"Holy shit, Biserka! Salah satu dari mereka mengeluarkan senjata api!" ujar Callista panik saat melihat salah satu pria berpakaian seperti dokter itu mengeluarkan sebuah pistol dari dalam sakunya.
Biserka seketika terkesiap mendengar hal itu. Dia lalu bergegas pergi ke ruang kerjanya untuk mengambil senjata miliknya juga mengemaskan semua barang-barang dan berkas-berkas penting Lembaga CIA dan juga yang berkaitan dengan 'sarang mosnter'.
"Callista, bisakah kau mengulur waktu untukku? Berkas-berkas ini terlalu banyak untuk bisa kukemas dengan cepat," ujar Biserka sedikit berteriak agar Callista bisa mendengarnya dengan jelas.
"Ah, bagaimana caranya agar aku bisa mengulur waktu? Apa tidak sebaiknya kita menghubungi Benvolio dan Pavlo?" jawab Callista dengan intonasi suara cemas dan sangat panik.
"Baiklah tidak usah mengulur waktu, kau menjauh saja dari pintu. Jaga-jaga seandainya mereka menembak pintu itu. Dan ya, cobalah untuk menghubungi Pavlo dan Benvolio selama aku mengemaskan berkas-berkas ini," jawab Biserka dan kembali sibuk.
Callista yang mendengar itu, mencoba untuk segera menghubungi Benvolio. Tapi tak ada jawaban darinya. Dia lalu mencoba menghubungi Pavlo. Tapi hasilnya tetap nihil. Tidak ada jawaban juga dari Pavlo, "Oh, ayolah yang benar saja stupido!" Lalu dia teringat ucapan Pavlo yang mengatakan dirinya menyimpan sebuah handgun di laci dekat TV. Dia segera berlari ke ruang tamu apartemen Biserka dan segera mencari laci yang Pavlo maksud.
Setelah beberapa saat akhirnya dia menemukan laci yang dimaksud dan juga mendapati sebuah handgun beserta amunisinya. Dia segera mereload handgunnya. Callista sama sekali tidak kesusahan dalam mereloadnya karena dirinya sedari kecil sudah diajarkan menggunakan berbagai jenis senjata oleh papanya. Tentu saja karena keluarga Constanzo adalah keluarga mafia, setiap anggota mereka haruslah pandai dalam memakai senjata dan berkelahi.
Callista panik melihat dua orang misterius yang membawa senjata itu karena dirinya baru pertama kali menghadapi penjahat secara langsung. Biasanya semua permasalahan seperti ini sudah diselesaikan oleh Benvolio ataupun papanya.
Bel kembali berdentang.
Tet tet tet
"Permisi, Nona. Kami dari rumah sakit yang kau hubungi. Boleh persilakan kami masuk?" ucap salah seorang pria misterius yang berpakaian seperti dokter melalui alat komunikasi suara yang terhubung dengan bel pada pintu.
Biserka kini sudah selesai mengemaskan semua barang penting milik Lembaga CIA yang ada pada dirinya dan juga semua hal mengenai 'sarang monster'. Dia segera keluar dari ruang kerjanya menghampiri Callista.
"Apa ada barang penting dalam kopermu yang perlu dibawa?"
Callista menoleh kearah Biserka dan menggeleng, "Tidak ada. Hanya berisi pakaian saja. Koper itu bisa kita tinggalkan."
Biserka mengangguk mengerti, "Baiklah, bantu aku membawa tas ini." sambil menunjuk tas milik Benvolio, "Kita kabur lewat jendela."
Callista menghentikan aktivitasnya. Betapa terkejutnya dia mendengar bahwa mereka akan kabur melalui jendela dari ruangan yang berada di lantai 13 ini. "Apa kau sudah gila Biserka?!"
"Tenang saja, aku sudah memasang matras besar di bawah dan juga tali pengaman sejak pertama kali aku menempati apartemen ini," ucap Biserka tahu akan kekhawatiran Callista.
Callista menghela napas lega, "Ah ternyata begitu, syukurlah."
"Baiklah, ayo kita kabur sekarang. Sebelum mereka menjebol pintu itu," lanjut Callista.
Baru saja dia mengatakan itu, sebuah peluru sudah mengenai pintu tersebut. Untung saja pintu Biserka tidak bisa langsung rusak jika terkena peluru dari senjata ringan seperti pistol.
Biserka pun memberikan Callista instruksi untuk mengikutinya dan segera memasang tali pengaman untuk turun ke bawah. Callista mengikuti arahan Biserka. Di tengah-tengah aktivitas mereka menuruni apartemen tersebut dengan tali pengaman, Biserka memotong tali pengaman mereka berdua yang menyebabkan mereka langsung terjun bebas ke bawah menghantam matras besar yang sudah menunggu kedatangan mereka.
"Wah, baru saja sampai di kota ini, aku benar-benar sudah mendapatkan kursus yang menyenangkan," ujar Callista bersemangat. Adrenalin Callista sangat terpacu saat ini. Dia mulai menikmati petualangan yang baru saja dimulai bersama Biserka.
Callista tersenyum girang setelah dirinya mendarat di matras besar itu, dia sangat menikmati ini semua. Sudah lama dirinya tidak merasakan hal-hal yang memacu adrenalinnya dan juga akhirnya, setelah sekian lama dirinya bisa punya teman perempuan seperti Biserka---dia belum saja bertemu dengan Vla dan juga sang singa Mataya yang jauh lebih barbar dan menantang maut setiap saat.
