Download App
68.08% ueueue / Chapter 32: accident#32

Chapter 32: accident#32

Sekarang jam 11 malam, dan Sing masih terjaga karena menunggu kekasihnya itu untuk pergi bekerja dulu baru ia akan tidur.

Ya, Max memiliki jadwal pada hari ini.

Ia dijadwalkan terbang dari bandung ke bali pada jam 12 malam ini, lalu dilanjut dari bali sabah. Dan ketika selesai beristirahat sejenak, ia lanjut menuju bangkok, soetta, lalu kembali ke bandung lagi.

Perjalanan internasional yang cukup panjang menurutnya.

"Aa' dibawa kacamatanya, malem malem pasti agak blur lagi"

"Oh iya, dimana kacamatanya?" Sing lalu mengambilkan kacamata silinder milik Max yang seingatnya berada di kamar, lalu kembali ke ruang tengah.

"Ini" ia lalu menyodorkan itu dan langsung diterima.

"Bang mobilnya udah siap kan?" Tanya Max pada Guardnya lewat sambungan telepon.

"Oke"

Ia menatap Sing, lalu merentangkan tangannya.

"Peluk dulu" pintanya. Sing lalu memeluknya erat sebentar, sementara Max mengusap rambut halus nya.

"Nanti aa' kabarin kalo udah sampe ya? Hari ini Harit libur kok"

"Okedeh, yaudah aa' berangkat dulu ya?" Sing mengangguk. Ia membiarkan Max mencium bibirnya sebentar lalu menatap kepergian lelaki jangkung itu.

"Ih aa' !!" Teriak Sing saat melihat sesuatu yang aneh. Max menoleh padanya.

"Kenapa sayang?"

"Resleting nya belum dinaikin astaga, asetnya Harit ini gaboleh diliatin" Max tertawa, ia lalu membiarkan Sing membenarkannya dengan cepat.

Setelah itu Max segera mengecup pucuk kepalanya sekilas dan langsung pergi ke bandara.

Ia sudah memberi pesan pada Sing untuk segera tidur, lalu jangan keluar keluar karena takut lelaki kecilnya mimisan karena kepanasan.

Sing menurut saja, toh ia sudah merencanakan apa yang akan ia lakukan di penthouse sendirian ini.

Ia akan mencoba membuat kue.

Maka dari itu setelah Max pergi, ia segera tidur agar esoknya bisa totalitas saat membuat kuenya.

Sesampainya Max di bandara, ia langsung memasuki gedung besar itu yang diisi oleh sedikit orang, karena ini sudah tengah malam.

Ia langsung pergi ke ruang pilot dan pramugari.

Berbeda dengan keadaan di ruang umum, di ruang itu justru ramai dengan pilot dan pramugari yang sedang menunggu untuk flight selanjutnya.

"Loh Jack? Lu flight juga?" Tanya Max sambil menghampiri lelaki berkulit kuning langsat yang sedang meminum jus nya.

"Wehlah capt Max, iya gue sama Ben flight ke singapur bentar lagi" jawabnya lalu menyodorkan se cup jus buah pada Max.

"Lu padet jadwal hari ini?"

"Asli padet, gue abis dari singapur bablas ke auckland, abis dari sana ke soetta, abis itu ke malaysia, baru balik ke ponti" jawabnya. Ia menatap Max yang sedang meminum jusnya itu.

"Gue juga padet, ke bali trus ke brunei, lanjut ke bangkok, baru soetta. Mana pas di jalan tadi gue dapet email dari maskapai bakal ada perubahan jadwal. Makanya masih belum pasti kemana aja gue" jelasnya.

"Sama aja berarti" jawab Jack. Ia kemudian mengobrol sebentar dengan pramugari di pesawatnya, lalu kembali menatap Max.

"Gue denger sekitar jam 11 tadi di manila ujan deres, penerbangan banyak yang dialihkan, bahkan kalo yang nekat nyampe holding sama go around beberapa kali" Max menatap Jack dengan kaget.

Ia sering berlatih dengan alat yang ada di apart dormitorynya itu. Alat itu benar benar persis dengan cockpit pesawat tipe Boeing dan ia memiliki satu lagi yang tipe airbus.

Ia sudah banyak mencoba simulasi seperti hal hal yang harus dilakukan ketika hujan badai, angin ribut, kabut, angin pasir, bahkan salju ataupun panas menyengat.

Tetapi ia belum pernah mengalaminya secara langsung. Kecuali sekali, saat perjalanan dari balikpapan ke bandung kemarin.

"Sebenernya, gue sempet ngerasain sih, off autopilot nyata"

"Seriusan lu??" Heran Jack.

