Download App
3.58% ANA AND SECRET BOOK ! / Chapter 12: Bagian ke Kedua belas

Chapter 12: Bagian ke Kedua belas

BUKU KE DUA : SIHIR RAMALAN

Tak terasa setengah semester pun telah datang, Liburan pun tiba. Aku dan kedua orang tuaku pergi ke Bali kebetulan papa ada tugas juga ke sana, jadi ikut bersama. Tak usah aku ceritakan bagaimana perjalanannya, kami sudah berada di hotel tempat kami menginap. Ada dua kamar, satu untuk aku dan kedua orang tuaku. Kamarnya bersebelahan. Hotelnya tepat di depan pantai.

Ketika kubuka tasku, ketika sudah dikamarku sendiri aku terkejut sudah ada buku pelajaran ke tiga di dalam tas koperku. Aku tertegun, kenapa terasa cepat datangnya. Apa karena pelajaran yang kedua lebih ringan ? Ketika aku membuka halamannya. Ternyata tentang Astronomi, Bintang dan Ramalan. Ilmu sihir sudah sejak lama mengenal ilmu perbintangan untuk menandai masa panen, bercocok tanam serta pergi melaut.

Ramalan bisa berupa kehidupan baik masa lalu atau pun masa depan. Dengan berbagai media dari kartu sampai telapak tangan seseorang. Juga untuk mengetahui karakter seseorang dari peredaran bulan atau matahari. Perjodohan, rezeki dan juga perasaan seseorang.

Aku menatap tak berkedip, tapi untuk pelajaran kali ini hanya dasarnya saja, serta sedikit mempelajari elemen kehidupan dari air, api, tanah, dan udara. Makin lama pelajaran sihir menjadi lebih berat. Aku tidak tahu bagaimana caranya aku untuk mengetahui dan mempelajarinya. Ketika aku hendak menyimpannya aku terkejut karena menemukan kartu tarot !

Ketika aku membuka kembali halaman yang tadi kosong sudah terisi penjelasan apa itu kartu tarot. Tarot adalah sekelompok kartu berjumlah 78 lembar yang umumnya digunakan untuk kepentingan spritual atau ramalan nasib. 22 kartu disebut Arcana mayor dan 56 kartu disebut arkana minor.

Susunan kartu dalam Arcana mayor yaitu :

1. Si pandir

2. Penyihir

3. Sang Biarawati

4. Maharani

5. Kaisar

6. Imam

7. Pecinta

8. Kereta kuda.

9. Kekuatan

10. Sang pertapa.

11. Roda kehidupan

12. Sang keadilan

13. Pengorbanan

14. Kematian.

15. Kesederhanaan

16. Sang iblis

17. Menara

18. Bintang.

19. Rembulan.

20. Surya

21. Pemanggilan

22. Dunia.

Masing-masing kartu ada artinya masing-masing baik positif atau negatifnya. 56 kartu, 10 kartu terbagi menjadi 4 jenis kartu yaitu tongkat mewakili jiwa, Cawan yang mewakili emosi, pedang mewakili pikiran dan Koin yang mewakili harta. Jumlah kartu tiap kelompok adalah 14 kartu.

Pusingnya aku! apa aku harus mempelajari semua ini ? tanyaku dalam hati, merasa tidak sanggup mempelajarinya, ternyata ada jawaban langsung tertulis di halamannya! aku terkejut ...harus! sebagai seorang penyihir harus tahu cabang ilmunya, suatu hari kamu tahu penyihir apa sebenarnya diriku...

Aku terdiam, memang sih! sama seperti aku sekarang ini. Aku mendapat berbagai mata pelajaran dan bila suatu hari cita-citaku sebagai dokter terjadi, maka ada ilmu yang harus dikuasai secara khusus di antara banyak mata pelajaran yang aku pelajari di sekolah yaitu ilmu Biologi. Mungkin ini juga seperti itu. Ada banyak ramalan bisa saja ini sebagai pengetahuan saja atau bisa menjadi salah satu kekuatanku sebagai penyihir di masa depan nanti.

"Ana, kamu di dalam ?" tiba-tiba aku mendengar ketukan di pintu.

"Iya, mah ! tunggu sebentar !" jawabku dan membuka pintu dan benar saja itu mamaku.

"Ayo, kita makan diluar! kamu lapar kan ?" ajak mamaku, aku mengangguk.

"Iya, mah !" jawabku tersenyum, karena memang sedang lapar.

----------------

Malamnya aku mulai mempelajari satu persatu yang ada di buku ketiga ini dengan sangat hati-hati sekali. Sampai akhirnya aku mengantuk dan tertidur pulas. Pagi harinya ada telpon berdering, aku terbangun, aku kira handphone ku ternyata telpon antar kamar.

