5 hari sudah sejak kejadian Calista jatuh didalam kamar mandi, 5 hari juga dia dan suami bertopeng libur melakukan hubungan suami istri. Entah karena faktor kebetulan atau bagaimana, 5 hari libur itu Calista malah sedang mendapatkan tamu bulanannya.
Calista telah menghabiskan sarapannya dan kini dia sedang di teras menikmati bunga-bunga yang sedang bermekaran dengan indahnya. Andrew datang membawa sebuah map unik berdesain logo perusahaan Anderson Group.
"Apa ini?" Tanya Calista melihat map yang terletak di atas meja.
"Tuan Darren meminta anda untuk bekerja di perusahaannya sebagai sekretaris pribadi." Jawab Andrew.
"WHAT???" Calista kaget bukan main. Tapi, ini juga kesempatan buat Calista agar bisa melihat wajah sang suami lebih jelas.
"Ada apa? Apakah Anda menolak bekerja sebagai sekretaris tuan Darren?" Tanya Andrew lagi.
"Bukan .... bukan begitu,hanya saja, aku tidak punya pengalaman menjadi seorang sekretaris. Pengalaman terakhirku bekerja adalah sebagai office girl." Sahut Calista lirih.
Andrew tersenyum tipis mendengarnya. "Anda tenang saja, akan ada orang yang membantu di seminggu pertama bekerja. Tapi, untuk selanjutnya anda harus sudah bisa sendiri." Jawab Andrew.
"Dan, satu lagi.... tuan Darren meminta untuk merahasiakan status kalian sebagai suami istri. Hanya keluarga Anderson yang tahu, semua karyawan dan teman-temannya tidak boleh ada yang tahu." Lanjut Andrew lagi.
"Kalau aku harus menyembunyikan statusku, jika nanti.... ada yang menyukaiku dan 'menembak' ku, bagaimana? Aku kan masih single kalau di luar." Jawab Calista sambil menyeringai sinis.
"Hahaha, silahkan saja nyonya kalau mau main-main dengan tuan Anderson. Seingat saya, terakhir kali orang yang berani membuatnya marah telah berakhir di kamar mayat." Jawab Andrew membalas dengan senyum lebarnya.
Calista memiringkan bibirnya dan tertawa sangat singkat, "Ha!"
"Kapan aku mulai bekerja? Oya, aku tidak punya seragam bekerja." Jawab Calista lagi.
"Hari ini anda akan pergi berbelanja di salah satu butik milik mami tuan Anderson. Nyonya besar sendiri yang akan memilhkan seragamnya untuk anda." Sahut Andrew.
"Oya? Hmm .... baiklah kalau begitu." Calista akan bertemu dengan ibu mertuanya. Suaminya bukanlah pria tua dan cacat seperti yang pernah diiklankan. Sebaliknya, suaminya justru seseorang yang memiliki tubuh berotot, dada bidang, dengan tinggi diatas rata-rata. Meskipun dia belum melihat wajahnya. Calista mengetahuinya saat pria itu berbaring tepat diatasnya malam itu. Panjang tubuh Calista hanya sebatas dada pria itu lebih dikit. Ibu mertuanya Calista perkirakan usianya sekitar 50-60an.
Calista bersiap-siap berangkat ke butik ditemani seorang asisten wanita dan supir pribadi khusus yang stand by di rumah untuk melayani Calista antar kemanapun. Perjalanan dari rumah menuju butik tidak memakan waktu lama, hanya setengah jam dan mobil pun telah sampai di sebuah butik elegan dan tampak mewah dari luar. Diatas pintu dan di kaca jendela depan terpampang tulisan DA HOUSE dengan model font berliuk-liuk. Calista turun dari mobil setelah supir membuka pintu penumpang bagian belakang. Bukan karena Calista ingin dibukakan pintunya tapi Calista masih terdiam ragu untuk keluar menemui mama mertuanya yang belum pernah dijumpainya sama sekali sejak menikah.
Calista yang mengenakan celana jeans model pensil dengan kaos kemeja berwarna biru, membuatnya tampak kontras dengan warna kulitnya yang tidak pernah terkena sinar matahari karena selalu berangkat kerja pagi-pagi dan pulang malam hari. Calista memantapkan diri untuk masuk kedalam butik. Begitu pintu dibuka, tampaklah seorang perempuan yang membuka pintu dan menanyakan keperluan Calista datang ke butik.
