjaan yang melelahkan.

"Boleh" ujar Raina setuju

Mereka berdua mendekati keramaian itu dan ikut berdiri di depan ny mendengarkan nyanyian merdu yang sangat sopan melintasi telinga juna menatap wajah Raina yang tersenyum bahagia sambil mulai menggerakkan kepala nya dengan pelan seperti sedang menikmati nyanyian anak-anak muda itu. Juna ingin mengenggam tangan Raina tetapi di urungkan nya kembali niat nya.

"Mau ke sana?" Tanya Juna menunjuk ke arah penjual aksesoris

"Tentu" balas Raina tersenyum

"Coba ini" Juna memasangkan pita di rambut Raina

"Kau terlihat cantik, sangat cocok" ucap Juna

Raina mengambil kacamata dan memakaikan nya kepada juna, lalu Juna juga memakaikan nya untuk raina mereka saling tertawa bahagia.

"Ah ada badut" teriak Raina menunjuk badut itu

"Mau kesana?" Ujar Juna

Raina mengangguk dengan cepat.

Mereka berjalan dan melihat pertunjukan badut.

Setelah beberapa saat juna melihat jam di tangan nya waktu menunjukkan sudah pukul 1.00 AM sudah larut malam dan dia harus segera mengantarkan Raina pulang

"Sudah malam ayo pulang" ujar Juna

"Baiklah" ucap raina mengangguk

Mobil Juna terparkir di depan caffe cour tadi jadi mereka harus berjalan sedikit untuk sampai di sana

Mereka melewati gang sempit jalanan sudah sangat sepi terlebih ini di gang tidak ada satu orang pun yang melintas. Tidak ada yang memulai pembicaraan di antara mereka dan terasa sangat hening

"Terima kasih untuk malam ini" ujar Raina tiba-tiba

Juna berhenti dari langkah nya melihat Juna berhenti raina pun berhenti dan menoleh ke arah Juna dan mata mereka saling bertemu

Tiba-tiba Juna mengecup bibir raina dengan cepat. Raina hanya diam dan ini lampu hijau buat Juna, juna kembali mencium nya lagi raina membalas ciuman juna untuk sesaat mereka hanyut di dalam ciuman malam itu,

Juna bergegas keluar dari apartement nya menuju parkiran pagi ini dia harus ke kampus karena ada rapat dosen dan seluruh dosen di minta untuk datang menghadiri rapat itu.

"Sepertinya aku akan sedikit terlambat" ujar juna melihat jam tangan nya dan ia tidak bisa melajukan mobilnya dengan cepat karena di depan sedang macet sepertinya ada perbaikan jalan.

*

Tok...tok...

"Maaf saya terlambat" ujar Juna yang baru saja tiba di ruang rapat tersebut

"Silahkan duduk" ujar profesor Martin itu mempersilahkan juna duduk.

Selama rapat berlangsung ponsel juna tidak henti-henti nya berdering dan tidak mungkin Juna mengangkat telfon dalam keadaan rapat seperti ini

Juna melihat nama yang tertulis di layar ponsel nya

"Yasmin?" Gumam juna dalam hati. Ada apa yasmin menelfon nya sampai berkali-kali seperti ini.

"Bagaimana Sir Juna?" Tanya profesor martin bertanya tentang pendapat Juna

"Apa..? Bagaimana sir?" Jawab juna yang sepertinya tidak mendengarkan rapat dari tadi.

"Maaf prof saya permisi keluar sebentar" ujar juna permisi dan keluar ruangan. Dia tidak fokus rapat karena dari tadi yasmin terus-terusan menelfon nya

"Ada yasmin?" Ujar juna mengangkat telfon yasmin

"Sir apakah raina bersama anda?" Tanya yasmin d

"Apa? Raina tidak bersama ku" ucap juna

"Rara seperti nya hilang, ponsel nya tidak bisa di hubungi dan dia tidak masuk ke kampus hari ini" ujar yasmin menceritakan dengan cemas

"Apa?? Bagaimana bisa" ujar juna yang mulai meninggikan suara nya karna kaget

"Mama rara tadi menelfon ku apakah aku menjemput nya karena mobil nya masih ada di parkiran depan rumah sedangkan dari semalam kami belum ada berkomunikasi " timpal yasmin lagi

Juna yang mendengar cerita yasmin langsung mematikan telfon nya dan bergegas masuk ke dalam ruangan itu kembali

"Sir... maaf saya ada urusan yang mendesak" ujar juna mengambil tasnya dan pergi meninggalkan ruang rapat.

