"Cium! Cium!"
"Cepat cium Lana!"
"Ayo, aku sudah tidak sabar!"
Tangan Sanca gemetar di tengah teriakan penonton. Tak disangka, kali ini dia benar-benar dikalahkan oleh Erza. Hal ini membuat Sanca merasakan sakit di hatinya. Bahkan saat ini dia ingin melompat dari gedung. Sanca tidak menyangka jika hasil akhirnya akan seperti ini.
Erza perlahan datang ke sisi Lana. Saat melihat Erza semakin dekat, jantung Lana mulai berdegup kencang, dan seluruh tubuhnya sedikit panas. Dia juga samar-samar memikirkan malam di Malang saat itu. Ketika Lana terbuai dalam ingatan itu, Erza sudah berada di depan Lana.
Erza perlahan membungkuk ke arah Lana. Pada saat ini, napas Lana agak tidak beraturan. Rasa gugupnya menjadi semakin kuat, sehingga dia tidak tahu sama sekali harus bagaimana. Dia bahkan ingin mengatakan agar Erza bisa lebih cepat.