"Hihihi... Apa kau menuduh aku?" Si Anggrek Biru menutupi mulutnya dengan kain biru di lengannya. "Apakah aku terlihat perkasa."
Para pengawal pun tanpa memperdulikan yang terjadi, mereka melangkah hendak keluar dari tempat ini.
"Maksud hati ingin beristirahat dengan nyaman tapi siapa sangka justru menjadi runyam." Ucap Kepala Pengawal. "Bawa juga pemuda ini dan bayarkan juga tagihannya." perintahnya.
Pengawal yang lain mengangkat Chen. Tidak ada seorangpun yang berani menghalanginya.
"Terima kasih atas bantuan kalian." Kata Chen kepada yang menggotongnya. Kemudian matanya memandang kepada Bho Pheng dengan tersenyum licik.
"Tunggu dulu." Suara si Anggrek Biru sambil menghampiri Chen. "Aku ingin berbicara dengan Pria bermulut manis itu sebentar saja."
Bagaikan di hipnoptis semua pengawal taat dan berhenti. Chen pun melepaskan pegangan pengawal itu kemudian menghampiri wanita itu.
"Apa yang kau lakukan kepada Bho Pheng." Bisik Anggrek Biru di telinga pemuda ini setelah mereka saling mendekat. "Jangan Berpikir aku tidak melihat apa yang terjadi.
Chen dapat mencium aroma wangi dari tubuh wanita ini. Bahkan dengan bisikannya terdengar hembusan nafas yang sangat dekat dengan tubuh cantik ini. Tapi pemuda ini tidak tergoda sama sekali dengan semua itu. Dia memiliki pengalaman yang banyak terhadap wanita.
"Sepertinya kau menyembunyikan kepandaianmu." Balas Bisik dari Chen. "Aku hanya menotok saraf di kelaminnya. Dalam tiga bulan dia akan impoten. Tapi katakan padanya jika di masa depan dia bertemu denganku maka akan ku kebiri dia."
"Hihihi... Senang bisa bertemu dengan mu Tuan. Anggrek Biru berharap dapat berjumpa lagi dengan Tuan dalam situasi yang berbeda. Aku yakin jemari mu itu sangat lihay." Wanita itu tidak berbisik lagi.
Orang orang didalam ruangan menjadi salah paham. Ucapan wanita itu terdengar seperti berbau vulgar. Namun sebenarnya tidak lah demikian. Anggrek Biru menyadari kalau kemampuan Jari Chen bukanlah sekelas dengan tingkatannya. Dapat menjentikkan koin dengan cepat dan tepat sasaran. Belum lagi kemampuannya dalam ilmu totokan.
Tapi keduanya sama sama tahu kalau masing masing menyembunyikan kemampuan. Chen harus lebih waspada jika bertemu dengan wanita itu di masa akan datang. Jelas dengan kemampuannya saat ini, dirinya bukanlah lawan dari wanita itu.
Tampak Ibu Germo mengangguk berulang ulang meminta maaf kepada kepala pengawal itu atas ketidak nyamanan nya. Setelah membayar semua tagihan, mereka pun keluar dari Rumah Kumbang Malam.
Setelah di luar, Chen mengucapkan terima kasih atas bantuan dari para pengawal itu.
"Jika boleh saya bertanya, kemanakah gerangan Tuan Pengawal Barang ini hendak Bertujuan." Tanya Chen kemudian.
"Maafkan Saudaraku. Mengenai Awal dan Tujuan ataupun isi dan pemilik, Saya sebagai Petugas tak berkewajiban untuk memberikan informasi. Kiranya Saudara dapat memakluminya."
"Saya mengerti Tuan. Hanya saja jika searah dengan tujuan saya maka saya hendak menumpang dengan rombongan Pengawal Barang. Bila perlu saya mendaftarkan diri sebagai pegawai lepas."
"Hahahah... Sekali lagi sangat di sayangkan. Tapi kami sudah kelebihan akan petugas dan tidak menerima pegawai tambahan. Sebaiknya saudara segera pergi dari sini, karena saya khawatir Para Begundal di dalam akan memperpanjang lagi masalah denganmu."
"Hahaha. Kau benar. Tapi karena mereka yang memulai maka mereka juga akan mendapat pelajarannya." Kemudian Chen Menjura mohon pamit. "Jika demikian hal nya maka saya akan undur diri terlebih dahulu. Hati hati di jalan dan selamat sampai tujuan."
"Baik. Selamat Jalan."
Mereka berdua saling memberi hormat. Kemudian Chen meninggalkan rombongan itu. Sementara semua para rombongan kembali mempersiapkan diri hendak melanjutkan perjalanan.
"Kawan. Bagaimana menurut mu tentang Pemuda itu?" Salah seorang pengawal Yang juga wakil komandan membuka percakapan.
"Aura pemuda itu kecil menunjukan kalau dia berada di tingkat rendah. Tapi menghadapi Gu Rong dan Bho Pheng yang berada di peringkat Alam, dia sama sekali tidak terlihat takut." Komandannya menjawab.
"Tapi pemuda ini seperti orang ketakutan."
"Seperti orang takut? Itu artinya tidak takut. Semua gerakannya seolah di buat buat. Bahkan aku curiga kalau pemuda itu yang telah menyakiti Bho Pheng."
"Itu juga yang terpikir olehku. Hanya bagaimana caranya dia melakukan. Bahkan pemuda itu belum mencapai peringkat Alam."
