Download App
100% Caffe Latte With Jae / Chapter 29: Brian With His Struggle

Chapter 29: Brian With His Struggle

Hari ini aku bangun pagi karena ingin membuat sarapan untuk dua lelaki dirumah ini yaitu Jae dan Dandi, Dandi bilang tadi malam bahwa ia akan menginap saja kerana sudah sangat larut.

Setelah mandi dan fresh aku membuka pintu kamarku lalu berjalan menuju dapur, rumah ini masih sunyi mungkin Jae dan Dandi masih tidur. Baru saja aku akan membuka kulkas tiba-tiba seseorang menepuk pundak ku dari belakang, Aku segera menoleh dan ternyata Jae sudah bangun.

"caa mau ngapain?" tanyanya sambil menguap kecil, terlihat dia masih ngantuk.

"mau masak" kataku.

"gausah, jangan. Biar go-food aja" katanya sambil mengucek matanya.

Aku tersenyum melihat wajah nya saat ini, dia terlihat masih ngantuk sekali dengan rambut yang acak-acakan. Aku akhirnya duduk melihat Jae membuka ponsel nya untuk memesan sarapan. Dia berjalan mengambil air minum di kulkas.

"jae jangan minum air dingin dulu" omelku.

Dia menoleh dengan mukanya yang masih ngantuk dan akhirnya dia mengangguk setuju atas perkataanku tadi lalu mengambil air hangat dan duduk dikursi sebelahku.

"Caa sekarang tuh lu gausa ngapa-ngapain dulu yaa, istirahat aja dirumah" katanya setelah meminum setengah gelas air minumnya.

Aku hanya tersenyum sebagai jawaban dan Jae membalas dengan senyuman sebelum dia bangkit dari kursinya untuk mandi.

Sudah jam 8 pagi yang artinya Jae sudah siap-siap harus berangkat ke kantor, aku membangunkan Dandi untuk ikut sarapan dimeja makan. Dandi masih telihat sangat ngantuk namun dia berusaha melawan rasa kantuk nya karena aku memaksanya untuk sarapan dulu bersama Jae. Dan disinilah kami bertiga saat ini, makan bubur ayam yang tadi dipesan Jae dari go-jek.

"bang ini kan bubur ayam yang dekat pos" kata Dandi.

"iyaa tadi di go-food" jawab Jae.

"ihhh kenapa ga bangunin gue aja tadi biar gue yang beli"

"udah gausah, ngerepotin" jawab Jae sambil senyum.

"yakan gaenak gue bang, uda numpang trus malah bikin repot" protes Dandi pelan.

"kok numpang?" tanya Jae heran.

"iyakan nginep disini" Jelas Dandi.

"ndi ini rumah nya gue sama ica yang artinya lo juga berhak punya akses di rumah ini"

Mendengar jawaban Jae, bibirku terangkat untuk senyum. Ternyata Jae sebegitu besar nya menganggap keluarga ku, aku jadi senang Jae sebaik ini.

"hhmm" Dandi hanya mengagguk paham.

"udah makan buru, nanti telat" kataku.

"kak nanti mamah katanya mau ke apart"

"ke elu apa kesini?" tanyaku ke Dandi sambil memakan buburku.

"ke gue, nanti ka Ica boleh kesana kan bang?" tanya Dandi ke Jae yang sedang sibuk membuka plastic kerupuk.

"iya tapi sama gue aja entar berangkat nya"

"lohh emang nanti pulang cepat?" tanyaku.

"yaa siapa sih yng bisa yang larang gue mau balik kapanpun" jawab nya santai.

"iya kan bang Jae bos nya" lanjut Dandi.

Aku hanya tertawa mendengar jawaban Jae yang memamerkan jabatan nya itu.

***

Setalah Jae berangkat, aku kembali ke kamar untuk mengambil ponsel ku yang dari pagi aku tidak memegangnya. Dandi sedang asyik menonton di ruang depan. Ku buka beberapa pesan, dan mataku langsung tertuju pada pesan yang baru saja dikirimkan oleh Brian, iya Brian. Akhirnya dia membalas pesan ku juga.

