Anak-anak laki-laki tersebut segera melangkah mundur saat menangkap tatapan galak Andre.
"Beritahu aku, apa yang kalian lakukan pada adikku tadi? Kenapa kalian mengepungnya?" Andre mengangkat alisnya dan bertanya dengan dingin.
"Hanya... Itu ..." Salah satu anak laki-laki itu berusaha menjawab, tapi dia mengalihkan perhatiannya pada anak lain. Mereka semua saling melempar pandangan terhadap satu sama lain, seolah-olah berusaha mencari kandidat yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan Andre. Pada akhirnya salah satu dari mereka menjawab dengan suara rendah: "Kami hanya ingin dia mencium kita ..."
...
Andre terdiam sesaat sebelum menatap Nayla yang sedang bersembunyi di belakangnya. Dia bertanya dengan lembut pada adiknya, "Benarkah itu?"
"Hmm ..." Nayla memeluk tas sekolahnya dan mendongak untuk menatap kakaknya. Kemudian dia mengangguk dengan lembut.
Saat melihat reaksi Nayla, Andre menepuk dahinya dan menghela napas. Lalu dia menunjuk ke ke salah satu anak laki-laki di depannya dan berkata dengan marah: "Kalau begitu jelaskan padaku kenapa kalian memaksa adikku untuk mencium kalian? Apa kalian merasa kalian adalah anak yang tampan dan baik sehingga berhak untuk mencium adikku seenak hati? Dan sepertinya adikku menolak untuk menciummu, jadi kenapa kalian malah menggencetnya? Apakah kalian ingin tumbuh menjadi orang-orang berandalan?"
Semua anak laki-laki di depan Andre menunduk dan terdiam untuk beberapa saat. Pada akhirnya, mereka tidak bisa menahan diri untuk bertanya dengan polos, "Apa itu berandalan?"
"Kalian yang bertingkah seperti itulah yang disebut sebagai berandalan! Gadis polos seperti adikku tidak ingin mencium kalian, tapi kalian malah mengelilingi adikku dan memaksanya untuk mencium kalian! Itulah yang kumaksud sebagai sikap berandalan! Apa kalian mau kupanggilkan polisi agar mereka membawa kalian pergi ke penjaga?!" Ucap Andre dengan galak.
"..."
Begitu mereka mendengar kata polisi dan penjaga, wajah semua anak laki-laki yang mengepung Nayla menjadi pucat.
"Aku harap kalian sadar dan tidak mengepung adikku dan memaksanya untuk mencium kalian di masa depan. Apakah kalian mengerti!?" Andre memperingatkan mereka sekali lagi saat mereka terdiam.
"Baik, kami mengerti ..." Mereka semua menjawab dengan lesu.
"Lebih keras! Aku tidak bisa mendengar kalian!"
"Baik. kami mengerti!!"
"Adikku hanya boleh menciumku. Apa kalian mengerti!?"
"Baik, kami mengerti!!"
"Bagus." Andre mengangguk puas, lalu melambai pada mereka dan berkata, "Sekarang lebih baik kalian bubar sebelum aku memanggil polisi!"
Semua anak laki-laki yang berdiri di depan Andre dan Nayla langsung berlari kembali ke tempat duduk mereka.
Nayla berdiri di belakang Andre dan merasa tersentuh saat melihat kakak laki-laki yang berdiri di depannya untuk melindunginya.
Dia mengulurkan tangannya dant menarik lengan baju Andre dengan lembut.
"Hmm? Ada apa?" Andre menoleh dan menatap adiknya.
"Kakak..." Nayla memanggilnya dengan suara yang pelan.
"Iya, ada apa?" Andre mengangkat alisnya dan berkata, "Lain kali jika mereka ingin menggencetmu dan memintamu untuk mencium mereka, kau harus berani melawan mereka, oke? Atau kalau tidak, lebih baik kau melaporkan perbuatan mereka pada gurumu."
"Hmm, oke ..." Nayla mengangguk patuh.
Kemudian Nayla kembali membuka mulutnya.
"Kakak... bisakah kau berjongkok?" Nayla bertanya dengan suara pelan dan menatap Andre yang bertubuh jauh lebih tinggi darinya.
"Kenapa kau menyuruhku untuk berjongkok?" Andre menatapnya dengan ragu, tetapi beberapa saat kemudian dia berjongkok sesuai dengan perintah Nayla.
Detik berikutnya, lengan kurus dan lembut memeluk lehernya, dan sesuatu yang hangat menyentuh pipinya.
Andre membeku di tempatnya saat merasakan sensasi tersebut.
