Download App
1.15% PERFECT PAIN / Chapter 4: Chapter 4

Chapter 4: Chapter 4

Alysa memutuskan untuk menemui Raka ditempat yang sudah ditentukan oleh lelaki itu. Café yang Alysa datangi kali ini bukanlah café seperti biasanya, dekorasi café yang dihias secantik mungkin membuat gadis itu terpana.

Saat ia memasuki café sudah bertuliskan Banner. "Selamat Datang Alysa Alexandra."

Ia terus melangkah masuk kedalam, hiasan dalam tak kalah indahnya dengan hiasan luar, perpaduan warna ungu dan putih terlihat menjadi elegan. Tiap tiap dinding café bertuliskan kata.. 'Im Sorry To Hear That.'

Kini ia diantar oleh seorang pelayan untuk memasuki ruang inti dimana ruangan itu jauh lebih cantik dari pada yang ia lihat sebelumnya. Lampion lampion kecil serta tambahan hiasan langit malam membuat dirinya senyum sumringah.

'Kau begitu sempurna, dimataku kau begitu indah

Kau membuat diriku, akan selalu memujamu

Disetiap langkahku, ku kan selalu memikirkan dirimu

Tak bisa kubayangkan hidup ku tanpa cintamu..'

Kini lampu disekelilingnya mati, dan alunan musik mulai terdengar. Raka Aditya sedang bernyanyi untuk Alysa, ketika laki laki itu bernyanyi lampu bertuliskan.

"Happy Birthday Alysa!" Menyala. Ia tidak bisa berkata-kata kali ini.

'Janganlah kau tinggalkan diriku,

Takkan mampu menghadapi semua

Hanya bersamamu ku akan bisa

Kau adalah darahku..'

Lelaki itu mulai menghampiri Alysa, menggandeng tangannya dan mempersilahkanya untuk duduk, ia pun memakaikan mahkota kecil di kepala Alysa.

'Sempurnaaa..'

"Ka, Raka.. Ini semua?" Tanya Alysa.

Gadis itu benar benar kehilangan kata kata, ia belum pernah diperlakukan bagaikan ratu oleh laki laki. Bahkan membayangkan hal seperti ini saja ia tidak pernah. Selama ini yang ada di pikirannya hanya belajar dan belajar.

"Jadi gini Sa.."

Flashback On

Karin mengobati luka lebam yang ada di pipi dan pelipis mata Raka karena keributan tadi pagi. Sebenarnya lelaki itu mengharapkan Alysa yang sekarang berada denganya, namun ini kesalahan yang ia buat jadi ia harus menanggung resikonya. Ia mengaku salah karena tidak berpikir panjang untuk melakukan sesuatu yang sangat bodoh tadi pagi.

Karin masih mengompres luka lelaki itu, namun kali ini sedikit penekanan. "Rin sakit!" Rintihnya. Gadis itu tidak menggubris ocehan Raka ia terus mengobatinya.

"Rin, pasti Alysa marah ya sama gue?"

Karin masih diam membisu dihadapan Raka, ia tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Lelaki itu terus membujuk Karin agar ia mau mendengar dan menjawab apa yang lelaki tanyakan. Namun nihil gadis itu tetap diam membisu.

Gadis itu segera menyelesaikan tugas untuk mengobati lelaki itu, ia dengan cepat merapihkan barang barang yang ia pakai untuk mengobati luka Raka dan meletakan Kembali ke tempatnya. Sedangkan lelaki itu masih berusaha untuk membujuk Karin agar ia mau bicara.

Saat dimana ia akan meninggalkan ruang UKS hanya satu kalimat yang keluar dari mulut gadis itu. Ia memberi tahu bahwa hari ini adalah hari ulang tahun dari Alysa sahabatnya, yang mungkin keributan tadi pagi bisa saja membuat gadis itu kecewa dan sangat membenci hari yang seharusnya membahagiakan ini. Tetapi malah menjadi kacau apalagi anak anak kelas 12 banyak yang mencibir dan menghina Alysa.

Flashback Off

"Ini sebagai tanda permintaan maaf gue Sa, gue bakal marah sama diri gue sendiri kalo lo ga maafin gue." Ucap Raka.

Alysa masih terdiam dan tidak menyangka akan ada kejutan seindah ini padahal jika hanya symbol permintaan maaf, ini terlalu berlebihan. Sebenarnya lelaki itu tidak salah jika membela Alysa seperti itu sebagai sahabat karena jika ayah gadis itu masih ada pasti ia akan melakukan hal yang sama, namun salahnya tidak mendengarkan apa yang sebenarnya terjadi lalu mengambil keseimpulan sendiri.

Memang iya gadis itu kecewa terhadap Raka, apalagi gosip di sekolah sudah semakin tersebar tapi sekarang bagaimana jika ada yang melihat kejutan yang diberikan raka kepada Alysa, bagaimana jika tersebar kembali?

Hatinya kini benar benar dipenuhi kegelisahan, ia bahagia tapi ia juga bingung.

"Sa, lo maafin gue?"

"Kak Raka gak salah, aku yang minta maaf. Dan aku rasa ini berlebihan." Kata Alysa menggigit bibir bawahnya, gugup.

Bagi Raka apapun yang menjadi kebahagiaan Alysa adalah hal yang utama, ia tidak ingin membuat gadis itu kecewa.

Acara tiup lilin dan potong kue pun sudah mereka lakukan, namun ada satu kejutan lagi yang ingin lelaki itu berikan kepada Alysa.

Ia mengeluarkan kotak berwarna hitam dari tasnya, kali ini ia berdiri tepat dibelakang Alysa. Perlahan lelaki itu membuka kotak lalu memakaikan kalung yang berada didalamnya. Kalung berinisialkan A di pakaikan tepat di leher gadis itu. Sangat cantik dan menyatu dengan warna kulit Alysa.

