"Putra Mahkota Xie Liao Xuan, duduklah!" perintah ayahnya.
Xie Liao Xuan kemudian duduk, dia sedikit tersenyum membalas senyuman dari Raja Laut. Tanpa berpikir macam-macam.
"Kau tentunya sudah sering bertemu dengan Raja Laut, kan?"
"Iya, Baginda Raja. Saya beberapa kali bertemu dengan beliau. Beliau adalah sosok yang benar-benar sangat arif dan bijaksana, bahkan penduduk laut pun sering menyerukan nama beliau karena kepemimpinannya yang luar biasa," jawab Xie Liao Xuan terus terang. Raja Laut lansung tertawa, membuat Xie Liao Xuan ikut tersenyum dibuatnya.
"Kau memang pemuda yang sangat cerdas, Yang Mulia Putra Mahkota. Benar-benar tak salah jika kau adalah penerus dari Yang Mulia Raja Langit."
"Terimakasih atas sanjungannya, Yang Mulia," ucap Xie Liao Xuan lagi.
"Oh ya...," kata Raja Laut, saat sadar jika anaknya terus menarik-narik ujung jubahnya. "Ini adalah putriku, namanya Lim Ming Yu, bagaimana menurutmu, apakah dia cantik?"
Xie Liao Xuan diam, kemudian dia memandang ke arah ayahnya dengan bingung. Namun untuk sekilas dia memandang putri dari Raja Laut lagi sekilas, lalu dia tersenyum.
"Bagaimana bisa keturunan dari Raja yang sangat hebat tidak cantik, Yang Mulia. Putri Anda benar-benar seperti yang Anda harapkan," jawabnya kemudian.
"Lantas kami ingin memberitahumu sesuatu," kata Raja Laut lagi. Kini dia seolah menyuruh Raja Langit untuk meneruskan ucapannya, membuat Xie Liao Xuan memandang keduanya secara bergantian.
"Xie Liao Xuan, kau telah resmi menjadi seorang Putra Mahkota. Namun peresmianmu ini tidak akan menjadi sempurna tanpa adanya sebuah perkawinan kerajaan. Jadi, Ayah telah memutuskan untukmu jika putri dari Raja Laut yang bernama Lim Ming Yu ini akan mendampingimu dan menjadi Ratu masa depan kerajaan langit."
Mendengar hal itu Xie Liao Xuan kaget luar bisa. Dia hanya bisa diam, benar-benar diam sampai-sampai dia tak tahu apa yang harus dia katakan. Bibirnya, bisa saja tersenyum. Namun matanya tampak sekali berkaca-kaca. Sementara Dewa Li Qian Long hanya bisa memandang ke arah Xie Liao Xuan yang terdiam itu. Seolah Dewa Li Qian Long merasakan apa yang Putra Mahkota itu rasakan.
"Xie Liao Xuan, Putra Mahkota?!" tegur ayahnya.
Xie Liao Xuan langsung menoleh, sebuah senyum terukir sangat kaku. Untuk kemudian dia menundukkan kepalanya dalam-dalam untuk sesaat.
"Bawa calon istrimu untuk mengelilingi istana. Tunjukkan kepadanya betapa indah istana langit kita,"
"Baik, Yang Mulia," jawab patuh Xie Liao Xuan.
Kemudian dia berdiri, menunggu Lim Ming Yu untuk berdiri, tanpa memiliki niat untuk membantunya sekalipun.
Setelah keduanya berjalan keluar, Lim Ming Yu terus saja mengekori langkah Xie Liao Xuan. Tapi laki-laki itu hanya berjalan menyusuri tempat demi tempat dalam diam.
"Putra Mahkota, apakah kau merasa bahagia?" tanya Lim Ming Yu, rasa bahagia itu benar-benar sangat nyata tercetak di kedua sudut bibirnya.
"Apakah kau yang menyarankan hal ini, Tuan Putri?" tanya Xie Liao Xuan pada akhirnya.
Lim Ming Yun langsung berjalan mendahului Xie Liao Xuan, kemudian dia tersenyum ke arah laki-laki berparas tampan itu. Senyumnya sangat merekah.
"Tentu saja, dan kau tahu, berapa ratus Putri lagi yang akan datang ke istana langit untuk melamarmu? Akan ada banyak, itu sebabnya aku datang terlebih dahulu. Ketampananmu yang melegenda telah didengar oleh penjuru dunia. Hal itu membuat semua Tuan Putri yang ada di dunia ini menginginkan hal yang sama. Yaitu menjadi Ratu yang mendampingimu di istana ini. Setelah ini kau pasti akan sibuk memilih siapa selir-selir yang pantas untuk kau nikahi setelah pernikahanmu denganku, Putra Mahkota."
Rahang Xie Liao Xuan mengeras mendengar itu semua, kemudian dia pergi begitu saja dari Lim Ming Yu. Lim Ming Yu langsung terbang, mengejar Xie Liao Xuan sambil menarik lengan Xie Liao Xuan. Xie Liao Xuan langsung berkelit, sampai akhirnya tangan Lim Ming Yu diputar oleh Xie Liao Xuan dengan sempurna. Lim Ming Yu langsung meringis kesakitan.
"Apa yang kau lakukan? Apa kau ingin menyakiti calon istrimu?!"
Xie Liao Xuan langsung melepaskan tangan Lim Ming Yu, kemudian dia tampak menahan napasnya. Mengatur emosinya yang benar-benar tak bisa ia kendalikan sekarang.