Nayla memeluk leher Andre dan mencium pipinya dengan lembut. Sesaat kemudian dia melepaskan pelukannya sambil merona merah dan berkata, "Terima kasih, Kakak."
Andre mengulurkan tangannya dan menyentuh tempat di mana Nayla baru saja mencium dirinya. Dia hanya bisa merasakan sensasi lembut yang segar di pipinya.
"Kenapa kau menciumku ..." Dia memandang Nayla yang berdiri di depannya dengan sedikit canggung. Matanya terlihat berbinar-binar.
"Bukankah Kakak baru saja mengatakannya?" Nayla bertanya balik dan memiringkan kepalanya dengan pelan.
Memangnya apa yang baru saja dia katakan?
Andre tercengang. Memangnya apa yang baru saja dia katakan? ?
"Kakak baru saja berkata bahwa hanya Kakak saja yang boleh menciumku!" Ucap Nayla dengan muram sambil menatapnya.
"..."
Andre terdiam. Tadinya dia hanya mengucapkan kalimat itu secara tidak sadar ketika dia marah, tetapi dia tidak menyangka bahwa dia benar-benar akan mengatakannya.
Wajah Andre merona merah.
Tapi ketika dia dan Nayla saling bertukar pandang, pintu kelas tiba-tiba terbuka. Guru Nayla masuk sambil tersenyum dan berkata, "Anak-anak, bersiaplah, kita akan mengakhiri pelajaran hari ini... uh..…Maaf, kau datang dari mana?"
Ketika guru Nayla melihat Andre yang sedang berjongkok di depan Nayla, dia terkejut.
"Aku datang untuk menjemput adikku dari sekolah." Andre berdiri dan berkata dengan ekspresi serius.
"Oh, ternyata kau kakak laki-laki Nayla, ya." Guru kelas TK kecil berkata kepada Andre sambil tersenyum: "Meskipun kita akan segera pulang, ini masih belum waktunya bagi kelas TK kecil untuk menyelesaikan jam pelajaran, jadi kenapa kau masuk?"
"Jika aku tidak masuk, aku tidak akan bisa menghentikan sekumpulan anak laki-laki yang mengelilingi adikku dan memaksanya untuk mencium mereka," kata Andre dengan marah pada guru kelas TK kecil.
"Tapi begitulah cara anak-anak mengekspresikan rasa sayang mereka terhadap satu sama lain." Guru itu memandang Andre dengan geli: "Nayla adalah murid baru. Semua orang mengungkapkan kasih sayang mereka padanya dengan cara ini."
"Ada banyak cara untuk mengungkapkan kasih sayang, jadi mengapa kalian harus menggunakan cara yang tidak disukai oleh adikku?" Andre mengangkat kepalanya dan memandang guru Nayla dengan kesal dan melanjutkan kata-katanya. "Pokoknya, kalian harus tahu bahwa hanya aku yang boleh mencium adikku. Tidak ada anak laki-laki lain yang boleh menciumnya selain aku! "
"Oke." Secara mengejutkan, GuruNayla tidak terlihat kesal setelah mendengarkan kata-kata Andre. Dia masih menatapnya sambil tersenyum dan berkata: "Kalau begitu lain kali aku akan memberitahu teman-teman sekelas Ratna untuk mengungkapkan rasa sayang mereka dengan cara yang disukai Nayla."
"Huh." Andre mengalihkan pandangannya dengan ketus.
"Bu Ratna, sudah waktunya kelas Anda untuk bubar. Mengapa Anda tidak membubarkannya?" Seorang guru lain memasuki kelas dan bertanya ke dalam.
"Aku baru saja akan membubarkannya." Bu Ratna menoleh dan menjawab guru yang bertanya padanya dari pintu.
"Loh? Andre? Kau Andre, kan?" Guru yang berdiri di depan pintu bertanya dengan heran saat melihat Andre.
"Apakah kau kenal dia?" Bu Ratna bertanya dengan heran.
"Dia pernah bersekolah di taman kanak-kanak ini." Guru tersebut tidak bisa menahan senyumnya dan berkata, "Dia dikenal memiliki temperamen yang buruk."
"Hmm...Pantas saja." Bu Ratna menyeringai dan mengangguk-angguk.
Andre merasa tidak nyaman saat mendengar kedua guru tersebut berdiskusi di depannya.
"Kakak, apa yang mereka bicarakan?" Nayla menoleh dan melihat kakak laki-lakinya dengan bingung, "Apa itu temperamen?"
Kedua guru itu tertawa serempak saat mendengar pertanyaan Nayla.
"Bukan apa-apa, abaikan saja," Andre berbisik dengan kesal.