Biserka tertawa melihat perempuan berdarah Eropa disampingnya yang menganggap ini semua seperti sebuah permainan dalam taman bermain, "Cih, kenapa kau senang sekali seperti itu? Bukankah tadi kau sangat panik? Dan kenapa kau tidak menanyakan kekacauan apa yang sedang terjadi disini hingga kita harus kabur seperti ini?"
Callista tersenyum, "Nanti juga kau akan memberitahuku sendiri jika sudah tepat waktunya. Jadi untuk apa aku bertanya? Lagipula aku tidak pernah bertanya jika orang tersebut tidak ingin memberitahukannya, itu bagian dari sopan santun juga, bukan?"
Biserka terkekeh, dia senang bertemu dengan perempuan yang memiliki karakter seperti Callista, "Cih, percaya diri sekali dirimu."
Callista memasang wajah congkak nya lagi setelah Biserka berkata dirinya sangat percaya diri.
"Baiklah, selanjutnya kita akan kemana, Bis?" tanya Callista menanyakan kemana tujuan Biserka setelah kabur dari apartemen miliknya.
"Markas utama CNY Company, tempat Mataya, saudari kembarku berada," ujar Biserka sedikit ragu.
***
Markas utama CNY Company, Shanghai.
Terlihat banyak sekali mobil berdatangan ke markas utama milik sang kepala jaksa sekaligus pelobi senjata wanita dari Maroko. Benvolio turun dari supercarnya sembari mengeluarkan Mataya lalu menggendong dirinya. Begitupun dengan Pavlo yang segera turun dari mobil miliknya yang berada tepat di belakang supercar Benvolio dengan tetap menggenggam shotgun ditangannya. Benvolio mulai melangkahkan kakinya masuk kedalam markas tersebut.
Ahmed, Kazayn, Abby beserta para agen tim keamanan juga segera turun dari mobil mereka. Ahmed mencegah Benvolio masuk kedalam markas utama dan meminta Benvolio untuk segera menyerahkan sahabatnya itu pada dirinya. Tapi Benvolio lagi-lagi menolak permintaan Ahmed.
Perbuatan Benvolio yang menolak Ahmed dan juga Pavlo yang sedari tadi terus menggenggam shotgun memancing para agen lainnya berdatangan dan menodongkan mereka berdua dengan senjata.
"Disini area kekuasanku, Tuan Constanzo. Serahkan Mataya padaku dan pergi dari sini," ujar Ahmed menekankan semua perkataannya kepada Benvolio.
"Oh, ya? Kupikir area ini bukanlah kekuasanmu, Tuan Ahmed. Area ini milik sang singa yang sedang terluka dan berada di genggaman diriku ini," Benvolio mengejek Ahmed dan menekankan kembali kata-kata yang diucapkannya.
Ahmed merasa kesal karena kembali dipermalukan lagi oleh mafia sialan satu ini, "Kau tidak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup, Tuan Constanzo. Lihatlah banyaknya agen bersenjata disini. Sekalipun dirimu dan asistenmu itu pandai berkelahi tetapi tubuh kalian tetap tidak akan bisa tahan dengan hujanan peluru yang menembus masuk ke organ tubuh, bukan?"
Benvolio menyeringai mendengar ucapan Ahmed yang menganggapnya sudah tidak bisa melakukan apa-apa lagi, "Oh, ya? Who knows (Siapa yang tahu)? Coba saja!"
"Sungguh naif dan bodoh sekali," Benvolio lalu menjentikkan jarinya.
Lalu secara tiba-tiba, semua agen yang mengepungnya tumbang berlumuran darah di kepalanya. Mereka semua mati dengan peluru yang melesat masuk kedalam otak mereka.
Hanya tersisa Kazayn, Abby, dan tim inti saja karena posisi berdiri mereka sedikit tertutup dan susah untuk ditarget oleh para sniper, "Maksudmu, menembus seperti itu? Tenang saja aku sudah melakukannya terlebih dulu."
-bersambung-
*Note*
Halo semuanya! Apa kabar? Aku harap kalian baik-baik saja dan semoga hari kalian menyenangkan.
Aku ingin meminta tolong kepada kalian jika menyukai ceritaku tolong memberikan ulasan terhadap karyaku ini ya dan tambahkan juga ke koleksi kalian agar tidak ketinggalan update!^^
Feel free untuk memberikan saran dan komentar kalian juga^^
Dan jangan lupa untuk menshare cerita ini jika menurut kalian cerita ini menarik^^
Mohon maaf sebelumnya, jika karyaku ini masih banyak kesalahan ataupun alur ceritanya yang tidak sesuai ekspetasi kalian. Namun, sekali lagi, jika kalian mempunyai saran dan kritikan untukku ataupun karyaku jangan sungkan ya untuk memberitahuku di kolom komentar. Aku akan sangat berterimakasih kepada kalian^^
Aku juga ingin mengucapkan terimakasihku dengan setulus tulusnya kepada para pembaca yang setia membaca karyaku sampai di chapter 24 ini. Kuharap kalian tidak bosan dan menemaniku hingga akhir cerita ini^^
Aku akan berusaha semaksimalku untuk karya ini^^
Salam hangat
Chasalla
#Jadwal update: Sabtu & Minggu.
Halo semuanya! Terima kasih sudah setia membaca ceritaku yang masih banyak kekurangannya ini. Aku akan terus berusaha untuk memperbaikinya^^