Sudah berapa kali Lindsay menghubungi ponsel suaminya namun masih belum ada jawaban juga. Wanita berambut pirang panjang itu tak mengerti apa yang harus ia lakukan, hatinya gelisah karena sejak siang sampai petang ini suaminya belum memberikan kabar.
Ia rindu suaminya, Chris Raven dan dia cemas memikirkan keadaan sang suami. Ia hanya berharap suaminya dalam keadaan baik - baik saja. Lindsay merasa kesepian karena sejak ia resmi menjadi nyonya Raven, ia belum merasakan sentuhan dari suaminya sendiri. Seharusnya ini adalah bulan madu miliknya bersama dengan Chris Raven namun kini rasanya ia hanya bisa bermimpi. Bulan madu hanya angan - angan saja, dan itu membuat jauh dalam hatinya sedikit ada keraguan.
Ya, ia ragu apakah Chris Raven benar - benar mencintainya selama ini? Jika memikirkan hal itu membuat hatinya merasa sesak. Ia begitu mencintai sang suami dan ia hanya ingin suaminya memberikan perhatian lebih padanya sekarang.
Lindsay kini duduk termenung di balkon mansion menatap langit di malam itu, sesekali tatapannya tak lepas menatap layar ponselnya sendiri sejak tadi. Berharap Chris memberikannya kabar atau sekedar membalas chatnya, namun ternyata tidak.
Kini ia pun kembali memikirkan sang kakak, sejak pernikahannya ia belum bertemu ataupun sekedar berkabar dengan kakak perempuan satu - satunya itu. Apakah Natalie sudah kembali pulang ke New York atau masih berada di rumah keluarga Mckent ia tak tahu. Yang jelas ia hanya ingin hubungan kakaknya dengan kedua orang tuanya itu kembali seperti dulu.
Saat Lindsay hanyut dalam pikirannya itu, dengan tiba - tiba ponselnya bergetar membuatnya tersentak. Senyum mengembang saat ia membaca nama yang muncul di layar ponselnya itu dan segera saja ia mengangkat panggilan itu.
"Ya, hallo Chris. Kau ada dimana sekarang?"
"Maaf, Lindsay. Sepertinya aku tidak bisa pulang malam ini, banyak pekerjaan penting yang tak bisa ditinggalkan. Maafkan aku ya sayang, aku harap kau mengerti." Jelas Chris di sambungan telepon itu.
"Aahh, ya tak apa - apa Chris. Kau baik - baik saja kan disana? Aku mengkhawatirkanmu karena kau tak memberikan kabar sejak siang tadi." Lindsay menyahut cemas.
"Aku tak apa - apa honey. Kau jaga diri baik - baik ya di rumah, jika kau butuh sesuatu kau minta tolong saja pada kepala pelayan di Mansion, James untuk membantu segala keperluanmu nanti.
Baiklah kalau begitu aku tutup teleponnya ya sweety heart, kau istirahat saja baik - baik di sana." Chris kemudian menutup sambungan telepon itu begitu saja sebelum Lindsay membalasnya.
Rasa kecewa jelas terukir di wajah cantik Lindsay sekarang, jujur ia sangat kecewa karena ia harus tidur sendiri lagi malam ini. Namun ia tak bisa berbuat apa pun, sekarang ia hanya bisa pasrah dan menerima kesibukan suaminya itu.
©️©️©️©️©️©️
"Kenapa kau tidak pulang Chris? Istrimu mencemaskanmu nanti." Tanyaku saat kulihat Chris baru saja masuk ke dalam ruangan tempat aku terbaring di ranjang pasien.
"Aku sudah menelepon Lindsay kalau aku tak bisa pulang malam ini." Jawabnya seraya mendekat ke arahku.
"Kenapa kau lakukan itu? Ia pasti akan sangat kecewa karena kau tak pulang lagi sejak pernikahan kalian." Protesku lirih.
"Kau tak perlu cemas, ia pasti mengerti. Dia baik - baik saja di mansion, banyak orang yang menjaganya di sana. Sedangkan kau disini sendirian, mana mungkin aku tega meninggalkanmu seorang diri dalam keadaan seperti ini." Jawabnya mencoba menenangkanku.
"Aku tak suka kau seperti itu, Chris. Aku sudah terbiasa sendiri jadi kau tak perlu mencemaskanku." Ujarku tak senang.
"Aku mohon jangan berdebat lagi mengenai hal ini sayang, aku hanya ingin menemanimu sekarang itu saja." Ucap Chris menyentuh lembut tanganku.
"Kau sudah berjanji padaku akan membahagiakan Lindsay, aku harap kau tak lupa itu, Chris" tuturku mengingatkan dengan tatapan lemah.
"Aku melakukannya untukmu, Nat. Aku akan mencobanya" jawab Chris.
"Aku akan pulang ke New York besok, aku harap kau bisa menjaga Lindsay dengan baik sepeninggalku nanti" pintaku.
Mendengarnya Chris menatap dalam padaku, rasa kecewa dan sedih tercermin di wajahnya sekarang.
"Apa semua akan berakhir seperti ini? Kau dan aku? Kenapa kau dan aku harus berkorban seperti ini?" Tanyanya serak.
"Kau yang sudah memilih jalanmu sendiri Chris, aku dan kau memang tak bisa bersama lagi" sahutku lirih.
"Itu tidak adil untuk kita, kau dan aku saling mencintai tapi kenapa harus berakhir seperti ini, Nat?" Chris berucap seraya menundukkan wajahnya. Ia tak berani menatapku.
"Hidup terus berjalan, begitupun kau dan aku. Kita sudah memiliki kehidupan masing - masing, masa lalu sudah tak bisa diubah lagi Chris, sekarang aku hanya berharap kau berbahagia hidup bersama dengan adikku, Lindsay. Dia wanita yang baik, aku yakin suatu saat kau bisa mencintainya." Ucapku tulus.
"Lalu bagaimana denganmu, apa kau akan melupakan aku setelah ini, Nat?" Chris bertanya lirih.
"Aku hanya ingin melanjutkan hidupku itu saja, hanya itu yang bisa kulakukan sekarang."
"Aku akan mengantarkanmu besok ke bandara ya?" Pintanya padaku.
"Tidak, aku baik - baik saja. Lebih baik kita tak bertemu lagi Chris, lebih cepat lebih baik." Sahutku tegas dan Chris tampak tak suka saat mendengar jawabanku. Tanpa mengatakan apapun ia berbalik pergi dan meninggalkanku di kamar pasien, aku hanya bisa menatapnya lemah dengan kedua mata yang mulai berkabut.
***