Download App
20.68% The Eyes are Opened / Chapter 42: Malam Pentas Seni (Part 03)

Chapter 42: Malam Pentas Seni (Part 03)

Dentuman iringan musik dengan lembut membuka awal dari pentas drama yang aku mainkan. Lampu sorot berwarna warni menghiasi panggung dan membuat penonton terfokus pada tokoh yang sedang berdialog. Kami bermain sesuai dengan latihan yang telah kami pelajari dari beberapa minggu lalu, namun beberapa pemeran yang lupa dengan dialognya pun sering kali mengimprovisasi sendiri apa yang ingin mereka ucapkan. Saat itu peranku belum di mulai, masih menunggu giliran beberapa orang yang naik ke atas panggung. Aku memberanikan diri untuk melihat di balik tirai panggung seberapa banyaknya penonton yang hadir. Tak kusangka sangat banyak sekali penonton yang melihat pertunjukkan kami. Dari guru-guru pegawai administrasi sekolah hingga seluruh siswa dari kelas satu sampai dengan siswa kelas tiga melihat penampilan kami. Perasaan senang dan bangga menyelimuti seluruh hatiku, tak ku sangka jika drama yang kami tampilkan mendapat perhatian dari seluruh warga sekolah.

Kak Willi yang berada di sebelahku mengingatkanku untuk naik ke atas panggung sebentar lagi, aku semakin gugup setelah mendengar hal itu. Namun kak Willi yang tahu aku menjadi gugup kembali mengingatkan untuk menarik nafas yang panjang sebanyak tiga kali sebelum kakiku melangkahkan ke atas panggung. Tak butuh waktu yang lama setelah kak Willi mengatakannya, segera aku praktekkan dan waktu selesai aku menghirup nafas panjang yang ke tiga, giliranku naik ke atas panggungpun tiba. Aku melangkahkan kakiku dengan percaya diri, dan memulai dialogku di atas panggung sebagai seorang putri. Semua penonton bersorak sorai dengan riang melihatku di atas panggung, mereka terkesima akan penampilanku malam itu. Hingga akhir penampilan drama kami, sorak sorai dan tepuk tangan dari seluruh penonton yang tak lepas dan henti-hentinya menutup pentas kami malam itu.

Hari semakin larut, udara dingin malampun telah menusuk kulit, bulan dan bintang menyinari sebagian sekolah kami malam itu hingga tampak cantik saat di lihat dari jauh. Malam itu merupakan malam yang mengesankan. Pertunjukkan drama timku sukses dan berhasil membuat seluruh penonton terpukau dan bahagia. Yap, drama yang aku mainkan bukanlah dram ayang biasa dan monoton sehingga dapat membuat penonton bosan, melainkan drama dengan tema komedi-kerajaan yang di angkat dari kisah kakak-kakak kelas tiga yang kerap kali mengkelas-kelaskan kelompok mereka. Hampir seluruh penonton sangat menyukai dengan pementasan kami hingga beberapa guru berani memberikan nilai plus pada nilai sosial kami di raport dan terdapat guru bahasa Indonesia yang menjanjikan memberikan nilai +10 pada nilai ujian akhir kami kelak. Kami sangat bahagia malam itu dan bersorak sorai sebagai perayaan keberhasilan drama kami malam itu. Selesai huforia dari tim Theater selesai, kak Willi meminta kami untuk bergegas ke ruang bascamp sekaligus untuk berganti kostum. Dengan semangat aku pun langsung bergegas ke ruang bascamp dengan mengangkat gaun bagian depan menggunakan tangan kanan dan tangan kiriku menjinjing kedua sepatuku. Disaat aku berlari dari belakang panggung hingga di dekat pintu gerbang samping sekolah, aku terkejut karena teman-temanku telah menungguiku di sana dengan tatapan bahagia mereka.

"Andraaaaaa!!!" Teriak Claudi dan Karin dari kejauhan saat melihatku.