"Cantik." Puji Raka.

Malam itu berlalu sangat indah untuk Alysa, nyatanya banyak kejutan yang ia dapatkan disela sela masalah yang ada. Benar kata orang apapun yang kita hadapi pasti selalu terselip kebahagiaan didalamnya. Namun bagaimana pun juga gossip yang tersebar kemarin harus segera diluruskan.

Selang satu hari setelah kejadian itu, Dirgan dan Raka sudah Kembali akrab seperti biasanya, di sekolah pun mereka terlihat bersama. Sangat lega rasanya melihat mereka sedekat itu dan sangat tenang juga karena cibiran itu mulai perlahan menghilang.

Kini Alysa bisa belajar dengan tenang di sekolah, tanpa di ganggu oleh perasaan gelisah seperti dua hari sebelumnya.

Kini Alysa dan Karin sedang berada di kantin membeli makanan untuk mengganjal perut mereka.

"Sa, Raka nembak lo?" Goda Karin.

"Hah, engga kok orang cuma perayaan biasa." Jawab Alysa.

"Perayaan biasa lo bilang? Sa mikir dong itu tuh sweet banget! Masa lo gak ngerti sih?" Balas Karin penuh dengan rasa greget.

"Bagi gue, semua hal yang Raka lakuin itu karena dia anggep gue sahabatnya, begitupun sebaliknya." Jawab Alysa.

"Sakit lo Sa." Karin hanya geleng geleng melihat tingkah temannya yang dimana seperti tidak pernah merasakan cinta.

Kini pelajaran olahraga sedang dilaksanakan, kebetulan jadwal olahraga kelas 12 IPA 3 digabung dengan kelas 12 IPS 1 yang artinya ada Raka dan Dirgan. Dari kejauhan Raka sudah tersenyum lebar memandangi Alysa sedangkan Dirgan seperti biasanya, masam.

Mereka belajar mengenai lempar cakram, selang setengah jam pak Ridwan sebagai guru olahraga memberikan istirahat selama 10 menit. Waktu istirahat digunakan Alysa untuk pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka karena rasanya panas sekali.

Gadis itu keluar dari kamar mandi tetapi diluar ternyata sudah ada Dirgan yang kelihatan sudah menunggunya.

"Kak Dirgan lagi nunggu aku?"

Dirgan tidak menjawab pertanyaan dari gadis itu, ia hanya memberikan kotak kecil kepada Alysa.

"Ini apa kak?"

Tanpa menunggu jawaban Dirgan, gadis itu membuka kotak kecil yang diberikan olehnya. Jam tangan, itu adalah barang yang diberikan.

"Untuk apa?"

"Biar ngingetin lo kalau deadline Analysis Pagelaran seni hari ini dan besok kita rapat." Jawab Dirgan dingin.

Alysa terdiam sesaat, ia juga baru mengingat bahwa ia mempunyai tugas dari Dirgan jika tugas itu tidak selesai tepat waktu, habislah gadis itu. Alysa langsung pergi meninggalkan Dirgan dan buru buru untuk kembali ke lapangan dan menyelesaikan pelajaran olahraganya.

Pelajaran pun selesai, Alysa langsung pergi ke kelas untuk mengambil buku catatan khusus organisasi kemudian pergi meninggalkan kelas lagi.

Untungnya pelajaran sekarang yaitu praktik di laboratorium dan gadis itu sudah menyelesaikannya jadi ia bisa izin untuk pergi ke perpustakaan.

Hanya gadis itu seorang yang berada di perpustakaan ia segera memutar otak untuk menganalisis hal yang sudah ia tonton kemarin apa saja yang akan dibutuhkan untuk pagelaran seni yang bertemakan bakti sosial. Ia mulai menulis itu semua di catatan khususnya. Gadis itu juga mengajukan beberapa judul untuk bisa dibahas nanti ketika rapat.

Bel berbunyi empat kali, menandakan waktunya pulang sekolah. Namun gadis itu masih diam di perpustakan dan Raka datang menemuinya. Ia membawakan tas Alysa, karena Karin tadi menitipkan kepada Raka untuk diberikan kepada gadis itu. Tetapi pada saat Raka menemukan keberadaan gadis itu, ia melihat Alysa sedang tertidur.

"Sa, bangun. Pulang."

Alysa terbangun dari tidurnya dan menyadari keberadaan Raka.

"Eh kak? Kak Raka ngapain disini?" Tanya gadis itu sambil mengumpulkan kesadarannya.

"Lo ngerjain apa sampe ketiduran?" Tanya Raka terkekeh kecil.

"Aku ngerjain tugas dari kak Dirgan, tapi udah selesai kok." Jawab Alysa mengucek matanya.

Gadis itu langsung membereskan buku buku yang ia bawa dan membereskan tempat yang ia pakai.

"Kak, seluruh ide ka Dirgan emang bakal kaka ACC ya?" Tanya Alysa.

"Pasti. Karena ide dari Dirgan pasti udah ada persetujuan. Selain menjabat jadi leader operator, Dirgan juga menjabat jadi ketua divisi acara. Maka dari itu setiap keputusan dia pasti akan dipertimbangkan dan bisa jadi langsung ACC." Jelas Raka.

Alysa hanya mengganggukan kepala memberi tanda bahwa ia mengerti. Ternyata peran Dirgan sangat penting di Oganisasi ini, pantas saja ia selalu tegas.

"Ouh.." Alysa jadi berpikir sejenak, sepertinya dia melupakan sesuatu.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C4
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login