"Kami ingin bertemu dengan nyonya Sara Anderson." Hera mewakili Calista menjawab pertanyaan perempuan resepsionis tersebut.
"Apakah kalian sudah ada janji?" Tanyanya lagi.
"Katakan saja, nona Calista sudah datang." Jawab Hera.
"Oh, baiklah. Mohon tunggu sebentar." Perempuan itu pun menekan tiga nomor dan tersambung ke salah satu teman lainnya. "Sebentar lagi teman saya akan datang menjemput. Silahkan duduk dulu." Perempuan itu berkata lagi.
"Kami tunggu disini saja. Terima kasih ya." Kali ini Calista yang menjawab.
Hanya berselang beberapa detik, datanglah seorang perempuan berpakaian seragam serba hitam dengan rok hitam dan rambut di gelung keatas, tergopoh-gopoh menuruni anak tangga dari lantai dua. Dia meminta Calista untuk ikut dengannya. Sementara Hera menunggu di ruang tunggu resepsionis.
"Calista, haiii apa kabar sayang? Mari mendekat. Aku ingin melihatmu lebih dekat." Mami Sara menyambut kedatangan Calista dengan bersuka cita. Calista diputarnya ke depan ke belakang. "Postur tubuh kamu bagus, langsing, dan kulitmu pun lembut mirip bayi, hehehe. Tapi sayang ...." Mami Sara mengernyitkan alisnya. "Penampilan kamu mengkhawatirkan." Mami tersenyum lebar dan menggandeng lengan Calista untuk masuk kedalam kantornya berdua saja. "Ann, bawakan kami minuman dingin dan jus jeruk dua ya. Terima kasih." Ucap pemilik butik yang meski usia sudah 50an tapi masih cantik dan segar.
Mami Sara menutup pintunya rapat-rapat.
"Calista sayang, maafkan mami tidak bisa membuka status kamu didepan semua orang. Karena sesuai perjanjian mami dengan Darren, dia mau menikah asalkan tidak diketahui masyarakat luas. Maafkan mami ya sayang. Dari wajah dan penampilan kamu, mami yakin kamu perempuan baik-baik." Ujar mami Sara panjang lebar.
"Tidak masalah mami, akupun tidak mau statusku tersebar luas namun berakhir menjadi janda tidak lebih dari 3 tahun." Gumam Calista dalam hati.
"Iya mami, Calista juga mengucapkan terima kasih pada mami yang mau menerima Calista apa adanya." Jawab Calista dengan ramah dan santun.
"Mami berharap Darren bisa berubah dan menjadi waras setelah ditinggal pacarnya menikah dan menikah denganmu." Dengus Sara kalau mengingat pacar anaknya, Britney yang hanya memanfaatkan Darren. Setiap nasihat yang diberikan mami papinya tidak ada yang mempan sam sekali.
"Ditinggal menikah? Darren punya pacar mi?" Sebutan mami untuk Sara sudah Calista beranikan diri sejak Sara menelponnya tadi pagi dan memanggil mami kalau tidak ada siapa-siapa.
"Ya, Darren ditinggal pas masih sayang-sayangnya pada Britney. Oya, nama mantan pacarnya adalah Britney." Jawab Sara lagi.
Toktoktok ....
"Minumannya bu. Silahkan. Saya permisi dulu." Seorang pelayan membawakan minuman untuk Calista dan Sara.
"Terima kasih ya Ann. Tolong kalau ada tamu buatku, bilang saja aku masih ada tamu penting. Okay?" Ucap Sara dengan ramahnya kepada semua bawahannya.
"Siap bu, kami akan berkata begitu. Permisi." Ann berjalan mundur dan keluar meninggalkan dua perempuan yang masih intens mengobrol.
"Oya, kedatangan kamu untuk memilih pakaian kerja kan? Kamu mau pakaian yang seperti apa?" Tanya Sara kepada menantu perempuan satu-satunya.
"Aku mau yang modelnya sederhana dan tidak seksi. Kalau rok aku lebih suka yang selutut panjangnya." Jawab Calista.
"Hmm baiklah, ayo kamu minum dulu, kita ke lantai satu langsung memilih baju yang akan kamu pakai besok yaa." Calista mengangguk dan segera meminum air dingin dengan sekali teguk.