Juna menginjak gas mobil nya dengan kecepatan tinggi fikiran nya menjadi kacau dia memutar stir mobil nya menuju rumah raina

Sesampai nya di rumah raina ia pun mendapati ibu nya raina yang cemas sambil memegang ponsel nya.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Ujar juna bertanya kepada ibu nya raina. Ibu nya raina pun mengeceritakan kejadian yamg terjadi tadi pagi juna mendengar kan dengan seksama tiba-tiba mata juna tertuju melihat benda yang tergelatak di bawah mobil Raina ia pun mengambil benda itu dan ternyata itu adalah ponsel rara

Juna seperti nya mulai mengetahui apa yang terjadi

"Sepertinya rara di culik!"

Ucap Juna kepada ibu nya Raina

ibu Raina menangis karena cemas mendengar putrinya di culik

"Anda tenang saja saya akan menemukan rara" ujar Juna menenangkan dan berlari masuk ke dalam mobil nya.

Juna merogoh ponsel dari dalam saku celana nya dan menelfon seseorang yang di duga seorang mata-mata

"Kau sudah menemukan di mana alamat laki- itu?" Ujar juna langsung bertanya ketika panggilan itu terhubung

"Cepat!!! Kirimkan alamat nya sekarang!"

"Brengs*k"

Juna mematikan telfon nya dan melaju dengan cepat ke alamat yang di kirimkan mata-mata itu kepada nya.

Lokasi yang di kirimkan itu ternyata adalah sebuah gudang tua di di pinggir kota ini

"Apa benar ini lokasinya"

Juna memarkirkan mobil nya dan melompati pagar bangunan itu.

Mata juna mendongak seakan sedang melihat situasi tetapi seperti tidak ada orang di gedung ini

Juna melangkah dengan perlahan

Tolonggg...

Terdengar suara rara menjerit meminta tolong

"Rara....." Teriak juna membalas jeritan raina yang ia dengar tadi juna berlari menerjang pintu dan masuk mencari sumber suara itu.

Tetapi suara rara tiba-tiba tidak terdengar lagi juna semakin panik dan naik ke lantai atas terlihat sebuah ruangan yang pintu nya terbuka juna masuk ke dalam ruangan itu dan melihat suatu hal yang sangat mengejutkan

Foto rara terpajang di setiap dinding kamar itu

Juna memegang sebuah kartu mahasiswa yang tertetak di atas meja bertuliskan nama rara.

"Ternyata dia sudah lama mengincar rara"

Juna berlari sampai ke roftop bangunan dan melihat pria itu sedang berusaha membawa kabur rara. dengan cepat juna menerjang pria itu yang sedang memegang rara hingga terjatuh. Kemudian mereka berkelahi dengan hebat juna yang melihat rara tidak sadarkan diri dengan tangan terikat dan mulut tertutup selotip semakin memuncak amarah nya.

Pria itu mencekik juna hinga juna kesulitan bernafas lalu juna menerjang pria itu hingga kepala nya membentur meja

Bruaakkk....

Pria itu terjatuh dengan kepala berlumuran darah

Juna yang panik melihat pria itu tergeletak seakan tidak bernyawa lagi, ia pun terduduk lesu sambil menangis menundukkan kepala

Drrrttt.....

Dering ponsel juna berbunyi terlihat yasmin menelfon juna.

"Halo"

"Halo?? Sir" ujar yasmin yang menelfon juna

"Aku rasa aku telah membunuh nya" ujar juna putus asa

"Apa?? Siapa?" Tanya yasmin panik

Juna menangis tersedu -sedu

"Aku rasa aku sudah membunuh pria itu" ujar juna dengan nada ketakutan

"Kau dimana sir? Beritahu kamii"

"Baiklah" terdengar suara yasmin dan mematikan telfon nya

AYO KITA SIMBIOSIS MUTUALISME, SALING MENGUNTUNGKAN SATU SAMA LAIN DENGAN LIKE N KOMEN YANG MEMBANGUN JUGA PERLU!


next chapter
Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C13
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login