"Apa kau pikir pernikahan adalah ajang perlombaan? Sampai-sampai kau harus datang ke sini untuk dinkahkan denganku?" tanya Xie Liao Xuan pada akhirnya.
"Karena aku mencintaimu," jawab Lim Ming Yu.
Xie Liao Xuan menelan ludahnya dengan susah, kemudian dia berjalan lagi dengan langkah yang lebih pelan. Dan dengan berani Lim Ming Yu bergelayut manja di lengan kokohnya.
"Bisakah kita menghabiskan hari ini dengan... panjang?" kata Lim Ming Yu setengah berbisik.
"Dayang!" panggil Xie Liao Xuan saat matanya menangkap beberapa dayang yang sedang melintas di depannya.
Dengan takut-takut, meski mereka melirik ke arah Lim Ming Yu karena merasa heran ada seorang wanita bergelayut manja di lengan Putra Mahkota, dayang-dayang itu pun menundukkan wajahnya.
"Ya, Yang Mulia?"
"Tolong antarkan Putri Lim Ming Yu untuk berkeliling istana," putus Xie Liao Xuan. Tapi, saat dia hendak pergi, tangannya kembali ditahan oleh Lim Ming Yu.
"Aku ingin bersamamu, Yang Mulia," manja Lim Ming Yung.
"Aku akan berlatih di hutan yang cukup berbahaya. Dan itu selama dua minggu lamanya. Apa kau yakin akan ikut denganku?"
Mendengar hal itu, Lim Ming Yu memutuskan menurut, dia ikut bersama para dayang-dayang membuat Xie Liao Xuan menghela napas lega kemudian pergi.
Sementara para dayang dari kamar Xie Liao Xuan tampak saing sikut. Melihat adegan aneh yang baru saja terjadi.
"Apakah ini yang disebut dengan pernikahan istana?" tanya salah seorang dayang dengan temannya.
"Kurasa iya. Sebab tadi aku tak sengaja melihat Raja Laut membawa banyak barang ke sini," jawab dayang lainnya.
"Hey, kau tahu, bukankah Putra Mahkota telah memiliki wanitanya sendiri? Tadi pagi, aku membersihkan tempat tidurnya dan... aku tak sengaja melihat tempat tidurnya...," kata dayang lainnya terputus.
"Sebenarnya, aku juga melihatnya. Seorang wanita yang sangat cantik semalam. Dan Putra Mahkota tampak menghabiskan malam itu bersama dengan wanita itu."
"Jika benar itu adanya, apakah Putra Mahkota kita akan mengalami patah hati? Bagaimana bisa setelah sekian ribu tahun dia tak merasa tertarik dengan wanita, di saat dia mulai tertarik semua ini harus terjadi?"
Semua dayang yang ada di sana ikut menangis, seolah mereka merasakan betapa hancur hati tuannya saat ini. Hingga pada akhirnya, kepala pelayan datang menghampiri mereka. Membuat mereka ketakutan luar biasa.
"Apa yang kalian katakan!"
"Oh tidak, tidak, Nyonya!"
"Lekas pergi dan selesaikan pekerjaan kalian!" perintahnya.
Mereka langsung pergi, tanpa berani mengatakan apa-apa. Sebab mereka tahu, bagaimana tabiat pelayan istana itu. Mereka tidak mau sampai wanita Putra Mahkota disakiti oleh kepala pelayan itu dengan cara apa pun.
Di sisi lain, Anqier masih berdiri di bukit pesik yang ada di belakang istana. Kemudian dia dikagetkan dengan rengkuhan tangan besar yang ia tahu milik siapa. Dia pun tersenyum melihat wajah Xie Liao Xuan sudah berada di sampingnya.
"Aku merindukanmu," lirih Xie Liao Xuan. Dia kemudian menenggelamkan wajahnya di leher jenjang Anqier membuat Anqier memutar tubuhnya kemudian memandang ke arah Xie Liao Xuan.
"Apakah ada masalah?" selidiknya. "Apa Yang Mulia Raja tak menyetujui kita?" tanyanya lagi.
Iya, sebenarnya kedatangan Xie Liao Xuan ke istana utama adalah untuk mengatakan kalau dia ingin menikahi Anqier. Namun rupanya, semuanya sudah menjadi sia-sia.
Xie Liao Xuan hanya tersenyum getir, kemudian tanganya menangkap wajah Anqier, bibirnya mencubu bibir Anqier dengan rakus.
Anqier lantas mendorong tubuh Xie Liao Xuan, kemudian dia memerhatikan wajah masam Xie Laio. Dia tahu ada yang tak beres. Dan itu entah apa.
"Apa yang terjadi?" tanyanya lagi. Setelah itu Xie Liao Xuan langsung terseyum selebar mungkin ke arah wanitanya.
"Tidak ada. Tidak ada apa-apa. Aku belum sempat memberitahu Yang Mulia karena dia sedang ada tamu," jawabnya kemudian.
Lama Xie Liao Xuan memandang wajah Anqier, untuk kemudian dia kembali melumat bibir Anqier. Lidahnya sudha bergerilya menjelajahi setiap inci mulut Anqier. Dan tangannya terus mendorong tubuh Anqier sampai membentur pohon.
"Yang Mulia Putra Mahkota, apa yang sedang kau lakukan itu?!"