Imessage : From Brian

Caa bisa ga sih lu apa-apa jangan ke gua?? Gue juga capek banget banyak banget kerjaan. Jadi tolong jangan minta ditemenin mulu. Gue juga capek

Hah?? Ada apa ini?? aku tersentak kaget dengan isi pesan dari Brian, ini pertama kali dia bersikap seperti ini setelah kami berteman cukup lama. Aku tidak mengerti apa maksudnya. Kenapa dia menjadi sedikit kasar? Aku tidak pernah mendapat perlakuan seperti ini dari Brian sebelum nya, apakah dia stress karena banyak pekerjaan? Kalo iya, aku akan merasa bersalah telah memberikan semua pekerjaan ku kepada nya. Aku jadi khawatir dengan Brian saat ini.

Aku buru-buru menelfon Brian untuk memastikan keadaan nya, aku bahkan tidak peduli dengan sikap kasarnya karena aku tahu Brian tidak akan semarah ini kalau tidak ada penyebab nya. Pasti sesuatu telah membuatnya stress. Aku tahu betul Brian seperti apa. Dia tidak mengankat telfon ku, ada apa sebenarnya? Aku jadi penasaran. Aku keluar kamar dan mengambil sweter ku.

"Ndii ayo ke kantor Jae bentar, ada penting" kataku.

"hah? Ngapain kak? Disuru bang Jae?" tanya nya.

Aku tidak menjawab melainkan buru-buru memakai flat shoes ku.

"cepetan ndi" protes ku dari luar pintu.

"iya kak bentar, buru-buru banget"

***

Setelah sampai di kantor Jae, aku langsung menuju ruangan ku yang juga ruangan Brian. Aku sadar betul bahwa mata staff sedang memandang ku saat ini, aku tahu apa yang ada difikiran mereka. Yap dengan penampilan dan perutku yang sudah membesar ini, pasti akan banyak sekali pertanyaan dan juga isu-isu yang akan mereka bicarakan nanti.

Aku masuk ke ruangan yang sudah lama aku tidak singgahi ini.

"Bri" kataku berjalan menuju mejanya.

Ku lihat dia kaget dengan keberadaan ku, dia langsung bangkit dari kursinya.

"cc-caa lu ngapain??" tanya nya.

"lu kenapa?" lanjutnya, aku tahu muka ku saat ini terlihat sangat panic.

"harusnya gue yang tanya lu kenapa?" kataku dengan jelas.

"hah? Aneh lo dating-dateng malah gini" katanya.

Aku memalingkan pandangan ku sebentar untuk berfikir kalimat apa yang aku katakana selanjutnya. Bisa terlihat dari ruangan ini Brian super sibuk karena banyak sekali berkas-berkas yang menumpuk.

"Bri gue yakin lo ga sadar kan pas ngechat gue tadi" kataku.

"ohh itu, gue sadar kok" jawab nya santai.

"maksud lo apaan dah"

"ya lo uda tau kan maksud gue" jawab nya lagi yang membuatku jengkel.

"jadi gue nambah beban lo?? Iya??" suaraku meninggi.

Aku tahu bahwa sebentar lagi air mataku akan turun karena aku sudah merasakan panas di pelupuk mataku saat ini.

"iyaa, gue capek caa" katanya.

"lo selalu ngajak ketemu yang dimana bikin gue ngerasa gagal jadi sahabat lo karena gue gabisa, lo lihat ruangan ini berantakan kan? Iyaa ca gue overwork dari semenjak lo cuti, gue ngerjain semuanya. Bahkan gue triple job" lanjutnya, lalu dia berhenti sebentar mengehal nafas nya yang terdengar sangat berat.

"lo gatau kan kalau gue yang ketemu client tiap minggunya, gue juga nyiapin materi untuk presentasi, gue gantiin lo sebagai PR, gue bahkan gantiin posisi Jae saat meeting penting, gue benar-benar gada waktu ca untuk ketemu lo, bahkan untuk diri gue sendiri gue gabisa"

Aku tahu Brian sudah menumpahkan semua emosi yang ia simpan selama ini, melihat wajah kusutnya air mataku akhirnya jatuh. Aku bahkan tidak tahu bahwa dia mengalami hal sulit ni sendirian.

"tapii kan ada Jae" kataku disela isakan ku.

"peduli setan sama si brengsek satu itu, dia bahkan uda seminggu lebih ga masuk kantor makanya gue gantiin dia untuk meeting" Brian marah kali ini.

