Download App
5.74% Ketika Dia Pergi / Chapter 10: Benny dan Wahyu

Chapter 10: Benny dan Wahyu

Flash back beberapa hari sebelum kejadian Tania mencoba bunuh diri : Jakarta, 2015.

"Lo nggak bisa terus-terusan memeras Tania seperti ini, Ben!," teriak Wahyu saat mendatangi Benny di studionya, di lantai atas rumah yang didiaminya bersama Tania dan Emily.

Saat itu Tania dan Emily sedang tidak berada di rumah. Ibu dan anak itu sedang pergi ke mal untuk berbelanja keperluan Emily. Minggu depan Emily akan melanjutkan sekolahnya ke Singapura. Dan Tania sudah mengajukan cuti beberapa minggu untuk menemani putri semata wayangnya itu.

Benny mengusap wajahnya dengan gusar. Pangkal janggut yang baru tumbuh membuat rahang dan dagunya berwarna biru, terkesan macho, dan sekilas dia memang mirip Chris Hemsworth. Benny memiliki garis wajah kaukasia, warisan gen dari ibunya yang asli Australia. Sayangnya ketampanan wajahnya tidak diikuti kebaikan hati. Dan itu yang membuat Wahyu sangat membenci Benny.

Kedatangan Wahyu yang tidak diharapkannya di siang hari itu menganggu Benny. Kepalanya pusing karena kebanyakan begadang menyelesaikan lukisan-lukisannya yang makin lama semakin jelek tidak karuan. Sama sekali tidak layak untuk dijual di pameran. Benny menjadi frustasi, makin lama dia semakin merasa kehilangan esensinya sebagai pelukis.

Lama-lama melukis membuatnya bosan. Terbersit dipikirannya untuk mencoba hal-hal baru. Tapi dia bisa apa? Dulu dia sekolah malas-malasan sehingga tidak punya pendidikan tinggi yang bisa memudahkannya mencari pekerjaan. Satu-satunya yang dia bisa hanya melukis, tapi itupun tak bisa dibilang profesional.

Beberapa waktu yang lalu dia meminta uang pada Tania sebesar lima ratus juta untuk diinvestasikan di pasar saham. Sayangnya, karena minim ilmu dan pengalaman, dalam kurun waktu kurang dari sebulan uang itu amblas tak tersisa. Kegagalan itu membuat Benny semakin penasaran, sehingga dia meminta lagi sebanyak satu milyar. Namun Tania menolak, karena mau fokus dulu ke biaya pendidikan Emily yang akan masuk sekolah dan kursus fashion design di Singapura, yang juga membutuhkan biaya besar. Akibatnya mereka berakhir ribut.

"Maksud lo apa, Wahyu?" tanya Benny sambil menyugar rambutnya. Sebenarnya dia tahu maksud kedatangan Benny pasti ada hubungannya dengan duit lima ratus juta yang lenyap itu. Dari dulu manager Tania ini sering sekali ikut campur urusan rumah tangganya, membuat Benny sangat kesal.

"Lo ngabisin duit lima ratus juta gampang banget! Lo nggak mikir apa seberapa lelah Tania mesti banting tulang untuk mengumpulkan uangnya?," sergah Wahyu emosi.

Sebenarnya kemana dan untuk apa artisnya menghabiskan uang adalah di luar wewenang Wahyu. Tugasnya hanyalah mencari pekerjaan dan mengatur jadwal untuknya. Namun Tania baginya lebih dari seorang partner kerja. Tania adalah sahabatnya. Wahyu mengenal Tania jauh lebih dulu dari Benny. Mereka bersahabat sejak masih duduk di bangku SMA. Wahyu yang mengajak Tania mengikuti kontes menyanyi, Wahyu juga yang mengatur jadwal Tania, mengelola penghasilannya, mencari show menyanyi untuknya. Kekecewaan terbesar Wahyu adalah saat Tania secara gegabah terjerat cinta sang playboy yang terkenal sebagai piala bergilir artis-artis cantik. Dialah Benny Dirgantara, pria pemalas yang memanfaatkan profesi melukisnya sebagai daya tarik untuk menggaet perempuan. Pelukis tampan misterius yang membuat banyak perempuan cantik rela menyerahkan tubuh dan uangnya untuk Benny. Entah bagaimana ceritanya Tania terjerat laki-laki itu. Wahyu tak habis pikir, bagaimana asal mula Tania mengenal Benny, dan apa yang dijanjikan laki-laki itu sehingga Tania bersedia menikah muda dengannya?

"Cuma menyanyi doang, apa susahnya?," tanya Benny santai seraya menyulut sebatang rokok dan menghempaskan tubuhnya di sofa. "Lagian lo kan juga mendapatkan fee dari setiap sen penghasilan Tania. Iya kan?"

