Hari ini Arini berangkat ke Jakarta bareng Yanuar menggunakan mobil Yanuar. Kebetulan memang hari ini Yanuar akan kembali ke Jakarta jadi sekalian mengajak Arini juga. Arini dengan senangnya menerima tawaran dari Yanuar.
"Kamu sudah ngasih tahu ke Dilan kalau berangkat bareng aku ?"Yanuar menyetir sambil menoleh kearah Arini yang duduk disebelahnya.
"Sudah kok."Arini sambil memasang sabuk pengaman yang terasa sulit sekali ketika dipasang.
Yanuar melihat Arini masih sibuk dengan sabuk pengamannya. Arini memang kesusahan dalam memasang sabuk pengaman itu.
Selama perjalanan mata Arini tidak henti-hentinya melihat pemandangan dipinggir jalan. Rasa-rasanya ketika melihat suasana jalan raya dan pemandangan pohon-pohon dipinggir jalan mampu membuat hatinya terhibur dan lupa dengan masalah hidupnya.
Karena waktu tempuh Bandung-Jakarta cukup lama, Arini kini ketiduran di mobil. Kedua matanya sudah mulai capek melihat suasana jalan raya yang ramai sekali itu.
"Dia ketiduran.���merasa suasana di mobil hening Yanuar mencoba melirik kearah Arini sebentar. Yanuar tergolong cowok pendiam dan hanya bicara kalau ada pentingnya saja. Ternyata Arini sudah tertidur disampingnya.
Setibanya di Jakarta, Yanuar bingung mau dibangunkan apa nggak Arini. Yanuar tidak tahu dimana alamat rumah Dilan, orang yang akan dituju Arini itu. Apalagi melihat Arini yang masih tertidur pulas disampingnnya membuat Yanuar tidak tega membangunkannya.
"Apa aku bawa ke rumahku dulu. Sekalian dia bisa istirahat di rumahku."Yanuar memasukkan mobilnya kedalam garasinya dan mengamati Arini yang masih tertidur.
Akhirnya Yanuar memutuskan untuk membawa Arini ke rumahnya dulu. Sembari menunggu Arini bangun.
"Mamah."Yanuar memanggil mamahnya yang kebetulan pintu rumahnya terbuka.
"Udah pulang nak?"mamah Yanuar menyambut anaknya yang baru pulang.
Yanuar sendiri adalah anak satu-satunya di keluarganya. Sejak lahir Yanuar tidak tahu siapa dan dimana ayahnya sekarang. Setiap Yanuar bertanya tentang ayahnya pasti mamahnya langsung menangis. Yanuar yang sudah sejak kecil hidup berdua dengan mamahnya saja membuatnya tidak ingin mamahnya menangis hanya karena pertanyaan itu. Jadi sampai sekarang dia tidak pernah tahu tentang ayahnya.
Hingga akhirnya sekarang Yanuar tahu kalau dia dilahirkan dalam keadaan tanpa ayah. Itulah sebabnya mamahnya menutupi semua tentang ayahnya dari Yanuar. Mamahnya saat hamil dirinya, ayahnya tidak mau bertanggung jawab atas dirinya dan mamahnya. Jadi setelah menikah ayahnya langsung pergi tanpa meninggalkan benda-benda berharga sedikitpun kepada mamahnya.
Ketika sudah dewasa, Yanuar menyuruh mamahnya untuk tetap tinggal di rumah saja sedangkan yang bekerja adalah Yanuar. Jadinya mamahnya setiap hari hanya mengurusi keperluan Yanuar dan membersihkan rumah saja.
"Mah di dalam mobil ada teman Yanuar yang teridur. Dan sekarang dia kecapekan banget setelah perjalanan dari Bandung-Jakarta ditambah lagi macet di jalan tadi."mamahnya langsung melihat kearah mobil anaknya.
Mamahnya Yanuar menghampiri mobil anaknya yang sudah terparkir di garasi rumahnya. Bu Siti nama mamahnya Yanuar, terkejut sekali ketika ada seorang wanita cantik dan lucu tengah tertidur di dalam mobil anaknya.
"Ini siapa nak?"Bu Siti mengintip lewat kaca mobil kemudian menoleh kearah Yanuar yang berdiri disampingnya.
"Itu orang yang aku temuin di Bandung mah. Kebetulan dia hari ini mau pergi ke Jakarta juga. Jadi sekalian aku ajak dia biar semobil denganku."jawab Yanuar dengan santai sambil menatap Arini yang masih tertidur di dalam mobil.
"Terus di kepalanya kenapa ada bekas luka."akibat kecelakaan kemarin membuat dahi Arini terluka. Di dahi, telapak tangan, lutut, kakinya terdapat luka bekas kecelakaan itu. Bu Siti melihatnya menjadi kasihan.