"Hallo !" aku menguap karena masih mengantuk. Ternyata mama, memberitahu aku bahwa sarapan akan di antar ke kamarku.

"Iya, ma Ana sudah bangun kok !" jawabku. Aku pun ke kamar mandi dan cuci muka serta gosok gigi.

Pintu diketuk, ternyata pelayan hotel membawa sarapan untukku. Selama sarapan aku kembali mempelajari beberapa cara ramalan. Halaman selanjutnya ternyata ada cara menarik, mempelajari cara energi elemen angin. Sarapan pun selesai aku mendapat pesan dari mama bahwa dia dan papa hendak keluar apa aku ingin ikut atau tinggal di hotel. Aku memilih tinggal di hotel saja, mereka meminta hati-hati begitu pun aku kepada kedua orang tua.

Setelah selesai mandi, aku memutuskan jalan-jalan di tepi pantai. Udara pantai sangat segar, ombak pun cukup besar tapi para turis manca negara seperti menikmatinya ada yang berselancar atau bersantai di tepi pantai. Angin berhembus kencang. Aku pun menikmati suasana pantai, terakhir kesini ketika umurku 10 tahun sudah cukup lama tidak berlibur kemari.

Aku menatap laut yang biru seperti tanpa batas, tanpa sadar aku menggerakan tanganku mencoba energi element angin. Aku tidak tahu apa berhasil atau tidak karena situasi pantai saat ini. Tiba-tiba aku meihat sesuatu yang membuatku terkejut. Tidak jauh dariku ada seorang bule remaja sedang berdiri memegang papan selancar dan kemudian menjatuhkannya ke atas air sambil menduduki papannya, dan secara mengejutkan seperti melaju ke arah laut seperti papannya punya roda !

Aku merasakan angin yang cukup besar, menggerakan dirinya dan papannya, apa dia seorang penyihir ? hanya aku yang tahu dan merasakannya. Dan terlihat remaja bule itu asyik dengan berselancar padahal ombak cukup besar. Aku memutuskan kembali ke kamar hotel.

Liburan kali ini sangat menyenangkan, mungkin ini terakhirnya ke Bali sebelum aku pindah ke Inggris. Setelah beberapa hari kami pun kembali ke Jakarta. Aku menghabiskan sisa liburan bersama kedua sahabatku, ke mall, nonton atau berkumpul di salah satu rumah kali ini Dina.

Pada kesempatan kali itu aku mencoba meramal keduanya dengan menggunakan kartu tarot.

"Na, apa yang ingin elo tahu ?" tanyaku.

"Hmmm apa ya ?" Dina tampak bingung.

"Cowok, aja Din yang gampang !" ujar Rena tersenyum.

"Apaan sih !" Dina cemberut.

"Ayolah Din, ini kan hanya main-main saja !" ucap Rena.

"Ya udah, itu aja !" Dina menyerah.

"Ya udah! lo kocok kartunya !" perintah ku dan Dina mengocoknya setelah itu memberikan kepadaku.

"Ambil satu, Din !" dia pun menurut, kemudian dua kartu lagi.

"Siap ya ?" tanyaku dan satu persatu ku buka kartu yang di ambil Dina, aku mulai membaca kartu tarot dari gambarnya.

"Hmm ... jodoh lo engga jauh-jauh banget deh, Din! ya masih satu sekolah kita tapi ini kejutan dan tak disangka-sangka loh! gini lo sama dia tuh biasa aja! sering bertemu tapi engga dekat atau akrab, tetapi berteman !' jelasku.

"Tapi cinta lo sama dia, engga mulus! karena ada yang suka dia tapi dianya cuek !" lanjutku.

"Lalu siapa namanya Na ?" tahya Rena.

"Inisialnya R !" jawabku.

"Robi dong !" Rena tertawa, Dina cemberut.

"Dih, siapa juga sama dia ! Huek ... gue pengen muntah !" jawab Dina dengan ekspresi jijik.

"Hati-hati loh, benci bisa jadi cinta! kaya lo sama Dodi !" Rena memperingatkan sambil melirik ke arahku, muka ku langsung memerah.

"Serius, gue sama Robi ?" tanya Dina penasaran.

"Gue kan hanya bilang inisialnya "R" kan banyak nama dari hurufnya !" jawabku, keduanya mengangguk.

"Sekarang giliran lo Ren! jodoh juga ya ?" kali ini Dina yang mengatakannya.

"Engga jangan jodoh ah! rezeki sama cita-cita aja !" Rena menolak, seperti Dina, Rena pun aku ramal dengan kartu.

Bersambung ...


CREATORS' THOUGHTS
pangeran_Biru pangeran_Biru

Untuk informasi kartu Tarot, aku ambil dari GOOGLE DAN WIKIPEDIA ...

Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C12
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login