"Apa susahnya kata lo? Kalau emang tak susah mengapa lo ngga mencari duit sendiri? Lo sadar nggak sih kalau lo itu benalu?"

Benny seketika berdiri, membuang rokoknya di lantai dan mendekati Wahyu dengan pandangan mengancam.

"Jaga mulut lo!," bentaknya dingin seraya mencengkram kuat kerah baju Wahyu. "Gue nggak level ya berantam sama banci. Lagipula duit istri gue itu urusan gue, nggak ada urusannya dengan lo!"

"Jadi urusan gue kalau lo menghambur-hamburkannya. Lo pikir gue nggak kerja keras untuk mendapatkan kontrak-kontrak kerja untuk Tania? Awas aja kalau lo menghabiskannya untuk foya-foya sama perempuan lain!"

"Lo iri? Iri bilang, boss!," Benny tertawa sinis. "Iri tanda tak mampu lo. Udah setua ini masih belum laku-laku. Bujang lapuk lo!"

"Mending gue jadi bujang lapuk daripada menzalimi perempuan yang jadi istri gue. Udahlah punya istri cantik yang pintar cari duit, numpang hidup gratis, masih juga main perek!"

Bugg!!! tinju Benny mendarat telak di rahang Wahyu. Nggak mau kalah, Wahyu juga balas menonjok perut Benny. Walaupun bertubuh kurus kerempeng, tenaga Wahyu lumayan juga bisa membuat Benny terhuyung sambil mengaduh.

"Bilang aja lo kepengen mencicipi tubuh Tania, kan?", Benny terkekeh. "Jangan-jangan lo memuaskan diri di kamar mandi sambil membayangin istri gue. Kasihan banget deh lo."

"Memang anj*** lo!"

"Pecundang!"

"Awas aja kalau gue tahu siapa selingkuhan lo! Gue bakal kasih tahu Tania, biar Tania menceraikan lo!," bentak Wahyu.

Benny tertawa mengejek. "Coba aja kalau lo mau artis lumbung emas lo itu depresi lagi. Lo tau dia pernah bunuh diri sebelumnya, kan? Jika terjadi apa-apa sama Tania, itu salah lo. Tania itu terlalu lugu dan percaya banget sama gue. Ibaratnya dia sudah berada di kaki gue. Kalau gue pergi, bukan gue yang rugi. Lo ingat itu!"

Wahyu mendorong tubuh Benny sambil meludah di lantai. Lantas berlari turun ke lantai bawah. Sementara Benny tertawa keras, suaranya menggema di rumah yang sepi itu. Wahyu merasa kalah. Benny benar, Tania memang sebucin itu. Dan itu membuat Wahyu merasa tak berdaya.

"Andai kamu tahu perasaanku, Tania," gumam Wahyu sedih.

Benny terduduk di sofa sambil memijat pelipisnya. Kepalanya terasa sangat sakit.

"Sialan, si Wahyu selalu turut campur," makinya sambil menendang bantal sofa untuk menyalurkan emosi. Jauh di dalam hatinya, sebenarnya Benny sedikit khawatir dengan ancaman Wahyu. Sudah lama Benny kembali ke petualangannya yang dulu, berpindah-pindah dari pelukan satu wanita ke wanita lain. Bedanya dulu dia melakukannya untuk nafsu dan uang. Sekarang dia melakukannya karena bosan.

Dulu dia mengira dia sudah mendapatkan yang terbaik dengan menikahi Tania yang cantik, muda, dan lugu. Benny juga percaya bahwa Tania memiliki masa depan yang cerah sebagai penyanyi. Gadis itu memiliki aura yang menghipnotis dan mampu meluluhkan hati. Terlebih lagu-lagu yang dibawakannya adalah lagu-lagu mellow yang memang cocok dengan wajahnya yang sendu dan pembawaannya yang rapuh. Benny dengan senang hati memanfaatkan kerapuhan Tania untuk mengikat hati gadis itu. Dia membuat Tania merasa tak berdaya tanpa dirinya. Terlebih saat mengetahui bahwa gadis itu memiliki hubungan yang buruk dengan orangtuanya, Benny semakin berhasil menanamkan doktrin bahwa Tania akan sendirian dan merana tanpa dirinya.

Sejahat itu Benny menguasai jiwa Tania.


CREATORS' THOUGHTS
wetri_febrina wetri_febrina

Beberapa bab ini memang memiliki alur mundur untuk menjelaskan apa yang terjadi pada Tania Zillian sehingga dia memiliki jiwa yang rapuh.

Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C10
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login