Download App
7.22% Ciuman Hangat Bos Arogan / Chapter 24: Merayu Di Atas Ranjang?

Chapter 24: Merayu Di Atas Ranjang?

"Aku tak akan merayu seorang perempuan di tempat seperti ini, Angel. Aku pasti akan merayumu jika kita berdua sudah berada di atas ranjang," bisik Ryan di dekat telinga seorang psikiater yang sedang melakukan konsultasi untuknya.

Wajah Angel langsung memerah seketika. Ucapan Ryan yang baru saja itu berhasil menggugah sisi lain di dalam dirinya. Hatinya bergetar hebat, degup jantungnya juga meningkat sempurna. Perempuan itu memundurkan langkahnya untuk memberikan jarak di antara mereka berdua.

"Jangan mengatakan hal seperti itu, Ryan! Aku adalah seorang psikiater yang akan membantumu untuk menghilangkan segala trauma yang selama ini membayangi dirimu." Angel sengaja mengatakan hal itu dengan nada formal. Dia tak mungkin memperlihatkan kegelisahannya saat berada di jarak yang terlalu dekat dengan pria itu.

Ryan tersenyum tipis penuh kemenangan. Dia bisa melihat dan juga merasakan segala kecemasan dan juga kegelisahan Angel akan dirinya. Segalanya tampak sangat jelas baginya.

"Ayolah, Angel. Jangan memaksakan aku agar kembali memohon padamu!" ledek Ryan dengan nada memelas. Dia sengaja ingin mencari perhatian dari sosok perempuan cantik yang tak lain adalah sahabat dari adik perempuannya.

"Pembicaraan kita hari ini sampai di sini saja. Kita bisa bertemu tiga hari lagi. Kamu harus mulai terbuka untuk menceritakan masa lalumu saat kita bertemu." Angel sepertinya sudah tak bisa berada lebih lama lagi bersama Ryan. Perempuan itu tak bisa menahan setiap gejolak di dalam dirinya.

Dia pun berjalan sedikit terburu-buru menuju ke sebuah tempat di mana Reine dan Steve berada. Sedangkan Ryan hanya bisa senyum-senyum sendiri melihat Angel tampak begitu terburu-buru.

"Sesi pertama telah selesai, Reine. Kakakmu masih belum mau mengatakan kisah masa lalunya," terang Angel saat berada di dekat sahabatnya. Dia tak peduli meskipun Ryan akan mendengar hal itu.

"Kapan kalian akan kembali bertemu?" Reine hanya ingin memastikan jika Ryan tak akan melewatkan jadwal konseling yang sudah dipersiapkan oleh Angel.

Angel melirik sosok lelaki yang berdiri tak jauh darinya. Sejak tadi Ryan terus saja memperhatikan dirinya. Tentu saja dia sangat menyadari hal itu.

"Tiga hari lagi. Aku akan mengirim sebuah pesan satu hari sebelum waktu konsultasi. Oh ya, Reine. Ada yang ingin aku bicarakan padamu, berdua saja." Angel tampak sangat ragu untuk mengatakan hal itu. Dia yakin jika Ryan pasti akan mencurigai dirinya.

Dua perempuan itu akhirnya berjalan sedikit menjauh dari mereka berdua. Sepertinya ada sesuatu yang cukup penting yang akan dibicarakan oleh Angel pada sahabatnya.

Steve melemparkan tatapan tajam pada sepupunya itu. Dia juga ikut penasaran dengan pembicaraan mereka berdua.

"Menurutmu ... apa yang sedang mereka bicarakan, Ryan?" tanya Steve yang kebetulan berdiri di sebelah kakak laki-laki dari Reine.

Ryan juga tak terlalu yakin pada hal itu. Entah siapa yang sedang mereka bicarakan, dia juga tak terlalu yakin dengan itu.

"Mungkin Angel ingin menanyakan hubungan kalian berdua. Sepertinya dia tahu jika kamu adalah seorang pria yang disukai oleh Reine," ledek Ryan pada sepupunya. Dia sangat tahu jika Steve pasti akan sangat kesal mendengar hal itu.

Sejak dulu, Steve tak ingin dihubungkan dengan kepergian Reine ke luar negeri. Dia tak ingin menjadi sosok yang selalu saja dirindukan oleh sepupunya sendiri. Bukan karena dia tak suka pada perempuan itu, Steve hanya tak ingin Reine berharap terlalu banyak padanya. Sedangkan dia merasa sangat tak pantas bagi anak bungsu keluarga Fernandez itu.

"Jangan mengungkit hal itu, Ryan! Aku tak ingin menambahkan luka di hati Reine," kata Steve dengan segala perasaan yang bersemayam di dalam hatinya. Rasanya sangat menyesakkan saat melihat Reine terluka karena dirinya.

"Bukankah kamu juga mengharapkan Reine? Nyatanya sampai sekarang kamu tak pernah menjalin hubungan dengan perempuan manapun," balas Ryan atas nada protes yang baru saja dilontarkan oleh sepupunya.

Steve langsung memalingkan wajahnya membelakangi Ryan. Dia hanya ingin memastikan kebahagiaan Reine sebelum dirinya sendiri meraih hal itu. Tak akan rela jika perempuan itu menderita seumur hidup hanya karena mencintainya saja.

"Aku berharap dia bisa mendapatkan kebahagiaan di dalam hidupnya. Reine pantas bahagia dan mendapatkan pasangan yang baik," ujar Steve dengan sangat menyakinkan.

"Jika kamu mencintainya, mengapa kamu harus menghindari Reine. Kalian pantas mendapatkan kebahagiaan." Ryan sangat tahu jika mereka berdua saling mencintai. Namun Steve merasa telah banyak berhutang pada Keluarga Fernandez. Oleh karena itu, dia tak berani untuk mengungkapkan cintanya pada adik perempuan dari Ryan itu.

Dua pria terlalu serius berbicara hingga tak menyadari keberadaan dua perempuan yang sedang berjalan ke arah mereka. Entah apakah mereka mendengar pembicaraan mereka atau tidak. Yang jelas Reine tampak tersenyum menghampiri mereka berdua.

"Apa yang sedang kalian bicarakan, sepertinya sangat serius?" tanya Reine yang sudah berada di sebelah Ryan.

Steve tampak sangat terkejut dengan kedatangan Reine. Dia takut jika perempuan itu telah mendengar pembicaraan mereka berdua.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C24
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login