"Kemarin dia hampir ditabrak mobil. Untungnya aku bisa nyelamatin dia."Yanuar menggaruk kepalanya sambil mengingat kejadian kemarin ketika menyelamatkan nyawa Arini.
"Kok bisa. Ya sudah nanti aja ceritanya. Kamu bawa dia masuk saja. Kasihan itu dia."Bu Siti menyuruh anaknya untuk membawa Arini masuk ke dalam rumahnya. agar bisa istirahat di dalam. Yanuar dengan sigap langsung mengangkat tubuh Arini.
Arini digendong Yanuar ke kamar tamu. Rumah yang ditinggali Yanuar dan mamahnya bisa dibilang luas sekali. Dahulu mereka berdua awalnya tidak tinggal di rumah tersebut, melainkan tinggal di rumah sederhana. Berkat kerja keras dan keuletan Yanuar mampu membeli rumah seluas itu.
Bu Siti beruntung memiliki anak seperti Yanuar. Bagaimana tidak, selama Yanuar berjuang dari nol untuk bisa sesukses ini Yanuar rela menyampingkan urusan cintanya agar bisa fokus membangun usahanya itu. Dan buktinya sekarang Yanuar bisa memiliki usaha perhotelan dan restaurant yang memiliki beberapa cabang di beberapa kota di Indonesia. Itu semua berkat kegigihan dan kerja keras anaknya.
"Bawa dia ke kamar tamu aja nak."perintah mamahnya kepada Yanuar yang masih menggendong Arini.
Setelah sampai di kamar tamu, Arini langsung diletakkan di atas kasur empuk disana. Arini masih tertidur dengan nyenyaknya.
"Dia ke Jakarta mau ngapain nak?"Bu Siti bertanya.
"Kita bahas diluar saja mah."Yanuar menuntun mamahnya keluar dari kamar tamu agar Arini bisa istirahat dengan tenang.
Setibanya di ruang tamu, Yanuar dan mamahnya langsung duduk berhadapan. Mamahnya terlihat penasaran sekali karena Yanuar terlihat menyembunyikan sesuatu dan meyimpan rahasian mengenai wanita yang baru datang tadi.
"Mah dia itu kasihan. Dia hidup sendiri orangtuanya telah meniggalkannya sejak kecil. Dan sekarang dia tengah punya masalah."Yanuar sambil memainkan jari-jemarinya.
"Kasihan banget dia. Terus masalahnya apa itu nak?"Bu Siti mendekatkan tempat duduknya supaya lebih dekat lagi dengan tempat duduk anaknya dan bisa mendengarkan lebih jelas lagi.
"Aku udah janji mah sama dia. Nggak akan bocorin semuanya."kata Yanuar.
"Ini sama mamah. Mamah nggak akan bocorin ke orang lain. Siapa tau kita bisa bantu dia."Bu Siti rasanya ingin membantu masalah yang tengah dihadapi Arini itu.
Naluri keibuannya muncul ketika melihat Arini harus hidup sendirian tanpa orangtuanya. Melihat Arini sama saja dia teringat dengan anaknya yang harus hidup tanpa kasih sayang ayahnya. Sedangkan Arini harus hidup tanpa ayah dan ibunya sekaligus. Pasti rasanya lebih sakit Arini daripada Yanuar..
"Mamah itu nggak tegaan melihat ada orang yang terlantar. Kalau lihat Arini itu mamah jadi keingat kamu waktu kecil yang harus hidup tanpa belaian kasih sayang dari ayahmu. Sedangkan dia malah harus sendirian hidupnya. Apa tidak lebih parah dari kamu nak."Bu Siti bisa merasakan rasa sedih yang dialami Arini itu. Ditambah lagi Arini katanya punya masalah lagi sekarang.
"Dia itu namanya Arini mah. Dia saat ini tengah hamil."belum selesai bicara mamahnya langsung terkejut dan menutup mulutnya yang hendak berteriak.
"Hamil."Bu Siti memastikan kembali. Yanuar langsung mengangguk.
"Apa dia sudah menikah? Mamah lihat wajahnya masih imut-imut gitu kayak masih kecil dan sekolah."Bu Siti terheran melihat kalau Arini masih terlalu dini untuk hamil. Dilihat dari wajah Arini ketika tertidur di dalam mobil.
"Belum mah."Mamah Yanuar merasa kayak ada petir menyambar hatinya. Dia kaget setengah mati.
Yanuar dan mamahnya melanjutkan obrolannya hingga tidak sadar kalau Arini sudah mulai bangun dari tidurnya. Kini mamahya sudah tahu semua permasalahan Arini dari Yanuar.
