"Hei, itu pujian atau olokan? Kenapa terdengar sama saja!" Trian menggerutu sambil tertawa.
"Haaa, sudahlah. Mari lupakan semua kesedihan itu. Aku hanya ingin dan selalu berharap keluargaku akan terus bahagia. Terlebih saat kakak iparku pulang dan senyum setiap orang bisa mengembang. Kami semua benar-benar merindukannya,"
Trian kembali berucap optimis meski kesedihannya itu nyata.
"Hanya berharap itu saja? Kau hanya ingin keluarga Kak Bian saja yang lengkap? Lalu bagaimana dengan keluargamu sendiri?" Vano bertanya dengan jelas tentang keinginan Trian untuk keluarga kecilnya sendiri. Trian hanya mengangkat sepasang alisnya sambil tersenyum.
"Tapi tunggu dulu! Kau bilang kalau kau sudah memiliki putera dari wanita lain, lalu akan kau kemanakan wanita yang sudah menjadi tunanganmu? Hmm, siapa namanya? Aku lupa karena kita memang belum bertemu setelah kau bertunangan, bukan?" Vano kembali menyelidiki.