"hah?? Maksud lo Jae ga kerja?"

Dia terlihat frustasi, dia merebahkan bandan nya dengan kasar ke tenpat duduk nya.

"lo tanya aja sama suami lo itu apa yang dia lakuian diluar sana" katanya dengan penekanan.

Aku jadi bingung kenapa Brian berkata seperti itu

"dia bahkan ga peduli gue mau secape apa, yang dia mau cuma terima beres dengan hasil sempurna" tambahnya.

"dia bahkan ga mikirin gue, makanya dia mindahin Wira ke kantor cabang. Gue benar-benar ngerjain ini sendiri ca" katanya frustasi.

Aku benar-benar kaget dengan apa yang dikatakan Brian barusan, apa katanya? Jae tidak masuk kerja sudah seminggu lebih? Apa maksudnya?

"maksud lo apa Bri?" tanya ku pelan, tentu saja air mataku masih mengalir.

Dia menatapku kali ini, aku bisa melihat dari sorot matanya bahwa Brian sedang tidak baik-baik saja.

"caa lo ngapain sih ke gua? Ngapain?? Nanti kalo lo kenapa-napa gimana?" dia meninggikan nadanya.

"jawab gue?? Maksud lo Jae bohong sama gue??"

"please lo jangan gini, lo duduk, lo gabisa berdiri lama-lama ca" katanya memegang pundak ku lalu membawaku duduk di sofa.

"Bri lo sembunyiin apa dari gue?" tanyaku lagi dengan nada pelan.

"gue gatau apa-apa, gue cuma ngerjain kerjaan gue ca"

"dan kenapa gue chat lo kayak gitu, ya karena gue benar-benar stress banget ca"

Aku bisa merasakan bahwa Brian kali ini menyembunyikan sesuatu dari ku.

"gue minta maaf udah nge chat lo kek gitu ca, gue ga bermaksud. Gue Cuma pengen lo andelin si brengsek itu sebagai suami lo"

"gue udah terlalu over work ca, gue ga bisa janji untuk selalu nemanin lu sampai project ini selesai"

"Bri, Jae kemana selama ini?" tanyaku

"gue gak tau ca, lo tanya lah sama dia"

"Dia sama Alice kan?"

"kurang lebih, iya"

Pernyataan Brian barusan bagaikan sebuah petir, karena aku sudah terlalu bodoh selama ini. Jae telah berbohong, dia bahkan menutupi ini semua dengan sikap perdulinya. Aku bahkan tidak tahu bahwa semua beban nya akan ia lempar ke Brian, yang dimana aku merasa sangat sakit melihat keberadaan Brian saat ini. Tega-tega nya Jae diluar sana sibuk dengan Alice lalu membuat Brian se stress ini, betapa egois nya Jae yang membuat Brian mealuli ini sendirian. Aku lebih marah saat tau bahwa Brian frustasi karena over work dibandingkan saat Jae berbohong padaku karena aku tahu Jae pasti akan kembali bersama Alice.

Masalah Brian kali ini aku tidak bisa tinggal diam, aku tidak kuat melihat sahabat ku begini karena ke egoisan Jae.

"Bri hang in there ya, semua akan berlalu" kataku memegang pundak Brian

"sorry banget ca tadi udah bentak lo" katanya dengan mata yang sangat sayu, aku tahu bahwa Brian belum tidur.

"engga Bri, gue yang minta maaf kerana uda cuti"

"engga caa lo berhak untuk itu"

"semangat ya Bri, kalo butuh apa-apa hubungin gue" kataku menatap lekat mata sayunya.

"iya caa pasti" dia tersenyum.

"gue minta maaf kalo selama ini terlalu bergantung sama lo bri"

"caa jangan ngomong gitu, gue hanya emosi aja tadi" katanya.

"engga Bri, gue sadar gue terlalu manja sama lo" aku tersenyum.

"caa tapi masih mau sahabatan sama gue kan?" tanya nya ragu.

"yaiyalahh, gila aja gue nyia-nyiain orang kek lo dihidup gue" aku tertawa pelan.

"yauda caa, sana pulang istirahat"

"oke Bri, semangat ya" aku memberikan senyum terbaik ku untuk memberikan semangat kepada Brian.


next chapter
Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C29
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login