Sedikit demi sedikit Arini membuka matanya dengan pelan. Dia terkejut ketika disekelilingnya terlihat asing baginya. Warna ruangan yang didominasi warna abu-abu padahal seingatnya tadi dia berada di dalam mobil bersama Yanuar.
Arini bangun dari kasur empuk yang ditidurinya itu. Dia melangkah dengan pelan-pelan hendak keluar dari kamar itu.
Ceklek
"Kamu sudah bangun nak?"tanya mamahnya Yanuar langsung berdiri dari tempat duduknya karena melihat Arini sedang membuka pintu..
"Maaf ini saya dimana ya?"tanya Arini dengan linglung. Dia tidak melihat kalau ada Yanuar tengah duduk di ruang tamu sambil memandanginya.
"Kamu ada di rumahnya Yanuar sayang."jawab mamah Yanuar sambil memegang pundak Arini.
"Oh ini rumahnya Kak Yanaur ya. Bagus juga rumahnya."batin Arini sambil memandangi isi rumah Yanuar.
"Tenang saja. Nggak usah takut."mamah Yanuar menenangkan Arini yang terlihat bingung dan takut.
Arini dituntun oleh mamahnya Yanuar menuju ruang tamu. Disana mereka sudah disambut Yanuar yang sedang duduk. Arini terkejut melihat Yanuar sudah duduk manis di sofa. Dia duduk bersebelahan dengan mamahnya Yanuar dan didepannya ada Yanuar. Arini merasa canggung sekali.
Dia melihat rumah Yanuar luas dan bagus sekali. Walaupun tidak mewah-mewah amat tapi kalau ditinggali mereka berdua saja sudah lebih dari cukup. Apalagi design rumahnya terlihat kayak rumah local dan di sudut ruangan terdapat beberapa hiasan ukiran kayu disana. Bahkan dibelakang rumahnya terdapat taman cantik namun tidak terlalu luas tapi cukup untuk merilekskan pikiran ketika sedang kalut.
"Ini minum dulu."Yanuar tahu kalau Arini masih belum tenang jadi diberi minum dulu biar rileks sedikit.
Arini melihat Yanuar yang duduk didepannya sebentar baru kemudian meminum air putih yang dikasihkan tadi .
"Kamu tinggal disini saja gimana?"mamahnya Yanur membuat Arini kaget. Dia tidak bercerita apa-apa tapi tiba-tiba disuruh tinggal disana.
"Tinggal disini tante?"Arini bingung.
"Anak mamah sudah cerita semua ke saya."Arini langsung menoleh kearah Yanuar yang ada didepannya. Ternyata yang sedang mengajaknya bicara adalah mamahnya Yanuar.
"Cerita apa tante?"Arini menebak kalau Yanuar sudah cerita semua rahasianya kepada mamahnya.
"Sudah kamu nggak usah khawatir, tante nggak akan membocorkan semuanya ke orang lain. Karena tante tahu gimana rasanya jadi posisi kamu. Tante dulu ngrasain kayak kamu gitu."omongan mamah Yanuar membuat Arini langsung berkaca-kaca. Yanuar yang sudah dipercayainya untuk menyimpan rahasianya malah membocorkannya ke orang lain.
���Kenapa kamu ceritain ke mamah kamu."Arini langsung menatap kearah Yanuar. Dengan tatapan kecewa.
Arini langsung menangis tersedu-sedu. Dia tidak mengira kalau Yanuar yang dia anggap baik itu malah dengan teganya membocorkan rahasianya. Arini langsung menunduk dan menangis sejadi-jadinya di lututnya.
Mamah Yanuar langsung mendekap erat tubuh Arini yang sedang menangis itu. Yanuar melihatnya tidak tega. Tapi mau gimana lagi mamahnya sudah terlanjur tahu semua.
"Kamu nggak usah takut, tante akan jaga rahasia kamu ini. Tante juga akan bantu kamu untuk menghadapi semua masalah kamu. Karna tante juga pernah ngalami sama kaya kamu."mamahnya Yanuar membisikkan ke telinga Arini.
Arini langsung mendongakkan kepalanya untuk menatap mamahnya Yanuar. Walaupun penglihatannya agak kabur karena ada air yang menggenangi matanya.
"Tante dulu sama seperti kamu. Dan kamu tahu Yanuar, dia juga harus hidup sendiri sama tante dan tanpa mendapatkan kasih sayang dari ayahnya. "Mamahnya Yanuar langsung menceritakan kejadian masa lalunya dulu. Arini baru tahu kalau dirinya ternyata senasib dan seperjuangan dengan mamah Yanuar.
