Emily berjalan-jalan disekitar rumah sakit menggunakan kursi roda, ditemani oleh asisten kesayangannya, yaitu Bu Narti. Pusing di kepala Emily sudah berkurang sehingga dia mulai tidak betah terus-menerus berbaring di kamar. Secara keseluruhan luka Emily memang tidak terlalu parah. Hanya luka di dahinya saja yang lumayan lebar, sehingga diputuskan untuk dioperasi estetik, untuk mengurangi kemungkinan terjadinya bekas luka yang menganggu penampilan.
"Apa Ray juga ada di rumah sakit ini, Bu?" tanya Emily sambil bersandar di kursi rodanya. Masih sekitar jam delapan pagi waktu itu, tapi cuaca sudah mulai panas. Bau basah dan lembab tercium di udara karena tingginya kadar uap air, khas cuaca di daerah yang terletak di pinggir laut.
"Iya, Ray juga ada di rumah sakit ini karena lukanya cukup parah. Karena tidak ada keluarga yang bisa dihubungi, sementara Ray ditemani Pak Johan," jawab Bu Narti.
"Berarti ibunya benar-benar nggak ada kabar ya, Bu? Berarti Papaku juga tidak tahu aku disini?"