Bu Narti berlari dengan jantung berdentam-dentam karena ketakutan. Sesekali dia menoleh ke belakang, khawatir Benny akan mengejar dan menyusulnya dengan marah. Rasa takut yang sangat menjalari hati Bu Narti, apalagi mengingat ancaman dan kelakuan kasar Benny tadi. Walaupun dia sudah punya feeling bahwa Benny bukanlah orang baik-baik, tetap saja dia merasa kaget saat tadi mendapati majikannya itu membentak dan mengancamnya.
"Hah, kok sial banget aku ketemu Pak Benny hari ini?" gumam Bu Narti sambil mengelap keringat di pelipisnya. "Jauh-jauh ke kota Provinsi kok bertemunya dia lagi. Padahal sewaktu di Alpan jarang banget ketemu dia, walau tiap hari aku bekerja di rumahnya. Hidup memang aneh."
Bu Narti berhenti sejenak di pinggir jalan untuk mengatur nafasnya. Namanya juga umur sudah kepala lima, wajar kalau Bu Narti merasa tidak kuat berlari. Kakinya terasa sakit dan lututnya terasa mau rontok. Belum lagi nafasnya yang ngos-ngosan terasa mau putus.