Benny baru saja hendak mencuci mangkok bekas makannya saat terdengar suara kunci pintu depan dibuka. Sesaat tubuh lelaki itu menegang, sambil menatap ranselnya di atas kursi meja makan. Dada Benny berdegup kencang. Untunglah tadi dia meninggalkan ranselnya di kursi meja makan, dan tidak membawanya naik ke kamarnya di lantai dua.
"Sial," gumam Benny sambil bersendawa pelan. Benny tidak bisa membayangkan kalau tadi dia belum sempat makan, tentunya sekarang otaknya masih buntu dan dia merasa uring-uringan. Walaupun cuma makanan instan, tapi cukup untuk membuat otak dan tubuh Benny bisa kembali bekerja.
Suara percakapan orang-orang terdengar di depan pintu saat pintu rumah itu terbuka. Benny tidak punya waktu banyak. Dia harus cepat- cepat keluar dari rumah ini jika tidak ingin ketahuan.