"Apa sampai sekarang kamu masih mencintai laki-laki itu?" tanya Bian serius. Mayang hanya diam tidak menjawab. Tatapannya lekat memandang Bian dengan mata sayunya.
Kemudian Mayang menundukkan kepalanya masuk ke leher Bian dan semakin erat memeluknya.
"Dia laki-laki bajingan! Untuk apa aku masih mencintainya," ucapnya santai dengan mata tertutup.
"Jadi aku? Apa arti diriku bagimu?" tanya Bian lagi karena ia belum puas dengan jawaban Mayang, walaupun ia tahu semua yang diucapkannya adalah kejujuran tanpa kesadaran.
"Hmm, entahlah! Kurasa aku benar-benar jatuh hati padamu," jawab Mayang lagi. Kali ini senyum menawan Bian terpancar puas. Memeluk erat Mayang yang ada di sampingnya, mengelus rambutnya dan menciumi keningnya.
Ia bahagia, karena tahu hati Mayang benar-benar telah jadi miliknya.
"Guntur, pergilah ke kantor dan ambil berkas di amplop coklat di laci mejaku. Dan antarkan padaku!" ucap Bian pada Guntur yang sedang melajukan mobil dengan perlahan.