Begitu pesawat semakin menjauh, lambaian tangan Alexa berhenti dan tangannya menggantung di sisi tubuh dengan lemas. Dia merasa kosong dan hampa. Berharap bisa menghentikan waktu agar segalanya tetap berjalan seperti satu minggu terakhir alih-alih kembali normal.
Sebuah hela napas panjang terembus, membentuk uap tipis yang membumbung di depan wajah. Bahkan untuk mengajak pulang saja Alexa tidak mampu mengatakannya. Alih-alih Skylar lah yang memecah hening di antara mereka. "Ayo kita pulang."
Tanpa mengangguk, Alexa berbalik dan berjalan menuju mobil. Dia tetap diam dan tidak mengatakan apapun. Sebagian besar karena canggung ketika sudah ditinggalkan kembali berdua bersama Skylar. Sampai duduk di dalam mobil pun Alexa tidak mengatakan apapun.
"Terima kasih, Alexa." Lagi-lagi pemuda itu berkata sambil menepuk kepala Alexa pelan.