"Iya, dari balikpapan mau ke sini waktu itu. Idungnya naik dikit, trus heading ke kiri dua sampe tiga kali. Panic attack banget gue anjir. Ternyata setelah diliat first officer, itu karna flaps di sayap kirinya pindah sendiri" Jack yang mendengar itu pun menatapnya bingung.

"Registrasi apa itu?"

"PK-B5FD, udah dibawa ke garage kok. Sementara gue pake tipe sama juga sih"

Ucap Max lalu menatap snack yang berjejer di sana.

"Wah, gue gaada sih. Semoga lancar lancar aja"

"Amin" jawab Max lalu mengambil chocomilk toast dan memakannya.

Mereka akhirnya menunggu, hingga saatnya diinstruksikan untuk masuk ke pesawat dan segera melakukan prosedur checking.

Max sedang berkeliling di pinggir pesawat untuk mengecek engine secara keseluruhan, lalu setelah selesai ia kembali masuk ke pesawat.

"Ngantuk gak bro?" Tanya Max pada co pilotnya yang seumuran dengannya itu. Mereka dari sekolah yang sama, hanya saja berbeda divisi.

"Gue di cekokin kopi item sama istri, melek lah gue ampe besoknya lagi" ujarnya setengah tertawa.

"Kuat kuatin aja, wkwwkwk"

Cuaca di sekitar bandara BDO cukup baik. Dan karena itu proses takeoff berlangsung dengan lancar.

Penerbangan dari bandung menuju bali memakan waktu 2 jam 20 menit lamanya. Dan disaat sudah mencapai ketinggian 38.000 feet, waktu sudah menunjukkan pukul 12.36 AM.

Max duduk santai, sementara co pilot itu masih sibuk memonitoring beberapa prosedur.

"Selamat malam capten Max, mr. Hin. Ada yang mau di pesan?" Tanya pramugari itu pada keduanya.

"Saya bawakan lotus biscov aja, capt Max?"

" oh nanti aja. Saya udah makan tadi di bandara" tolak Max.

"Oke, ditunggu pesanannya mr. Hin" pramugari itu lalu keluar dari cockpit meninggalkan keduanya.

Perjalanan berlangsung dengan lancar, hingga pada siang hari ketika mereka sudah berada di brunei,

"QZ1948 request pushback to taxiway"

"Ok, check it"

Pesawat take off dengan mulus, cuaca di sana cerah dan tidak terlalu menyengat.

Perjalanan dari brunei menuju thailand memakan waktu sekitar 5 jam 45 menit. Dan setelah empat jam dari take off,

"QZ1948 request to 30.000 feet"

"Ok, clear" jawab petugas ATC.

"Winding power?"

"9 knot parallel"

"QZ1948 on bangkok waypoint, plane speed 480 knot"

Setelah menurunkan ketinggian, akhirnya pesawat sudah mulai menerima butiran butiran es kecil, dicampur dengan hujan.

Ternyata mereka berada di dekat hujan es.

"QZ1948 request heading to the right"

"Ok, heading to the right 30°"

Setelah berbelok untuk menghindari magenta magenta penghasil turbulensi, pesawat masih saja menerima hujan es itu.

Sedangkan bandara Don Meuang sudah berjarak 12 mil darinya.

"Prepare to approach"

"Wind speed?"

"10 knot parallel"

"Weather?"

"Little much ice in magenta, 22°c"

"Ok, landing gear down"

Max sudah mendapat visualisasi runway bandara dengan baik. Lalu ia segera mematikan autopilot.

"One thousand"

Max memegang erat sticknya, lalu membenarkan kacamata nya.

Sudah sedikit lagi mendekat, peringatan windshear berbunyi membuat Max dengan perlahan menaikkan kecepatan dan memutuskan go around.

"QZ1948, request go around and holding for thirty minutes"

Ia lalu menaiki hingga 2000 feet ke holding zone untuk berputar sekitar setengah jam untuk menunggu cuaca sedikit lebih baik disana.

Ia terus berdiskusi dengan Hin bagaimana selanjutnya, lalu mereka memutuskan untuk melakukan prosedur wet landing jika peringatan windshear tidak muncul kembali.

Tapi jika windshear muncul lagi, maka ia harus mengalihkan landing ke bandara di daerah lainnya agar tidak mengambil resiko stall tiba tiba karena windshear itu.

Karena jika pesawat stall dan mesin mengslsmi flame out, kemungkinan untuk selamat hanya 0,0001% saja.

Ia tidak mau.

Ia masih memiliki sesosok yang sangat ia cintai itu tengah menunggunya di penthouse.

_________________________________________


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C32
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login