Kecewa, marah, emosi, dan juga sedih. Semua menjadi satu tatkala ia mengetahui bahwa keponakannya memiliki hubungan terlarang dengan sang majikan.
Ini bukan lagi tentang kecurigaan atau menduga-duga, karena wanita paruh baya itu melihat dengan mata kepalanya sendiri.
"Andine … Tuan Ben," gumamnya dengan suara lirih.
Selama semalaman, Bibi Elena tidak bisa tidur. Bahkan pagi ini, kepalanya mendadak pening sekali, tetapi ia tetap bekerja seperti biasa.
Bibi Elena tidak bisa menunggu lagi, dirinya harus segera bicara dengan sang keponakan tentang hal itu.
"Aku harus bicara dengan Andine hari ini juga."
Tepat pukul enam pagi, ketika suasana rumah masih terasa sepi. Bibi Elena pergi ke kamar Andine, ia mengetuk pintunya pelan dan menunggu gadis itu membuka kan.
"Andine!" Bibi Elena memanggil nama wanita itu.