"Haaiiii.." Balasku sambil berlari kecil menghampiri mereka di dekat bangku taman sekolah.

"Wah Ndra, kamu malam ini cantik banget lho! Sampe aku tadi lihat hampir nggak kenalin kalau itu kamu." Ucap Claudia yang tanpa henti memperhatikanku.

"Congrtas ya Ndraaa!! Ini ada hadiah dari aku buat mu" Ucap Karin yang tersenyum sambil memberikan segelas es coklat milo dingin hasil jualan stand bazarnya.

"Makasi lho rin tahu aja aku lagi kehausan. Uwaahhhh..segarnyaaa.." Ucapku sambil langsung meneguk es dari Karin.

"Ehhh kami juga mau kasih ucapan lho buat mu Ndra." Ucap Alex yang sedang berdiri di belakang Claudia dan Karin.

"Eits, tappi jangan di habisin sendiri ya! Di bagi-bagi juga sama timmu." Tukas Alex sambil memberikan sekotak kue bolen pisang bandung.

"Waaahhh makasi lho lex.. Makasi juga Ben, Yo."

"Hah kita nggak ikutan ngasih itu Ndra." Ucap Theo.

"Hmm... kalau gitu tumben banget lu baik Andra Lex, pasti lu ada maunya deh!" Celetuk Claudi.

"Uhmmm.. Hehehehe.. Iya sih Ndra.. Maaf nih yaa sebelumnya.. Hehehe.. Bisa kenalin aku sama itu nggak, uhmm.. cewek yang rambutnya panjang..uhmm..itu lho.. Selena." Ucap Alex yang mendadak menjadi anak pemalu.

"Hah?? Selena? Kenapa nggak langsung kenalan aja? Kamu suka dia lex?" Ucap Ruben.

"Apa'an sih Ben. Gak peka banget." Jawab Alex ketus.

"Yaaa... kan aku nggak paham lexxx.."

"Udah ah Ben capek kalau aku jelasin kamu bisa panjang kali lebar. Jadi gimana Ndra? Bisa kan?" Tanya Alex sekali lagi.

"Uhmm.. Lex, mending kamu kelanan aja sendiri deh sama Selena. Aku nggak kenal dekat juga soalnya. Apalagi Selena selalu sama gengnya itu. Lu tahu kan?"

"Terus jadi?" Tanya Alex lagi.

"Ya, aku nggak mau lex. Soriii.. tapi nanti kue mu aku sampein ke anak-anak theater deh. Thank's ya. Aku ke atas dulu ya.. Byee.." Ucapku sambil kembali berlari menyusuri halaman sekolah dan menaiki tangga menuju ruang bascamp.

Aku berjalan menyusuri lorong kelas yang gelap di tengah lampu remang-remang pancaran dari halaman sekolah menyinari setiap langkahku. Di saat hendak tiba di ruang theater aku melihat sesosok bayangan seseorang yang tengah berdiri di ujung jalan. Kakiku terhenti sejenak memastikan bahwa bayangan itu adalah manusia. Aku mendekati pelan-pelan hingga sedekat mungkin pada sosok itu.

"Andra!!" Teriak suara pria dari bayangan di ujung lorong memanggil namaku.

"Siapa di sana?" Teriakku menjawab panggilan tersebut.

"Oh, maaf. Ini aku Andrew." Jawabnya sambil bejalan ke arahku. Di saat itu barulah aku dapat melihatnya dengan jelas jika itu benar-benar suara dari kak Andrew yang tengah menungguku.

"Ah, kak Andrew. Ada perlu apa ya kak?"

"Uhmm aku mau bicara sama kamu sebentar bisa nggak?"

"Sekarang? Tapi aku harus ganti baju dulu. Nanti kak Willi pasti mencariku." Ucapku.

"Oh. I-iya nggak apa. Kamu masuk dulu aja untuk ganti baju, aku tunggu." Ucapnya dengan nada yang lembut dan tersenyum manis padaku.