"Itulah sebabnya, kita jangan berurusan dengannya. Di dunia Kultivator ini banyak yang tidak terlihat namun sangat menonjol."
"Dasar Pencopet kurang ajar. Kemana orang itu pergi." Terdengar suara teriakan dari dalam Rumah Kumbang Malam.
Tak lama kemudian muncullah pemilik suara keluar dari rumah bordir itu. Wajah garang dari Gu Rong.
"Kemana perginya pemuda kampung itu?" Teriaknya.
Tapi Para Pengawal Barang dan Komandannya Acuh tak acuh tidak memperdulikan.
Ternyata Orang yang di cari sudah tidak terlihat lagi. Pemuda yang di incar nya seolah hilang di telan bumi.
"Hei. Aku berbicara kepadamu. Kemana Pemuda Kampung itu pergi." Bentak Gu Rong kepada Kepala Pengawal.
"Kalau sudah siap. Ayo kita berangkat." Sang Komandan memberi komando tanpa memperdulikan.
"Jangan mengabaikan aku kurang ajar." Gu Rong melompat menerjang sang Komandan.
Kepala Pengawal ini sudah tahu akan gelagat di serang. Jadi dia telah mempersiapkan diri. Ketika di rasakan nya ada hawa membunuh mendekat, segera dia berbalik badan dan membalas pukulan Gu Rong.
Terjadi benturan keras di udara. Dua pukulan beradu. Tanah di sekitar bergetar.
Kepala Pengawal bergeser mundur setengah meter sementara si penyerang terlempar kebelakang sejauh lima meter.
Begitu mendarat, Gu Rong langsung memuntahkan darah segar dari mulutnya. Tubuh besar itu mengalami luka dalam. Kemudian tubuh besar itupun pingsan.
Dari teras rumah Kumbang Malam terlihat Bho Pheng bersama Anggrek Biru menyaksikan pertempuran itu.
"Bravo Pengawal Barang." Anggrek Biru melambai lambaikan kain biru nya di udara.
"Peringkat Alam Tingkat Tiga. Memang tidak boleh di remehkan. " Bho Pheng masih memegang pangkal paha nya yang sakit di dekat selangkangannya.
"Hei Tuan Muda Bho Pheng, makanan sudah di siapkan pelayan. Bagaimana kalau kita menikmati makanan dulu baru kita berdua an di kamar." Anggrek Biru bersandar di dada Bho Pheng.
"Tidak usah. Aku tidak nafsu makan. Lagi pula selangkangan ku sakit. Sebaiknya aku pulang." Tanpa menunggu jawaban, Bho Pheng langsung menuruni tangga.
"Aku menunggu kedatangan Tuan Muda Bho Pheng. Jangan membuatku kesepian."
"Minggu depan aku kembali."
"Minggu depan? Aku jamin selama tiga bulan ini kau tidak akan menggangguku. Jika bukan karena ayahmu, jangan harap aku meladenimu." Suara hati dari si Anggrek Biru.
"Oh iya Tuan Bho, Pencuri itu berkata kalau kau mengganggu dia di masa depan maka burung mu akan lepas dari sangkarnya." Anggrek Biru mengucapkan dengan gaya centilnya.
"Bajingan..." Geram Bho Pheng. "Pemuda Kampung itu telah mencuri sekantung koin ku lalu masih berani mengancam." Umpatnya. "Apakah kau tahu siapa dia?"
"Aku tidak tahu dan baru pertama kali bertemu. Tapi yang aku tahu gerakan tangannya sangat cepat dan kuat. Sama sekali tidak sesuai dengan tingkatannya sendiri. Pemuda itu seperti memiliki kekuatan Dewa. Jadi sebaiknya kau jangan mengganggu dia di masa akan datang. Hihihi..."
Perkataan ini juga tersirat kalau Anggrek Biru ini bukanlah orang lemah. Paling tidak Bho Pheng akan berpikir dua kali jika hendak mengintimidasi dirinya.
Bho Pheng melewati tubuh Gu Rong yang sedang di gotong rekan rekan nya. Dia berjalan perlahan dengan bergoyang pinggulnya, gayanya seperti bebek. Sambil meringis menahan rasa sakit.
Pasukan Pengawal pun terus berjalan meninggalkan kota itu.
Dilantai atas para tamu menyaksikan dan mendengar semua yang terjadi baik di dalam Rumah Kumbang Malam ataupun yang terjadi di luar. Mereka mulai bergunjing satu dengan yang lainnya.
"Kau lihat. Pemuda yang kelihatan lemah itu mempermainkan pentolan kota Mulang."
"Bukan hanya itu. Dia juga bisa mencuri tanpa di ketahui.
"Si Anggrek Biru tadi mengatakan kalau pemuda itu memiliki kekuatan Dewa."
"Hah? Kekuatan Dewa? Pencuri dengan kekuatan Dewa."
"Berarti dia adalah Dewa Pencuri."
"Dewa Pencuri?"
"Yah... Dewa Pencuri. Ini berita bagus. Seorang Dewa Pencuri sedang mempermainkan Gu Rong dan Tuan Muda Bho Pheng.
Demikianlah dari mulut ke mulut telah terdengar berita itu mulai menyebar di kota Mulang. Seorang Dewa Pencuri mempermainkan Jagoan Mulang.