"Pantas saja dia begitu baik padaku."Arini masih menangis.
"Tante yakin kamu pasti kuat menjalaninya sendirian. Kalau kamu memang sudah bulat untuk membesarkan anakmu sendiri ya sudah yakinlah kalau kamu pasti bisa. Tante aja bisa pasti kamu juga bisa."mamahnya Yanuar bericara sambil memeluk tubuh Arini. Arini merasakan sesuatu yang hilang dan kembali ke dalam tubuhnya. Pelukan seorang ibu yang sangat ditunggu-tungguinya selama ini bisa didapatkannya dari mamahnya Yanuar.
Arini menangis tersedu-sedu di dekapan tubuh Bu Siti. Sedangkan Yanuar hanya bisa memandangi dua orang perempuan yang mempunyai masalah sama. Jujur dalam hati Yanuar juga tidak kuat harus melihat dua orang perempuan yang memiliki masalah sama. Sama-sama harus berjuang sendiri membesarkan anak seorang diri. Apalagi harus melihat perjuangan mamahnya sendiri dalam merawat dan membesarkannya seorang diri tanpa bantuan ayahnya.
"Berarti tante dulu sama kayak saya?"Arini melepaskan pelukan mamahnya Yanuar.
"Iya."mamahnya Yanaur langsung mengangguk karena memang pernah mengalami apa yang sedang dialami Arini sekarang.
"Pasti berat ya tante harus berjuang seorang diri pas tante membesarkan Yanuar?"pertanyaan Arini langsung diangguki mamahnya Yanuar.
Arini sadar memang berjuang seorang diri tanpa dampingan seorang laki-laki itu berat apalagi sudah ada anak. Seakan-akan hidup begitu terasa berat sekali. Semua serba dilakukannya sendiri. Mungkin itulah yang juga dirasakan mamahnya Yanuar saat mengandung Yanuar dulu.
"Mamahnya Yanuar aja bisa masak aku nggak bisa sih."batin Arini dalam hati sambil memandangi mamahnya Yanuar. Dia merasa mendapatkan motivasi dari Bu Siti agar sabar menjalani kehidupannya sekarang.
"Tante mau kamu tinggal disini saja. Disini kamu akan aman. Kamu nggak usah takut kalau laki-laki itu sampai menemukanmu. Soalnya rumah tante ini keamanannya sangat terjaga. Kalau ada orang yang masuk ke keompleks sini harus minta izin dulu hendak menemui siapa. Jadi tinggallah disini saja."Arini bingung sekaligus merasa senang karena lagi-lagi dipertemukan dengan orang-orang yang baik kepadanya.
Arini bersyukur ditengah masalah yang dihadapinya tenyata masih ada banyak orang yang peduli dan sayang sama dia. Jadi dia tidak merasa kesepian dan sedih lagi dalam menjalani hidup.
"Tapi saya sudah bilang sama Kak Dilan kalau saya akan tinggal bersama pacarnya."jawab Arini. Dia baru ingat dengan Dilan.
"Coba dipikir-pikir lagi. Kalau kamu tinggal disini tante bisa bantu kamu merawat anakmu. Tapi kalau kamu tinggal sama pacarnya teman kamu apa kamu nggak merasa canggung. Disini juga Yanuar sudah setuju kalau kamu tinggal disini."mamahnya Yanuar menceramahi Arini. Kalau dipikir-pikir, apa yang dibilang mamahnya Yanuar ada benarnya juga. Tinggal bersama pacar Dilan malah membuatnya merasa canggung ketika hendak meminta bantuan.
"Sudah nggak usah pikir lama-lama. Tinggallah disini. Kami ini baik nggak usah khawatir."mamahnya Yanuar melihat Arini hanya bengong saja sambil memikirkan sesuatu. Bu Siti dan Yanuar teah sepakat memberikan tumpangan kepada Arini.
"Nanti saya tanya dulu sama Kak Dilan ya tante."Arini masih bingung.
"Udah kamu tinggal disini saja. Terus beritahu ke Dilan kalau kamu tinggal disini bersama mamah aku."kata Yanaur dengan santainya. Arini mempertimbangkan masukan dari Yanuar.
"Ya sudah nanti aku kabari kak Dilan dulu. Tapi apa aku nggak merepotkan kalian kalau aku tinggal disini?"
"Nggak lah."Yanuar menjawabnya dengan cepat. Arini yakin kalau Yanuar dan mamahnya sudah bersedia menampungnya.
"Percayalah, kita justru malah senang kalau kamu tinggal disini. Jadi rumah ini akan tambah ramai karena ketambahan satu orang lagi. Wkwkwk.'kata mamahnya Yanuar. Arini mendengarnya langsung lega.