Aku menganggukkan kepala lalu bergegas ke ruang theater yang telah di depan mata.

"Andraaaa!!! Ayo cepat ganti bajumu!" Teriak kak Willi yangsedang berdiri di samping kak Cella yang tengah menungguku dari tadi.

Aku menaruh kotak kue yang di berikan Alex di atas meja dekat lemari piala dan juga sepasang sepatu heels yang ku gunakan tadi di sebelahnya. Aku langsung menghampiri kak Cella yang menyambutku dengan langsung membantuku mengangkat petikut dari gaun yang ku gunakan.

"Kak Will, itu ada kue tolong di bagi-bagi ke tim ya! Itu dari temanku ngucapin selamat ke tim theater!" Teriakku dari dalam ruang ganti.

"Oke! Makasi yaaa! Guyss!! Ini ada snack silahkan ambil satu-satu." Ucap kak Willi.

"Maaf ya kak sudah nunggu aku lama dari tadi untuk ganti baju." Pinta maafku pada kak Cella.

"Ah, nggak apa kok Ndra. Si Willi aja yang terlalu berlebihan. Dia cuman ingin semua timnya selesai tepat waktu dalam berbenah setelah acara, agar nggak kemalaman menggunakan ruangan ini. Lagi pula kalau semuanya sudah beres, kita bisa pualng lebih cepat dan bisa ikut belanja di bazar sama-sama.." Ucapnya sambil tersenyum manis padaku.

Akhirnya aku selesai membersihkan wajahku dari makeup yang ku gunakan tadi serta mengganti pakaianku dengan pakaian biasa. Aku bergegas keluar dari ruang bascmap teringat ada orang yang telah menunggu ku di depan.

"Lho Ndrew ngapain lu di sini?" Tanya Willi yang saat itu lewat.

"Oh Will, nggak apa-apa.. Gue lagi nunggu seseorang aja." Ucapnya sambil tersipu malu.

"Hah? Siapa? Cewe lu? Hayooo.. mau ngapain lu di tem[at gelap dan sepi giniiii... Awas ada setan lewat lho! Hahahaha..."

"Kagak. Belum jadi cewe gue kok hahahaha.. Heh ngomong-ngomong setan lewat tuh dari tadi di sini sudah banyak lagi yang sliweran."

"Hah? Ngomong apa sih lu. Jangan ngaco deh!" Ucap kak Willi dengan nada sedikit takut dan seketika melihat ke sekitarnya dengan seksama.

"Iya. Ngapain gue bohong. Tuh di ujung sana di balkon yang ujun tuh ada yng duduk-duduk tuh." Ujar kak Andrew sambil mengarahkan telunjuk tangannya ke arah ujung balkon dekat ruang bascamp.

"Iiiihhh!! Yang beneran? Ndrew lu kalau lagi kumat jangan ngadi-ngadi deh! Udah malam kali ini." Ucap kak Willi yang semakin takut.

"Udah kalau lu jadi tambah taku cepetan keluar deh ke lapangan sana. Kalau urusan lu sama ruang theater sudah selesai jangan lupa matikan lampunya, terus tutup aja pintunya."

"Eh iya anak-anak gue masih belum selesai semuan. Oke deh thank's saran Lu. Gue mau cek ke ruangan dulu ya.. Daahhh.." Ucap kak Willi yang seketika berlari menuju ke ruang bascamp.

Setelah selesai beres-beres dan bertemu dengan kak Willi di depan pintu ruang bascamp, aku menyapa dan berpamitan untuk pulang lebih dahulu lalu berlari kecil menghampiri ka Andrew yang telah berdiri menungguku di dekat pintu ruang kelas IIB. Ia terus tersenyum padaku tanpa henti memandangiku dengan tatapan terpesona. Aku yang sedikit kebingungan menlihat sikap kak Andrew berusaha untuk menghindarinya dengan menjaga jarak diantara kami saat berjalan. Hingga akhirnya...


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C42
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login