Chapter 102: PENJAGA MAWAR DAN LUBANG PENGHISAP

Hari kedua.

Kami melewati sebuah taman yang di sisi oleh berbagai macam bunga yang indah. Warna-warni bunga itu cukup menyegarkan mata.

Aromanya yang harum membuat pikiran tenang. Tepat sebelum memasuki area ini terdapat sebuah papan besar yang bertuliskan jangan memetik atau merusak bunga.

Semakin lama kami melewati jalur itu jalan semakin sempit.

"Ada apa degan jalur ini?" tanyaku.

"Ini cukup menegangkan," ucap Farto.

Kereta yang kita tunggangi tidak juga semakin lambat. Mereka semau berusaha seteliti mungkin untuk tidak menyentuh bunga di taman itu.

Hingga akhirnya kereta berhenti.

"Ada apa?" tanyaku.

Dengan polosnya kau membuka pintu kereta. Namun, Farto langsung menutup pintu dengan kuat dan itu membuatku terkejut.

"Jangan sekali-kali membuka pintu ini!" Dia memberi peringatan dengan tatapan serius.